Senin, 13 Juli 2009

WS. Rendra Si Burung Merah antara Sakit dan Gelar Doktor HC dari UGM

Kamis, 02/07/2009 08:00 WIBMasih Dirawat di ICU, Kondisi WS Rendra Mulai MembaikNovi Christiastuti Adiputri - detikNews
-->Jakarta - Penyair kondang WS Rendra menjalani perawatan di UGD RS Harapan Kita, Jakarta karena penyakit jantung koroner-nya sejak Senin lalu. Hingga saat ini kondisinya dikabarkan mulai membaik."Masih di ICU, kondisinya agak mulai membaik," kata ajudan Rendra, Arifin saat dihubungi detikcom, Kamis (2/7/2009) pagi.Dikatakan dia, semalam keluarga menunggui Rendra di rumah sakit."Ada anak-anaknya dan ibu juga," ucapnya.Meskipun dokter belum memperbolehkan Rendra untuk dijenguk, semalam pukul 19.30 WIB, Emha Ainun Najib atau yang biasa dipanggil Cak Nun, datang mengunjunginya di rumah sakit. "Masih belum boleh dijenguk sama dokter. Tadi malam Cak Nun datang sendirian menjenguk bapak, tapi tidak masuk ke dalam," jelas Arifin.Arifin mengatakan belum tahu pasti hingga kapan Rendra akan dirawat di ICU, yang jelas kondisinya sudah lebih baik dari sebelumnya."Belum tahu kapan dipindah, sekarang kan masih di ICU," pungkasnya. (nvc/nrl)
Selasa, 04/03/2008 16:10 WIBAmien: Rendra Sindir Pemerintah yang Tiarap di Depan AsingBagus Kurniawan - detikNews

-->Yogyakarta - Pidato WS Rendra dalam penganugerahan gelar Doktor HC terhadap dirinya pantas mendapat nilai A plus. Sebab, pidato tersebut sangat akademis dan relevan dengan kondisi sosial politik saat ini.Hal itu diungkapkan mantan Ketua MPR Amien Rais usai menghadiri penganugerahan gelar Doktor (HC) kepada Rendra di Balai Senat UGM, Bulaksumur Yogyakarta, Selasa (4/3/2008). "Kalau saya ikut menguji nilanya A plus. Karena sangat akademis dan relevan dengan keadaan sosial politik saat ini," kata Amien. Amien mengatakan, dalam pidato Rendra itu mengingatkan sesungguhnya sejarah berulang kembali. Pada zaman dulu Jawa cepat dijajah kompeni, karena rajanya bersekongkol, bermitra atau melakkan kolusi dengan asing. Dalam pemerintahan sekarang ini tampaknya berulang lagi, seperti duplikat dari masa lalu. "Jadi sesungguhnya pidato Pak Rendra itu sebuah jeweran besar untuk pemerintah sekarang ini. Demikian merunduk dan tiarap di depan kepentingan asing, sehingga dengan mudah menjual kepentingan nasional atau aset bangsa kepada pihak asing," tegas Amien.Menurut Amien, Kalatida itu zaman krisis. Sedangkan Lalabendu itu zaman musibah berkepanjangan sehingga kalau tidak lekas dimunculkan kepemimpinan alternatif, akan mengakibatkan zaman Kalabendu berkepanjangan. Dengan demikian akan menghambat munculnya zaman kalasuba (zaman Kemakmuran). Kalasuba itu adalah antitesis dari kalatida dan kalabendu. Masyarakat diisyaratkan jangan sampai putus asa karena masa itu pasti akan datang. "Cuma jangan sampai Kalasuba yang timbul dari masalah chaos. Hal itu justru memunculkan kepemimpinan yang diktator dan otoriter. Namun soal munculnya ratu adil, Walahualam. Tanya sendiri sama Pak Rendra," pungkas Amien. (bgs/djo)
Selasa, 04/03/2008 14:00 WIBRendra: Zaman Kemakmuran Tidak Tergantung Datangnya Ratu AdilBagus Kurniawan - detikNews

-->Yogyakarta - Seniman WS Rendra mendapat gelar Doktor Hc dari Universitas Gadjah Mada. Dalam pidatonya, seniman berjuluk Burung Merak itu menyinggung syair Ronggowarsito soal zaman kemakmuran.Dalam acara penganugerahan gelar di Balai Senat UGM, Yogyakartta, Selasa (4/3/2008), Rendra membawakan pidato yang berjudul 'Megatruh Kambuh, Renungan Seorang Penyair Dalam Menanggapi Kalabendu'. Dalam pidatonya, suara Rendra sempat tercekat karena rasa haru saat mengungkapkan rasa hormat dan sembah sungkem kepada penyair besar Jawa abad 19, Ronggowarsito. Pidato Rendra berlangsung hampir 1 jam.Sayangnya, pidato Rendra sempat terganggu oleh aliran listri di Balai Senat UGM yang tiba-tiba padam. Saat itu seniman yang akrab disapa Mas Willie ini sedang mengkritik model pemerintahan zaman kerajaan Mataram Islam. Pengeras suara di depannya punmati mendadak. "Ini gara-gara saya menghujat leluhur saya, meski saya juga lahir di Surakarta," gurau Rendra yang langsung disambut tawa para undangan.Sesaat kemudian listrik menyala kembali dan Rendra pun melanjutkan pidatonya. Dia mengutip Ronggowarsito mengenai tiga zaman, yakni zaman Kalatida, Kalabendu dan Kalasuba. Zaman Kalatida adalah zaman ketika akal sehat diremehkan. Zaman Kalabendu adalah zaman hancur dan rusaknya kehidupan karena tata nilai dan tata kebenaran dijungkirbalikkan secara merata. Sedang Kalasuba adalah zaman stabilitas dan kemakmuran."Yang dianjurkan Ronggowarsito agar selamat di masa Kalatida adalah selalu sadar dan waspada, tidak ikut permainan gila. Sedang di masa kalabendu, harus berani prihatin sabar, tawakal, dan selalu di jalan Allah. Saat di zaman Kalasuba ditandai adanya ratu adil," kata dia.Rendra yakin zaman Kalasuba akan datang. Menurutnya, dalam setiap chaos pasti akan ada potensi untuk stabil dan teratur. Namun kestabilan belum tentu baik untuk kelangsungan kedaulatan rakyat. Di masa Lalasuba, manusia harus tetap berusaha, tidak sekadar sabar dan tawakal."Namun situasi semacam itu (zaman Kalasuba) tidak tergantung pada hadirnya Ratu Adil, tetapi tergantung pada hukum yang adil, mandiri dan terkawal," tukas Rendra.Soal penganugerahan Doktor Hc kepada dirinya, Rendra mengucapkan terima kasih kepada (Alm) Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri SH karena telah mengusulkan dirinya memperoleh gelar tersebut. Hal yang sama disampaikan Rendra kepada Prof Dr Siti Chamamah Soeratno dan Prof Dr C. Bakdi Soemanto yang bertindak sebagai promotor dan co promotor."Saya banyak mendapat bimbingan dari dari Mas Kayam (Prof Dr Umar Kayam) dan Mas Koes (Prof Dr Koesnadi). Mereka keras sekali membimbing saya. Mas Kayam banyak mempengaruhi dalam pendekatan-pendekatan sosial dan kemanusiaan. Dan Mas Koes yang selalu kritis dan mengerem kalau saya kebablasen," kata penyair yang berjuluk si burung Merak itu.Acara penanugerahan gelar ini dipimpin langsung Rektor UGM, Prof Soedjarwadi, MSc, PhD serta anggota Majelis Guru Besar UGM. Hadir dalam acara tersebutr Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, Prof Dr HM Amien Rais, mantan Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dr Ahmad Syafii Maarif, serta sejumlah seniman dan budayawan seperti Butet Kertaredjasa, Djaduk Ferianto, Emha Ainun Nadjib, dan Slamet Gundono. Rendra didampingi istrinya, Ken Zuraida, serta anak-anaknya. Saat menerima anugerah, Rendra mengenakan baju toga. Namun kancing baju putih pada bagian atas dibiarkan tetap terbuka karena tidak biasa mengenakan baju formal. (bgs/djo) Senin, 03/03/2008 14:21 WIBWS Rendra Peroleh Doktor HC dari UGMBagus Kurniawan - detikNews

-->Yogyakarta - Budayawan WS Rendra akan memperoleh gelar Doctor Honoris Causa (HC) dari Unversitas Gadjah Mada (UGM). Rendra merupakan Doktor HC ke-19 yang diberikan UGM.Acara penganugerahan akan dilakukan pada hari Selasa (4/3/2008) di Balai Senat UGM pukul 10.00 WIB. Budayawan yang sering dijuluki si burung Merak itu akan menyampaikan pidato berjudul 'Megatruh Kambuh Renungan Seorang Penyair Dalam Menanggapi Kalabendu'. Rendra akan mengupas tentang lunturnya etika dan budaya lokal yang memunculkan banyak persoalan di masa sekarang ini.Salah seorang promotor, Prof Dr Siti Chamamah Soeratno kepada wartawan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Senin (3/3/2008) mengatakan meski Rendra tidak menyelesaikan studinya di Jurusan sastra Inggris FIB pada tahun 1960-an, namun karya-karyanya sangat mewarnai perkembangan dunia seni dan sastra Indonesia. Karya-karya yang dihasilkan menjadi bukti dan karya bhakti yang besar bagi masyarakat."Rendra juga dinilai konsisten dengan apa yang dia geluti dan selalu menghasilkan karya-karya besar. Dia memang layak menerima gelar itu dan tidak menjadikan kendala bagi FIB untuk menganugerahi gelar," kata Chamamah.Sementara itu, Rendra yang sudah berada di FIB UGM mengaku gelar dari UGM merupakan kebanggaan tersendiri di usianya yang sudah lanjut, 73 tahun. Meski akan menerima gelar doktor HC, dia tidak berniat mengajar mahasiswa."Saya tidak bisa mengajar. Kalau mengajar mahasiswa nanti malah saya pacari," kata pendiri Bengkel Teater yang dilahirkan di Solo, 7 november 1935 itu sambil tertawa. (bgs/asy

Tidak ada komentar: