Teroris di Temanggung
Kepolisian Malaysia Siap Bantu Polri Identifikasi Jenazah
Novia Chandra Dewi - detikNews
Tersenyum Untuk Mereka Yang Mencintai Kedamaian dan Keadilan serta Keindahan.
Pertamakalinya terjadi di sejarah peledakan bom di Indonesia, pelakunya mengeluarkan maklumat (pengumuman resmi) perihal tindakannya didalam peristiwa bom di hotel JW Marriot dan hotel Ritz Carlton yang terjadi pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu.
Maklumat itu pertamakali dirilis di suatu blog internet hari Minggu tanggal 26 Juli 2009 pukul 22:05 (tidak jelas WIB atau bukan) oleh mereka yang mengaku sebagai kelompok yang menamakan dirinya 'Tandzim Al-Qo'idah Indonesia'.
Belum jelas, apakah itu memang benar-benar merupakan pernyataan resmi dari kelompok pelaku yang sesungguhnya, namun bisa juga hanya pekerjaan iseng dari pihak lainnya yang ingin iseng atau hanya mengaku-ngaku saja dengan mempunyai maksud-maksud tertentu. Sampai dengan artikel ini ditulis, pihak berwajib (tim cybercrime Polri) masih menelusuri identitas pengguna blog tersebut.
Didalam keterangannya tersebut, kelompok itu membaginya ke dalam dua maklumat, pertama perihal bom di hotel JW Marriot Jakarta, dan yang kedua perihal bom di hotel Ritz Carlton Jakarta.
Perihal bom di hotel JW Marriot Jakarta, mereka menyebutkan soal 'Kadin Amerika', dan soal 'Pentolan Bisnisman dan Inteljen di dalam bagian ekonomi Amerika', serta soal 'mengeruk harta negeri Indonesia dan pembiayaan tentara Amerika'. Lalu, perihal bom di hotel Ritz Carlton Jakarta, mereka menyebutkan 5 sasaran tindakannya tersebut. Diantaranya menyinggung soal 'pembalasan terhadap Amerika', juga soal 'rencana kedatangan para pemain MU (Manchester United) di Jakarta'.
Beberapa kalangan masih menyangsikan kebenaran maklumat ini dibuat oleh pelaku yang sesungguhnya. Bahkan pihak Polri pun juga belum berani memastikan kesahihan dan kebenarannya.
Memang, ada keanehan saat membaca maklumat itu. Cara mereka menuliskan Mancester United (tanpa huruf H, bukan Manchester United) agak nyeleneh dan tak lazim. Sesuatu kejanggalan yang mengundang tanya, mengingat ini adalah sebuah maklumat resmi dari sebuah kelompok yang mempunyai kemampuan dan keahlian tidak sembarangan (kemampuan merencanakan operasi dengan tingkat kerumitan yang tinggi dan keahlian menembus pengaman ketat di kedua hotel itu) tentunya agak janggal kesalahan penulisan itu.
Selain itu, tidak diketemukan tuntutan dari tindakannya yang harus dilakukan oleh pihak yang menjadi target sasarannya. Tidak pula diketemukan ancaman lanjutan yang akan dilakukan oleh mereka jika tuntutannya itu tidak dipenuhi oleh pihak target sasarannya.
Ini hal yang juga janggal, terkesan suatu gerakan yang tanpa rencana, tanpa visi dan misi serta maksud tujuan yang jelas, tanpa acuan kerangka waktu pencapaiannya. Terkesan mereka hanya sekedar meledakkan saja, tanpa ada kejelasan apa yang ingin dicapainya dalan jangka pendek dan jangka panjangnya.
Hal ini dapat dimengerti, jika ini hanya ritual pesta mercon petasan saja, yang dilakukan oleh kelompok geng anak remaja yang sekedar sebagai ajang kumpul-kumpul dan hura-hura yang hepi-hepi saja. Namun menjadi tidak dapat dimengerti (baca: tidak masuk akal) jika merupakan gerakan sebuah kelompok yang membutuhkan pendanaan dan sistim organisasi serta operasi canggih yang tidak main-main.
Maka menjadi tak heran jika pihak yang paling berwenang, kepolisian negara, berhati-hati menanggapinya dengan belum berani memastikan tingkat kebenarannya, dan masih belum menganggapnya sebagai kepastian dari pernyataan resminya pelaku yang sebenarnya.
Namun, apapun juga, untuk sementara, didalam soal pernyataan dari pelakunya, baru data dan informasi serta berita ini saja yang hari ini tersedia di ranah publik. Maka jika ini benar, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sementara, yaitu :
1. Bom di JW Marriot dan Ritz Carlton ini bukan pekerjaannya dua pasangan kontestan Pilpres yang menjadi pesaing dari pihak pasangan yang saat ini oleh KPU dinyatakan sebagai pihak yang memenangkan pilpres hanya dalam 1 putaran saja.
Sampai saat ini, belum diketemukan bukti yang nyata dan kuat serta sahih tentang adanya hubungan antara Jusuf Kalla atau Wiranto atau Prabowo atau Megawati dengan pihak yang mengaku sebagai kelompok Tandzim Al-Qo'idah Indonesia. Baik itu merupakan hubungan pemberian dukungan pembiayaan dan pendanaan, atau pun hubungan dukungan perencanaan dan pelaksanaan operasi.
Entahlah, jika dikemudian hari nantinya, pihak yang berwenang yaitu kepolisian negara dan badan inteljen negara akan menemukan hubungan benang merah yang sangat kuat mengindikasikan adanya keterlibatan Jusuf Kalla atau Wiranto atau Prabowo atau Megawati dengan pihak yang mengaku sebagai kelompok pengebom JW Marriot dan Ritz Carlton ini.
Tentulah aparat Kepolisian dan inteljen negara yang berwenang di negeri ini, tak akan berlaku sebagaimana halnya dahulu di Amerika Serikat pernah dilakuakan oleh FBI dan CIA. Konon, dua badan inteljen itu berhasil menemukan data-data yang menunjukkan adanya benang merah antara Osama bin Laden pemimpin Al-Qaeda dengan Saddam Husein. Walau dikemudian hari (setelah Bush telah dua kali menjabat periode Presiden yang lalu tak boleh lagi mencalonkan diri karena pembatasan jabatan di konstitusinya Amerika serikat) ternyata malahan kemudian data-data itu diragukan kebenarannya. Diduga hanya sebagai rekayasa untuk mendukung rencananya Bush saja. Mengingat apa yang pernah disodorkan FBI dan CIA sebagai data inteljen yang sahih dan bukan isu rumor belakan itu ternyata tak diketemukan ada di Irak, walau sudah sekian lama dicari-cari tetap saja tidak ketemu.
2. Bom di JW Marriot dan Ritz Carlton ini tidak ada rangkaiannya dengan rencana dan ancaman pembunuhan terhadap Presiden Republik Indonesia.
Maklumat itu sama sekali tidak menyinggung apa yang harus dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia. Bahkan juga tidak mencantumkan (baik tersurat maupun tersirat) rencana atau ancaman untuk membunuh Presiden republik Indonesia.
Entahlah, dari mana data inteljen yang katanya bukan isu dan bukon rumor serta bukan gosip itu didapatkan oleh aparat inteljen negara. Karena pada kenyataannya maklumatnya Tandzim Al-Qo'idah Indonesia itu sama sekali tidak menyinggung sedikit pun mengenai hal itu.
Juga, di dalam maklumat mereka itu tak menyinggung bahwa akhir-akhir ini di tahun 2009 ini ada kegiatan mereka itu, ada kaitannya dengan dokumentasi foto-foto hasil jepretan inteljen, yang menunjukkan beberapa orang sedang melakukan latihan menembak dengan pistol (bukan latihan menembak dengan senapan laras panjang jenis penembak jitu, atau latihan melempar granat, atau latihan memasang jebakan bom di jalan raya) dengan target perkenaan muka wajahnya para tokoh petinggi Republik Indonesia.
Maklumat itu juga tak menyinggung adanya indikasi ancaman yang dapat mengarah kepada dugaan bahwa mereka sedang menyusun rencana mentargetkan Istana Negara atau rute jalan darat perjalanannya Presiden.
Jadi, jika maklumat itu adalah satu langkah maju dari mereka dalam mengklaim perbuatannya, belum merupakan langkah maju yang mengarahkan dugaan kepada adanya ancaman kelompok ini terhadap keselamatannya Presiden.
Entahlah jika Kepolisian Negara dan Inteljen Negara yang mempunyai cara kerja sistematis dan canggih itu akhirnya menemukan kaitan nyata akan hal itu, yang bukan rumor dan bukan isu serta bukan gosip belaka saja.
3. Bom di JW Marriot dan Ritz Carlton ini tidak ada kaitannya dengan protes terhadap hasil Pileg maupun pilpres 2009.
Di dalam maklumat itu ternyata tak diketemukan kalimat atau susunan kata (tersurat maupun tersirat) yang menyinggung bahwa kelompok ini protes terhadap Hasil Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang dilakukan tahun 2009 ini. Mereka tak menyebutkan pemilihan waktu peledakannya dipilih karena dikaitkan dengan hal itu.
Justru yang mereka sebutkan adalah soal Manchester United (tanpa huruf H, Mancester United) yang berencana akan datang ke Indonesia.
Juga tak diketemukan susunan kata yang mengindikasikan mereka akan mentargetkan lokasi-lokasi yang berkaitan dengan Pilpres dan pengolahan data hasil Pilpres, seperti misalnya kantor KPU yang lokasinya juga tak terlalu jauh dari kedua hotel yang dibom oleh mereka itu.
Entahlah, jika data inteljen malahan menyebutkan data yang sebaliknya, ada kaitannya dengan protes terhadap Hasil Pileg dan Pilpres 2009 ini.
4. Bom di JW Marriot dan Ritz Carlton ini ada kaitannya dengan Bisnisman dan Inteljen Amerika Serikat.
Di dalam maklumat itu justru secara tersurat menyebutkan soal 'Kadin Amerika', dan soal 'Pentolan Bisnisman dan Inteljen di dalam bagian ekonomi Amerika', serta soal 'mengeruk harta negeri Indonesia dan pembiayaan tentara Amerika', yang secara tersirat dapat dimaknai sebagai protes atas kiprah mereka di Indonesia.
Bahkan, kata-kata didalam maklumat yang menyebutkan "terhadap 'Kadin Amerika' di Hotel tersebut" memberikan kesan kuat bahwa bom yang diledakkan di hotel JW Marriot itu sebagai target korbannya memang akan ditujukan oleh yang mereka sebut sebagai 'Kadin Amerika' dan 'Pentolan Bisnisman dan Inteljen di dalam bagian ekonomi Amerika'.
Analisa yang mencoba menduga hal yang serupa itu, pernah disinggung di beberapa postingan yang ada di Kompasiana maupun Politikana, yang dapat anda baca dengan mengklik disini dan disini serta disini dan disini .
5. Bom Balas Dendam yang Salah Pemilihan Wilayah Negaranya .
Di dalam maklumat itu justru secara tersurat menyebutkan adanya niatan dan maksud yang berkaitan dengan 'pembalasan yang setimpal) atas perbuatan yang dilakukan oleh Amerika dan antek-anteknya terhadap saudara kami kaum muslimin dan mujahidin di penjuru dunia'.
Tak dapat dinafikan, bahwa memang ada tindakan dari Amerika Serikat dan sekutu terdekatnya (yang oleh beberapa kalangan) dinilai telah melakukan perbuatan yang tidak adil dan sewenang-wenang serta tak proporsional terhadap kaum muslimin dibeberapa wilayah belahan bumi ini. Sebut misal diantaranya adalah di Palestina dan Irak serta Afghanistan.
Namun, tindakan pembalasan itu rasanya menjadi kurang tepat jika dilakukannya dengan memilih wilayah Jihadnya di Indonesia. Mengingat walau pihak Amerika Serikat dan sekutunya akan menderita kerugian, tetapi kerugian terbesarnya justru akan diderita oleh rakyat Indonesia.
Apalagi peristiwa konflik horizontal di Ambon dan Poso yang kental bernuansakan konflik agama itu telah lama berlalu. Mungkin, di waktu itu dibutuhkan adanya sekelompok umat Muslim yang mampu dan berani serta mau berjihad melindungi saudaranya yang seiman.
Namun saat ini situasi dan kondisinya sudah berbeda, sehingga bisa jadi spiritnya mungkin harus tetap dijaga, tapi untuk sementara waktu ini kurang bijaksana jika pelaksaan oeprasional Jihad Qital di wilayah negara Indonesia masih terus dikobarkan.
Malahan bisa jadi, jika para pemegang kekuasaan di negeri ini kurang bijaksana, maka peristiwa ini akan bisa dimanfaatkan dan dijadikan alasan pembenar untuk melakukan tindakan-tindakan represif terhadap rakyatnya.
Surat terbuka yang berisikan himbauan soal hal itu dapat dibaca dengan mengklik disini.
Akhirulkalam, Mungkin demikianlah sekilas tentang seputaran Maklumat yang dirilis oleh pihak yang mengaku sebagai kelompok Tandzim Al-Qo'idah Indonesia.
Kurang lebihnya, serta salah janggalnya mohon dimaafkan.
Wallahualambishshawab.
Catatan kaki :
Blog internet milik kelompok yang mengaku sebagai 'Tandzim Al-Qo'idah Indonesia' dapat diakses dengan mengklik disini dan disini .
Artikel ini dapat dibaca juga di Kompasiana dengan mengklik disini .
Kepada : Saudaraku seiman dan seakidah, Noordin M Top dan kawan-kawan seperjuangannya.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Pengeboman JW Marriot dan Ritz Carlton pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, sebenarnya pesanmu telah tersampaikan, telah kami mengerti. Protes terhadap dominasi dan hegemoni kepentingan Amerika Serikat di negeri ini. Jika itu pesanmu, maka pesan yang disampaikan lewat bom itu justru tidak tepat mengenai sasaran yang dituju.
Pesanmu, tidak menimbulkan rasa menggugah yang menimbulkan kesadaran di masyarakat negeri ini bahwa selama ini para pemegang kewenangan di negeri ini telah berlaku terlalu ramah terhadap kepentingannya Amerika Serikat. Masyarakat negeri ini (yang mayoritas seiman dan seakidah denganmu) tak dapat tergugah kesadarannya, jika disampaikan melalui cara kekerasan seperti itu.
Mungkin akan lain ceritanya, jika pangkalan militernya Amerika Serikat atau sekutu dekatnya sudah ada bercokol di negeri ini. Mungkin juga akan lain dampak pengaruh yang ditimbulkannya, jika memang negeri ini situasi dan kondisinya sudah terinvasi secara fisik, seperti yang telah terjadi di Irak dan Afghanistan sebagai umpamanya.
Pesanmu itu, kami yakini, juga tidak akan merubah arah kebijakannya (siapapun) yang akan menjadi pemegang kewenangan di negeri ini. Berapapun jumlah bom yang akan diledakkan, akan sia-sia saja, tak akan serta merta merubah kebijakan yang mengasurtamakan kepentingannya Amerika Serikat di negeri ini.
Pesanmu itu juga tidak akan menimbulkan efek jera bagi pihak Amerika Serikat dan sekutunya untuk tetap mengeruk kekayaan negeri ini. Memang, travel warning ada yang telah diberikan oleh beberapa negara kepada warganegaranya. Pelancong pun mungkin akan menjadi berfikir seribu kali untuk berdatang ke negeri ini, sementara waktu ini.
Namun, berapa pun kerusakan yang ditimbulkan oleh bom itu, mereka tak akan pernah mengeluarkan travel warning bagi perusahaan mereka untuk menyedot minyak dari belahan bumi di negeri ini dan mengeruk harta terpendam lainnya yang ada di tanah negeri ini. Kerusakan yang ditimbulkan bom itu tidak akan pernah bisa sebanding dengan nilai keuntungan yang akan didapatkannya di negeri ini.
Tidakkah saudaraku lihat, berapa pun banyaknya jiwa tentara mereka yang harus gugur di Irak dan Afghanistan, toh tak juga membuat mereka jera untuk segera hengkang dari negeri itu. Itu tentu karena nilai kerugian jiwa dan harta milik mereka yang hilang disana, masih belum sebanding dengan keuntungan yang akan didapatkan mereka jika tetap berada disana.
Apalagi disini. Apa yang kalian harapkan ?. Tidakkah kalian berhitung soal itu ?.
Jadi, jika kalian inginkan sasarannya adalah itu, maka perlulah berfikir ulang untuk merubah gaya dan metoda perjuangannya.
Justru kami, anak negeri ini yang lebih terugikan oleh bom itu, dibandingkan oleh tingkat kerugian yang mereka alami. Pelancong yang berkurang itu membuat beberapa anak negeri ini menjadi kehilangan potensi pendapatan dari pelancongannya mereka itu. Tak ada salahnya mereka melancong ke negeri kami, karena mereka justru akan membelanjakan uangnya dengan membeli souvenir hasil karya anak negeri ini.
Perlu saudaraku ketahui, kerajinan souvenir itu adalah salah satu sektor yang masih belum terhegemoni oleh kekuatan modal kapital mereka. Jadi, keuntungannya masih 100% akan menjadi milik kami. Apakah kalian memang sengaja akan membuat kami merugi ?.
Kami sekarang masih ragu jika sasaran yang kalian inginkan adalah menciptakan rasa takut bagi kami. Hari ini, kami belum merasa takut dengan bom JW Marriot dan Ritz Carlton itu. Karena kalian masih ijinkan kami untuk merasa tenang dan aman saja, tak merasa terancam serangan bom, jika jalan-jalan di terminal Pulo Gadung, jika makan malam di warung tenda bilangan pasar blok M, jika makan siang di rumah makan masakan Padang.
Akan tetapi, efek dan dampak sampingan dari bom JW Marriot dan Ritz Carlton itu yang sebenarnya kami lebih takutkan dah khawatirkan.
Bom itu malahan bisa dijadikan sebagai dalih pembenar diberlakukannya kembali UU Anti Subversib yang berisikan pasal-pasal karet penjerat suara pendapat kami. Pendakwaan-pendakwaan atas kami yang tidak sejalan pandangan politiknya para pemegang kewenangan di negeri ini, dapat dilakukan dengan mengatas namakan operasi perang terhadap terorisme.
Pemberangusan dan pemantauan serta pengendalian terhadap arus informasi serta penghakiman sepihak atas pendapat kami yang tak sesuai dengan kehendak hatinya para pemegang kewenangan di negeri ini, akan menjadi mendapatkan tambahan amunisi, karena bisa mengatasnamakan maksud mulia dimana negara sedang bertindak demi keamanan rakyatnya.
Semoga, memang bukan itu yang kalian inginkan terjadi pada kami.
Demikian surat ini, yang semoga ini juga mewakili rasa dan perasaan saudaraku sebangsa setanah air Indonesia. Dan, semoga surat ini mengetuk hati kalian semuanya, bahwa peristiwa Ambon dan Poso telah berlalu, saat ini Jihad Qital belum lagi tiba waktunya untuk dilakukan di negeri ini.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
MEDIA INDONESIA, Jumat 29 Mei 2009, Halaman 6:
Oleh M Fadjroel Rachman
Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan [Pedoman Indonesia]
S BY-Boediono, JK-Wiranto, dan Megawati-Prabowo mendaftarkan diri sebagai pa sangan calon presiden/calon wakil pre siden di KPU pada Sabtu (16/5). Berar ti, tiga pasangan sepuh sudah resmi akan bertarung pada Pemilu Presiden 8 Juli 2009. Jangan berharap akan muncul anak muda seusia Presiden AS Barrack Obama (47), Presiden Rusia Dmytri Medvedev (44), atau Perdana Menteri Thai land Abhisit Vejajiva (44) yang akan muncul se bagai pasangan capres/cawapres Indonesia.Ke kuasaan oligarki partai politik (parpol) menutup semua kemungkinan. Semua kemungkinan kemunculan alternatif presiden di luar parpol dan tiga pasangan sepuh itu dihambat parpol di DPR. Calon presiden al ter natif, juga wacana capres independen, pada inti nya adalah mengembalikan hak konstitusio nal warga negara untuk ikut dalam pemerintahan, serta sarana untuk kontinuitas dan regene rasi kepemimpinan nasional. Namun, apabila regulasi dibuat parpol untuk menghambatnya, kita bertanya-tanya apakah pendidikan demokrasi yang menghormati hak konstitusional pemilih (vo ters) berlandaskan pada visi, ideologi, dan pro gram rasional yang tangguh dapat dibangun dalam tahap transisi dan konsolidasi demokrasi? Pe nolakan pemilih terhadap parpol dan caleg se benarnya sudah tergambar dengan menangnya gol put pada Pemilu Legislatif 9 April 2009. Menurut KPU, ada 49,6 juta pemilih tak hadir dan 17,5 juta suara tak sah, ditambah perkiraan 20 juta pe milih tak ada dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Bila kekacauan DPT diperhitungkan, sua ra golput diperkirakan mencapai 60 juta pemilih dari sekitar 171 juta pemilih dan kemungkinan akan mencapai 70-80 juta golput pada Pemilihan Pre siden 8 Juli 2009 nanti.
Daya tarik kuasa
Sekadar untuk berkuasa? Itulah yang nampak dari drama sabun pembentukan koalisi antar parpol. Karena itu, demikian mudahlah SBY dan JK berpisah padahal mereka sudah bekerja sama se bagai presiden dan wakil presiden, dengan se gala prestasi baik maupun buruk. Dalam kasus SBY-JK, perpisahan juga ditopang arogansi kemenangan Partai Demokrat yang sangat spektakuler pada pemilu legislatif di dalam sistem mul tipartai yang sangat ketat sekarang ini, sebuah rekor dunia tentu saja. Diperkirakan kenaikan 300% ini berasal dari ‘ucapan terima kasih’ 19,12 juta kepala keluarga (KK) yang memperoleh Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai Rp14,17 triliun. ‘Ucapan’ tersebut juga berasal dari kelas me nengah dan profesional yang bersikap risk-averse (menolak risiko), yang secara psikologis akan memilih kondisi yang dikenalnya, yang da pat memberikan keuntungan walaupun kecil daripada mengambil risiko mencari keuntungan lebih besar dari kondisi yang tak dikenalnya. Hal itu merupakan sebagian keuntungan selain dukungan positif dari peremajaan struktur teritorial TNI dan polisi yang berada di garis depan penegakan hukum dan aturan serta langsung di bawah presiden, bukan Mendagri seperti umumnya praktik di negara lain, serta birokrasi yang ma sih bersifat feodalistik. Pemilu presiden kemung kinan akan berlangsung dua putaran dan ketiga pasangan sepuh akan mengerahkan semua kekuatan modal, jaringan, serta mesin partai untuk bertanding. Namun, siapa pun pemenangnya, rakyat tetaplah harus bersiap-siap bah wa mimpi republik ‘memajukan kesejahtera an umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial’ tetaplah jauh dari kenyataan.
Nihilnya suara pemilih
Ternyata kasak-kusuk koalisi parpol menampilkan wajah bopeng konsolidasi demokrasi kita. Semuanya centang perenang saja, tak peduli lagi pada kesetiaan parpol terhadap visi dan ideologi yang mendasari pendirian parpol, kesetiaan pengurus dan kader, serta alasan akal sehat para pe milih untuk memilih caleg ataupun parpol mereka.Kelelahan dan kerja keras para pemilih untuk mencari informasi dan membandingkan visi, ideologi dan program parpol, serta caleg par pol dinihilkan dengan darah dingin, dalam ba hasa pasaran, “Memangnya gue pikirin akal se hat lo?” Dengan menihilkan suara pemilih dengan darah dingin itulah karakter partai yang berperilaku sebagai pialang politik, “Tak lebih dari dealers, tak ada leaders,” kata Rocky Gerung, ahli Filsafat UI.
Soal koalisi? Sekali lagi hiruk-pikuk berbagai koalisi secara kasat mata tanpa visi dan ideologi. Karena itu, koalisi tersebut adalah persatean bukan persatuan, dan membenarkan ucapan Bung Hat ta. Memang ada sejumlah kegaduhan dalam pembentukan koalisi, parpol menengah mencoba tawar-menawar, tapi parpol kecil cuma berpikir bagaimana dapat ikut dengan pasangan yang kemungkinan kemenangannya paling besar walaupun garis ideologi dan visinya berbeda. Misalnya, PKS dalam kasus koalisi SBY-Boediono mencoba menaikkan posisi tawar hingga detik terakhir pendeklarasian sehingga melengkapi 20 parpol pendukung SBY. Tak terbayangkan juga Partai Bintang Reformasi atau PBR (sebagian di dukung mantan anggota PRD) yang selalu me nyuarakan slogan antineoliberalisme rezim SBY-JK, dengan mudahnya merapat kepada pasangan SBY-Boediono.
Entah bagaimana caranya para caleg dan anggo ta PBR berkampanye lagi kepada para pemilihnya semula yang memilih mereka karena slogan antineoliberalisme pada Pemilu Legislatif 9 April 2009, berarti mereka akan berkampanye proneoliberalisme pada Pemilu Presiden 8 Juli 2009. Demikian pula Mantan Ketua PRD Budiman Sudjatmiko, anggota Badan Pemenangan Pemi lu Presiden PDIPyang semua berkampanye propenegakan dan pengadilan HAM termasuk terhadap 13 aktivis yang hilang diculik sampai se karang (di antaranya Bimo Petrus anggota PRD) harus berkampanye berdampingan dengan Let jen (purn) Prabowo yang karier militernya di berhentikan karena kasus penculikan aktivis pa da 1998.
Masa depan parpol?
Akhirnya persoalan koalisi tak lain dari upaya menjadi presiden serta mendapat jatah menteri, ataupun keuntungan materi lainnya pada pemerintahan baru periode 2009-2014 nanti. Artinya, kepentingan paling langsung tokoh dan partai politik (parpol) selain (1) menjadi presiden, mendapat jatah menteri di kabinet baru, dan keuntungan materi. (2) Memenangi Pemilu Presiden 8 Juli 2009. (3) Mempertahankan kekuasaan pe me rintahan hingga 2014.
Walaupun ada prasya rat ideal untuk membuat koalisi menjelang Pe mi lu Presiden 8 Juli 2009 nanti, yaitu berbasiskan visi, ideologi, dan platform kerja bersama. Namun, prasyarat ideal itu tak perlu diperhitungkan lagi sekarang. Walaupun para pemilih dengan bersusah payah memilih parpol, program, serta caleg yang sesuai dengan akal sehat juga informasi yang mereka cari dan olah. Mamun, jerih payah pemilih itu dinihilkan elite parpol dan politisi Indonesia sekarang ini.
Dengan demikian perceraian dan penggabungan antar 38 parpol nasional yang berpusat pada tiga simpul koalisi (SBY, JK, dan Mega) adalah semata-mata untuk kekuasaan. Dalam istilah Bung Hatta penggabungan tan pa visi dan ideologi adalah persatean, bu kan persatuan. Apakah yang akan disam pai kan aktivis propene gakan HAM, seperti Budiman Sudjatmiko kepada pemilihnya nanti ka rena sudah lolos sebagai anggota DPR dari PDIP, dilema serupa akan dihadapi aktivis pro penegakan HAM lainnya, Rieke Diah Pitaloka yang juga lolos ke DPR dari PDIP, apakah mereka akan diam saja demi kursi DPR yang sudah ditangan?. Sikap dan perubahan para kader, pengurus, ang gota parpol, dan anggota DPR anggota koalisi sangat menarik untuk dicermati. Selain melihat sampai sejauh mana konsolidasi demokrasi terjadi tepat 11tahun perayaan re formasi, tergulingnya Soeharto dan Orba oleh mahasiswa dan rakyat pada 21 Mei 1998. Kita juga dapat mengamati bagaimana parpol memperdagangkan visi, ideologi, dan suara pemilih.
Jadi sifat ultrapragmatis parpol dalam mengejar kekuasaan semata bukan hanya me ngorbankan suara pemilih parpol tersebut, tetapi juga mengorbankan akal sehat para ka der parpol dan anggota legislatif mereka. Bahkan, yang terutama, masa depan parpol itu sendiri.