Selasa, 21 Juli 2009

Selasa, 21/07/2009 00:17 WIB
Bom JW Marriott dan Ritz Carlton
Ortu Nur Said Tak Ada Kabar, Kerabat Berjaga di Depan Rumah
Parwito - detikNews

Nur Said & foto kepala yang beredar Foto Terkait
Manohara Jenguk Korban Bom Magelang - Kedua orang tua Nur Said, M Nasir dan Tumini yang dijemput polisi belum ada kabar beritanya. Kerabat dan tetangga pun berjaga-jaga di depan rumah Nur Said di Dusun Katekan, Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah.

Pantauan detikcom hingga Senin (20/7/2009) malam, sejumlah tetangga dan kerabat berjaga di luar rumah orang tua Nur Said.

“Kalau sampeyan menunggu, kami juga masih menunggu ini bagaimana kabar Pak
Haji dan Bu Haji. Sebab, kepergian mereka (M Nasir, Tumini dan adik Nur Said, Udi Mas'ud) yang dijemput secara mendadak. Pak Haji sama istrinya pagi tadi juga belum sempat ganti baju saat berangkat. Saya melihat langsung kepergian mereka,”tegas Ahmad Rafi'i, paman Nur Said kepada detikcom.

Beberapa kerabat dan puluhan tetangga Nur Said pun hingga malam ini berjaga-jaga dan duduk-duduk didepan gang masuk menuju ke rumah orang tua Nur Said.

“Coba Anda telp ke nomor HP-nya Mas'ud, Mas. Siapa tahu bisa terhubung. Soalnya beberapa saudara-saudara dan kerabat yang menunggu di sini sudah mencoba menghubungi tetapi tidak aktif,”tegas Rafi'i.

Sementara, saat detikcom berusaha untuk menghubungi nomor ponsel Udi Mas'ud, adik kandung Nur Said, HP-nya tidak aktif.

Dari pantauan detikcom di lapangan, hingga malam ini pun, masih berseliweran beberapa petugas keamanan dari Kodim setempat dan petugas polisi dari Polres Temanggung memantau kondisi rumah Nur Said.

Bahkan, saat detikcom di rumah Ridho Rosyid, sepupu Nur Said rumahnya berada persis di sebelah rumah Nur Said, tampak lima petugas dari TNI-AD yang ikut menunggu kedatangan M Nasir, Tumini dan Udi Mas'ud.

Meskipun demikian, sampai malam ini keluarga dan puluhan warga Desa Katekan masih berharap Nur Said terbebas dari sangkaan sebagai pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriot, Mega Kuningan, Jakarta yang terjadi Jum'at pagi lalu yang menewaskan 9 orang.

(nwk/nwk)

Selasa, 21/07/2009 01:13 WIB
Bom JW Marriott & Ritz Carlton
Emosional Kaitkan Bom dengan Pilpres, SBY Didesak Minta Maaf
Moksa Hutasoit - detikNews

Yuddy Chrisnandi (Foto: dok detikcom) Video Terkait
Saksi Kunci Bom Marriott dan Ritz Carlton
Foto Terkait
Penutupan Ritz Carlton Jakarta - Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengaitkan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) dinilai emosional dan ceroboh. SBY pun didesak minta maaf kepada pihak-pihak yang secara tidak langsung telah dituduhnya.

"Untuk menjernihkan situasi, sebaiknya Presiden meminta maaf secara terbuka pada JK-Wiranto serta Megawati-Prabowo yang telah menjadi objek tuduhan yang sesat. Selanjutnya serahkan pada Polri untuk mengungkan dan menjelaskan temuannya pada masyarakat," ujar anggota Komisi I DPR Yuddy Chrisnandi.

Hal itu dikatakan politisi dari Fraksi Partai Golkar ini dalam rilisnya yang diterima detikcom, Senin (20/7/2009).

Menurutnya, SBY ceroboh menerima begitu saja laporan intelijen dan mengumumkannya ke publik tanpa melakukan pendalaman kebenaran laporan tersebut apakah terkait bom di Mega Kuningan atau tidak.

"Tuduhan SBY yang cenderung ditunjukkan kepada pihak yang kalah Pilpres terbukti tidak benar, setelah rangkaian fakta-fakta mengarah pada pelaku lama terorisme yang selama ini menjadi incaran pihak Kepolisian," tukas Yuddy.

Penjelasan Presiden yang menyebutkan bahwa akan ada gerakan gagalkan pelantikan SBY, revolusi sosial hingga upaya pembunuhan SBY, lanjut Yuddy, jelas menimbulkan keresahan di masyarakat akan situasi politik ke depan yang tidak menentu. Namun fakta-fakta yang ada atas peristiwa tersebut menunjukkan bahwa laporan intelijen yang diterima Presiden menyesatkan dan keliru.

"Ini membuktikan bahwa lembaga intelijen tidak bekerja secara profesional bahkan diduga telah menjadi alat politik, bukan sistem pengamanan negara. Tentu hal ini tidak akan terkuak ke publik sekiranya Presiden tidak emosional menyikapi peristiwa teror sebelum mendapatkan bukti-bukti yang akurat," kritik Yuddy. Mendiskusikan bom Mega Kuningan lebih lanjut? Gabung di sini. (nwk/nwk)

Selasa, 21/07/2009 01:43 WIB
Bom di Ritz Carlton & JW Marriott
Visit Indonesian Year 2009 Tak Revisi Target
Puteri Fatia - detikNews

Sydney - Walau ada serangan bom, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) tetap optimis. Target 6,5 juta wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang Visit Indonesian Year 2009 diyakini tetap tercapai.

"Kita belum revisi target, dampaknya pasti ada, tapi penurunannya tidak akan seperti sebelumnya," ujar Dirjen Pemasaran Depbudpar Sapta Nirwandar ketika ditemui detikcom di Fox Studio, Sydney, Australia, Senin (20/7/2009).

Pasca serangan bom Jumat 17 Juli 2009 silam, Depbudpar belum merencanakan ada program khusus untuk pemulihan citra Indonesia. Hanya saja di beberapa negara yang tidak mudah terpengaruh isu bom, seperti Rusia dan Jerman, akan dilakukan beberapa program tambahan.

Tahun lalu, Indonesia meraih kunjungan wisatawan asing sebanyak 6,4 juta
kunjungan. Paling banyak wisatawan tetap berasal dari negara ASEAN, lalu disusul Australia dan Jepang.

Selain program promosi lewat iklan, kampanye promosi Indonesia juga dilakukan dengan mengirim musisi Indonesia ke luar negeri. Selain Addie MS bersama Twilite Orchestra tampil di Sydney, Dwiki Dharmawan cs juga akan menggelar aksinya di New York, Amerika.

Untuk konser Addie MS sendiri, Depbudpar tak tanggung-tanggung mengeluarkan dana Rp 2 Miliar untuk memberangkatkan lebih dari 100 orang personel Twilite
Orchestra dan Twilite Chorus. Sebanyak 2.500 tiket yang dijual untuk penampilan mereka di Sydney Opera House, Selasa (22/7/2009) sudah terjual habis.

(fta/nwk)

Selasa, 21/07/2009 06:50 WIB
Bom di Ritz Carlton & JW Marriott
Pasca Ledakan Bom, Lalin di Jakarta Relatif Lancar di Awal Pekan
Nograhany Widhi K - detikNews
Jakarta - Hari Selasa (21/7/2009) ini merupakan hari pertama masuk setelah liburan panjang sejak hari Sabtu 18 Juli lalu setelah Jakarta dikejutkan dengan ledakan bom sehari sebelumnya. Kondisi lalu lintas di Jakarta ternyata masih relatif lancar dibanding hari Senin biasanya.

Kendati tak bisa diketahui secara langsung efek ledakan Bom Mega Kuningan terhadap lalu lintas di awal pekan, hal itu tampak dari lalu lintas dari Tol Jakarta-Tangerang ke arah Tomang.

"Biasanya jam segini Jl Panjang, Kebon Jeruk ke Tomang sudah padat. Tumben masih bisa lari kenceng. Tol Dalam Kota ke arah Pancoran biasanya juga sudah padat, ini hanya padat menjelang tanjakan sebelum Menara Saidah," ujar petugas Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya Briptu Andi ketika dihubungi detikcom, Selasa pukul 06.20 WIB.

Kemudian kondisi lancar juga terpantau di sepanjang jalan dari Tomang menuju Harmoni. Biasanya pada pukul 06.30 sudah padat pada awal pekan, kali ini terpantau masih lancar. Begitu juga Tol Dalam Kota dari arah Bekasi.

Kepadatan sudah terpantau dari Tol Dalam Kota dari arah Tol Jagorawi. Tepatnya antrean dari arah Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menuju Cawang. Kepadatan itu menular kepada jalan arterinya, Jl Raya Bogor ke arah Cililitan.

Kemudian dari Pondok Labu ke arah Fatmawati, Jakarta Selatan volume kendaraan juga mulai tampak merayap. Pun dari arah Pasar Jumat ke Pondok Pinang. Jalur neraka Warung Buncit ke arah Mampang Prapatan juga mulai tampak mengular.

"Karena banyak perempatan. Terjadi antrean, tapi masih mengalir," jelasnya.

Di jalan arteri di jalur lambat dari arah MT Haryono ke arah Pancoran, kendaraan sudah mengantre sepanjang 300 meter. Sedangkan jalan-jalan protokol seperti Jl Jend Sudirman, Jl MH Thamrin, dan Jl HR Rasuna Said masih lancar.

(nwk/nwk)

Selasa, 21/07/2009 07:56 WIB
Bom Marriott dan Ritz Carlton
2 Pelaku Bom Tak Sewa Kamar Lain, Selain Kamar 1808 Marriott
Arifin Asydhad, Aprizal Rahmatullah - detikNews

Video Terkait
Rekaman CCTV Saat Bom Meledak
Foto Terkait
Ritz Carlton Meledak Jakarta - Pelaku bom di hotel JW Marriott Jakarta dan The Ritz-Carlton menggunakan modus baru dengan menyamar sebagai tamu hotel. Dua pelaku bom bunuh diri menyewa satu kamar nomor 1808 hotel JW Marriott. Tak ada kamar hotel Ritz-Carlton yang disewa. Untuk meledakkan bom, pelaku berjalan menuju Ritz Carlton melalui terowongan bawah tanah.

Sumber detikcom, Selasa (21/7/2009), mengatakan, setelah diselidiki polisi, tak ada kamar di Hotel Ritz Carlton yang disewa pelaku. Polisi hanya menemukan bukti-bukti bahan peledak dan pernak-perniknya di kamar 1808 hotel JW Marriott.

Di kamar 1808 itulah, sedikitnya dua pelaku merakit empat bom. Satu bom diledakkan di ruang JW Lounge hotel Marriott, satu bom diledakkan di Restoran Erlangga Hotel Ritz-Carlton, satu bom belum meledak ditemukan di Plaza Mutiara, dan satu bom lainnya masih tersimpan di kamar 1808.

Dari kamar 1808 hotel Marriott, kedua pelaku bom keluar dengan membawa tas yang berisi bom. Pelaku yang akan meledakkan bom di hotel Ritz-Carlton keluar terlebih dulu dari kamar 1808 itu. Dia yang mengenakan jas dan menggendong tas ransel dan menenteng tas kerja turun melalui lift dan menuju tunnel (terowongan bawah tanah) yang menghubungkan Marriott dan Ritz-Carlton.

Sedangkan pelaku lainnya, yang diduga berinisial N, keluar dari kamar 1808 sekitar 10 menit sesudahnya. Dengan berjas hitam, bertopi, membawa tas punggung yang dibawa di bagian dadanya dan menyeret travel bag, pria dengan postur tubuh tinggi cukup tingi itu kemudian menuju lobi hotel JW Marriott.

Setelah turun dari lift, pelaku kemudian menuju JW Lounge yang saat itu sedang digelar pertemuan para pengusaha minyak dan gas (Migas). Menjelang masuk ke JW Lounge, petugas keamanan sempat menghentikan langkah pelaku. Pelaku sempat ditanya ada keperluan apa ingin masuk ke JW Lounge.

Namun, dengan meyakinkan pelaku mengaku akan mengantarkan pesanan dokumen kepada bosnya yang sedang mengikuti rapat. Setelah masuk ke JW Lounge, pelaku meledakkan bomnya pada pukul 07.45 WIB, Jumat (17/7/2009). Ledakan menggelegar menghancurkan JW Lounge, lobby hotel JW Marriott dan Restoran Sailendra.

Ledakan di JW Lounge itu mengakibatkan banyak peserta CEO Meeting itu menjadi korban. Timothy D Mackay (Presdir Holcim), Garth McEvoy (Commercial Manager PT Thiess Contractors Indonesia), Nathan Verity (pemilik Verity Human Resources and Recruitment), dan Craig Senger (Atase Perdagangan Australia) tewas. Sejumlah pengusaha, terutama warga asing, juga mengalami luka serius.

Sedangkan pelaku di hotel Ritz-Carlton yang sukses melalui terowongan bawah tanah kemudian masuk ke lobby hotel. Dengan tergesa-gesa, pelaku kemudian masuk ke Restoran Erlangga. Dia sempat ditanya oleh pelayan restoran hotel di kamar berapa dia tinggal. "Dia menyebut kamar 2701, padahal hotel Ritz hanya ada 26 lantai. Jadi, kamar itu tidak ada," kata sumber.

Namun, karena pelaku itu mengaku hanya menunggu tamu, akhirnya pelaku tetap bisa berada di dalam restoran duduk di salah satu tempat. Dia sempat memesan teh panas. Begitu terdengar ledakan bom di Hotel Marriott, beberapa menit kemudian pelaku yang duduk di Restoran Erlangga itu juga meledakkan bomnya pada pukul 07.47 WIB.

Menurut sumber tersebut, dipastikan dua pelaku bom bunuh diri itu adalah pria yang bersama-sama menginap di kamar 1808 di Hotel JW Marriott. Pelaku bom di Marriott diduga pria berinisial N, sedangkan pelaku bom di Ritz-Carlton belum diketahui identitasnya. Potongan kepala pelaku bom di Ritz-Carlton rusak, sehingga sulit diidentifikasi.
(asy/asy)

Selasa, 21/07/2009 08:25 WIB
Bom di Ritz Carlton & JW Marriott
Sebelum Ubah Target, Pelaku Bom Diduga Targetkan Pemain MU
Arifin Asydhad, Aprizal Rahmatullah - detikNews

(Foto: dok detikcom) Video Terkait
Evakuasi 6 Jenazah Bom JW Marriott
Foto Terkait
Polisi Terus Selidik Ledakan Jakarta - Saat menyewa kamar 1808 hotel Marriott, pelaku bom membayar deposit sebesar US$ 1.400. Pelaku bom menyewa kamar sejak 15 Juli 2009. Kemungkinan besar, pelaku ingin menjadikan para pemain Manchester United (MU) sebagai target. Namun, targetnya diubah ketika melihat ada jadwal pertemuan para pengusaha internasional.

Pada 17 Juli 2009, beberapa jam setelah ledakan bom, tersiar informasi bahwa pelaku bom sudah berada di kamar 1808 selama seminggu. Namun, informasi yang lebih valid disampaikan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri, para pelaku bom sebenarnya baru menginap di hotel bintang lima itu pada 15 Juli 2009, dua hari sebelum ledakan bom terjadi.

Informasi ini kemudian berkembang. Sumber-sumber di Marriott membenarkan bahwa pelaku menyewa kamar 1808 pada 15 Juli 2009 dengan membayar deposit US$ 1.400.

"Mereka berencana menginap selama seminggu dengan membayar deposit US$ 1.400," kata sumber detikcom.

Pelaku menggunakan nama Nurdin Aziz dengan bukti diri KTP yang dikeluarkan Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Dengan rencana menginap selama seminggu, sangat mungkin mereka menjadikan pemain MU sebagai target bom. Rencananya, pemain MU akan menginap di Hotel Ritz Carlton yang terletak bersebelahan dengan Marriott pada 18 Juli 2009. Para pemain MU akan berada di hotel itu hingga 21 Juli 2009.

"Dengan melihat masa sewa kamar, sangat mungkin para pelaku ingin menargetkan ledakan bom untuk para pemain MU. Mereka berada di Marriott sejak 15 Juli untuk melakukan survei-survei terlebih dulu, termasuk mencari tahu terowongan bawah tanah yang menghubungkan Marriott dengan Ritz Carlton," kata sumber itu.

Mengapa para pelaku tidak menginap di Ritz Carlton saja? Kamar-kamar di hotel Ritz Carlton kabarnya sudah dikosongkan sejak jauh-jauh hari. Ini bagian sterilisasi Ritz Carlton sebelum para pemain MU datang. Lagi pula, pengamanan di Ritz Carlton sudah sangat ketat.

Namun, sepertinya para pelaku bom mengubah target di tengah jalan. Baru menginap selama dua hari, pelaku bom diduga mempercepat ledakan bom setelah mengetahui ada agenda CEO Meeting di JW Lounge. CEO Meeting bertajuk Indonesia Country Program (ICP) itu dihadiri para CEO, direktur, dan manajer dari perusahaan-perusahaan asing ternama.

"Mungkin melihat pertemuan yang dihadiri banyak pengusaha penting itu, para pelaku mengubah targetnya. Apalagi di acara itu hadir para pengusaha dari Amerika dan Australia," kata dia.

Namun, cerita ini bukan satu-satunya informasi yang muncul. Informasi yang beredar lainnya, para pelaku bom sebenarnya memang ingin menjadikan pemain MU sebagai target. Namun, pelaku hanya bisa menyewa kamar 1808 selama tiga hari, yaitu tanggal 15, 16, dan 17 Juli 2009.

"Karena kamar di Marriott hanya kosong untuk tiga hari, maka pelaku bom bisa saja mengubah targetnya pada 17 Juli 2009. Untuk long weekend semua kamar sudah penuh," kata dia.

Informasi ini bisa jadi benar. Karena untuk long weekend, apalagi ada event kunjungan MU ke Indonesia, peminat kamar di Marriott membludak.

Tentu, cerita-cerita yang disampaikan sumber-sumber ini belum tentu benar. Informasi ini juga belum terkonfirmasi oleh polisi. Aparat kepolisian masih menyembunyikan hasil penyelidikannya dan baru akan membeberkan hasil investigasinya setelah semua selesai dan benar-benar jelas.

Mengenai pelaku peledakan, polisi juga mau belum mau membuka informasi lebih lebar, meski Kapolri sempat menyebut inisial N. Namun, informasi yang berkembang luas, N yang dimaksud adalah Nurdin Aziz alias Nur Sahid alias Nur Said alias Nur Hasbi, seseorang yang diduga anggota jaringan Noordin M Top.

(asy/nwk)
Selasa, 21/07/2009 08:50 WIB
Bom di Ritz Carlton & JW Marriot
Inilah Fasilitas di Kamar 1808 Hotel JW Marriott
Arifin Asydhad, Odilia Winneke - detikNews

Jakarta - Kamar deluxe yang ada di lantai 18 ini memiliki sejumlah fasilitas prima. Vitrage putih menutupi jendela kaca lebar, dilapisi gordin berwarna cokelat muda. Kenyamanan ranjang pun makin terasa dengan balutan Marriott Revive® untuk sprei dan bed cover!

Jika memang benar tersangka pelaku peledakan bom menempati kamar 1808 hotel JW Marriott Jakarta, maka sejumlah fasilitas prima kelas hotel berbintang lima dinikmatinya selama 2 malam. Berapa sebenarnya tarif kamar hotel yang memiliki 333 kamar ini?

Berdasarkan room rate yang diperoleh detikcom, Selasa (21/7/2009) tarif kamar hotel JW Marriott ini bervariasi sesuai dengan jenis kamar. Untuk per malam deluxe room (seperti kamar di lantai 18), tarifnya US$ 210, executive room US$ 255, Governor room US$ 395, Mayflower US$ 495, Diplomat suite US$ 695, JW Marriott Suit US$ 895 dan Presidential suit US$ 1.200.

Jika benar pelaku menyetorkan uang sebesar US$ 1.400 maka kemungkinan besar ia booking kamar untuk 5 malam berikut uang jaminan. Tiap tamu yang menginap akan diminta garansi berupa kartu kredit atau deposit uang sebanyak tarif kamar semalam.

Apa saja yang diperoleh tamu saat menginap? Tamu bisa check in pada pukul 14.00 WIB dan check out pada pukul 12.00 WIB. Karena tersangka check in pada hari biasa, maka jam tersebut berlaku. Pada saat weekend, waktu check in dan check out lebih fleksibel.

Setelah membereskan administrasi, menyerahkan KTP atau tanda pengenal lain (yang akan difotocopy dan dicatat oleh petugas resepsionis), maka tamu akan mendapatkan kartu kamar. Dengan kartu ini tamu baru bisa memasuki lift. Tamu harus menyelipkan kartu di lubang yang ada di panel lift agar lift bisa naik ke lantai 18. Tanpa kartu ini tamu tak akan bisa naik ke kamar.

Kamar deluxe yang berjumlah 254 kamar di hotel Marriot ini berupa King atau Twin Bed. Kamar seluas 42 meter persegi ini memiliki tinggi 3,3 meter. Vitrage putih membalut jendela kaca lebar, dilapisi dengan gordin tebal berwarna cokelat muda. Jika ingin membuka dan menutup gordin, cukup menekan panel yang ada di sisi tempat tidur.

Kasurnya berupa spring bed dengan Supreme Foam buatan Amerika. Dilapisi sprei putih dan bed cover putih dari Marriott Revive. Ada Mattress Topper (lapisan kasur tipis) dan Decorative Bedding (berupa bantal lebar dan bantal panjang) yang melengkapi ranjang ini. Bahan katun berkualitas tinggi ini sangat lembut dan nyaman. Bantal berisi bulu angsa yang ringan dan empuk menjadi bantal yang nyaman.

Untuk komunikasi, kamar dilengkapi dengan 2 saluran telepon untuk koneksi di dalam dan di luar negeri yang bisa di-dial langsung. Ada pula voice mail dan koneksi internet high speed. Jadi jika ingin memakai laptop juga ada meja dengan koneksi khusus yang nyaman.

Sebagai hiburan, kamar dilengkapi dengan TV flat screen 25 inchi dengan jaringan satelit dan sekaligus berfungsi sebagai radio. Jika ingin membuat teh atau kopi, tersedia teko listrik, kopi, krim dan teh Dilmah. Minuman dingin dan aneka snack juga tersedia di mini bar.

Kamar mandi berupa bathtub dan shower yang terpisah. Dilengkapi dengan segala keperluan mandi (sabun, pelembab, shampoo, bath gel) dan handuk putih lembut berukuran besar. Kamar ini dilengkapi dengan detektor asap sehingga tamu harus berhati-hati dan tidak merokok saat berada di dalam kamar.

Jika ingin sarapan, tamu tinggal datang ke Syailendra Restaurant, untuk menikmati buffet All You Can Eat yang komplet. Fasilitas layan antar makanan ke kamar pun bisa langsung dilakukan dengan langsung mengontak Room Service setiap saat.

(asy/nwk)
Selasa, 21/07/2009 10:04 WIB
Karyawan JW Marriott dan Ritz-Carlton Masuk Kerja Lagi
Didi Syafirdi - detikNews

Video Terkait
Evert Mocodompis Dimakamkan di TPU Tanah Kusir
Foto Terkait
Doa untuk Korban Bom JW Marriott Jakarta - Lima hari setelah peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, karyawan dua hotel itu sudah masuk kerja lagi. Namun demikian, aktivitas di 2 hotel itu belum normal.

Sejumlah karyawan mulai berdatangan di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (21/7/2009).

Pengamatan detikcom, karyawan diperiksa dengan metal detector. Demikian pula tas-tas yang dibawa mereka.

"Sejak Senin lalu, karyawan masuk seperti biasa. Namun kegiatan belum berjalan normal. Umumnya karyawan masuk hanya bersih-bersih saja," kata Deni, karyawan di JW Marriott.

Hal yang sama juga disampaikan karyawan Ritz-Carlton Iman. "Karyawan sudah masuk normal seperti biasa. Tetapi, kegiatan hotel belum berjalan normal. Tamu-tamu di dalam Ritz juga tidak ada," ujar Iman.

Garis polisi masih menghiasi 2 hotel itu. Aktivitas perkantoran di kawasan Mega Kuningan pun telah normal. Jalan menuju Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton belum bisa dilalui. Puluhan polisi tampak berjaga-jaga.

Bom meledak di JW Marriott dan Ritz-Carlton pada Jumat 17 Juli 2009. Bom menewaskan 9 orang dan 53 orang lainnya luka-luka.
(aan/iy)

Selasa, 21/07/2009 10:27 WIB
SBY Diminta Tunjukkan Bukti Empirik Jadi Target Pembunuhan
Laurencius Simanjuntak - detikNews

Video Terkait
SBY Kunjungi Korban Bom di RS MMC
Foto Terkait
SBY Jenguk Korban Bom di RS MMC Jakarta - Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengaku fotonya dijadikan sasaran tembak latihan para teroris menuai kontroversi. Agar tidak meresahkan, SBY harus memberikan penjelasan dan bukti empirik menjadi target pembunuhan.

"Tunjukkan kepada publik bagaimana proses penangkapannya (pelakunya), kapan ditahan dan kapan proses hukumnya. Dan tujukkan bahwa ada bukti yang memperkuat lainnya," ujar pengamat intelijen dari Universitas Indonesia (UI) Andi Widjajanto saat berbincang dengan detikcom, Selasa (21/7/2009).

Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD), Jumat (17/7/2009) menyatakan tersangka kasus penembakan foto-foto SBY sudah ditangkap. SBY sendiri memastikan kasus yang diungkapnya merupakan fakta yang ada dan dilengkapi bukti rekaman video dan fotonya.

Selain soal menjadi target pembunuhan, keterangan pers SBY soal bom JW Marriott dan Ritz Carlton dinilai mencampuradukkan ancaman teror dan ancaman politik. Untuk itu, presiden diminta mengklarifikasi lebih lanjut soal variasi ancaman yang disampaikan.

"SBY harus klarifikasi lebih lanjut dan memaparkan dua jenis ancaman yang terpisah, yaitu ancaman teror dan ancaman politik. Karena hal itu dua hal yang terpisah," kata Andi.

Soal pernyataan akan ada pendudukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan rencana revolusi oleh kelompok tertentu, SBY pun diminta secara gamblang menunjukkan bukti-bukti yang ia dapat. Ini diperlukan agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat.

Seperti diketahui, hasil penyelidikan kepolisian selama 3 hari ini menunjukkan pelaku pengeboman mengarah pada kelompok tertentu yang tidak terkait dengan hal-hal politik. Polisi pun diminta tidak terpengaruh dengan 'bunyi-bunyian' di luar dalam melakukan penyelidikannya.

"Kepolisian tetap fokus dalam mengembangkan tentang terorisme ini," pungkasnya. Mendiskusikan bom Mega Kuningan lebih lanjut? Gabung di sini. (lrn/iy)

Selasa, 21/07/2009 10:40 WIB
Bom Marriott & Ritz-Carlton
Obama Tetap Ingin Berkunjung ke Jakarta
Rita Uli Hutapea - detikNews

AFP Washington - Presiden AS Barack Obama tetap ingin berkunjung ke Jakarta, Indonesia kemungkinan tahun ini. Keinginan itu tetap kuat meski telah terjadi peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton.

Demikian disampaikan Gedung Putih seperti dilansir kantor berita AFP , Selasa (21/7/2009).

"Saya tak punya alasan untuk berkeyakinan bahwa peristiwa beberapa hari terakhir telah mengubah atau mengurangi keinginan presiden untuk berkunjung ke Indonesia," kata juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs.

Obama sempat menghabiskan beberapa tahun masa kanak-kanaknya di Menteng, Jakarta dari tahun 1967-1971, setelah ibunya menikah lagi dengan seorang pria Indonesia.

Dikatakan Gibbs, rencana kunjungan Obama mendatang akan dibahas dalam rapat-rapat di Gedung Putih pekan ini. Kemungkinan Obama akan singgah ke Indonesia usai menghadiri KTT APEC di Singapura yang akan digelar November mendatang.

Ditekankan Gibbs, Indonesia punya arti penting bagi Obama. "Jelas sekali itu negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, penting baginya dari sudut tersebut serta personal," pungkas Gibbs. (ita/iy)

Selasa, 21/07/2009 10:40 WIB
Bom di Ritz-Carlton & JW Marriott
Ibrahim yang Masih Misterius
Aprizal Rahmatullah - detikNews

(Foto: dok detikcom) Foto Terkait
Penutupan Ritz Carlton Jakarta - Senin 20 Juli 2009 kemarin, tiba-tiba ada beberapa orang yang mengaku kerabat Ibrahim. Keluarga mendatangi RS Polri Sukanto karena pria yang disebut sebagai florist di Hotel The Ritz-Carlton itu masih belum jelas nasibnya. Menghilang, entah selamat atau tidak.

Keluarga Ibrahim mendatangi RS Polri sekitar pukul 11.00 WIB, Senin (20/7/2009). Pihak keluarga yang datang adalah dua kakak kandung Ibrahim, yaitu Toha Muhammad dan Mualif Sumi, dan kakak sepupu Ibrahim, Hadyu Muhammad.

Kepada wartawan, Hadyu mengaku belum mengetahui keberadaan Ibrahim. "Pihak keluarga sudah mengunjungi seluruh RS, namun belum ada informasi yang jelas," kata Hadyu.

Pihak keluarga sendiri yang memiliki inisiatif mencari Ibrahim. "Kami yang punya inisiatif mencari sendiri. Hingga saat ini belum ada pihak kepolisian yang menghubungi kami," ujar Hadyu yang mengaku keluarga Ibrahim berasal dari Kuningan, Jawa Barat.

Menurut Hadyu, kakak Ibrahim, Toha tak bisa menghubungi ponsel Ibrahim sekitar pukul 09.00 WIB di hari bom meledak. Ibrahim memiliki ciri-ciri tinggi 170 cm, rambut lurus, kulit kuning langsat.

Menurut Hadyu, Ibrahim bekerja di Ritz-Carlton sudah sekitar 3 tahunan. Ibrahim yang memiliki 4 anak itu ngekos di sebuah pemukiman di belakang Hotel Ritz-Carlton. Saat itu Hadyu mengaku disuruh membawa sikat gigi dan baju milik Ibrahim.

Sekitar 5 menit Hadyu mengobrol dengan wartawan, Hadyu pun menerima telepon dari kakak Ibrahim, Toha.

"Saya nggak boleh nih sama kakaknya Ibrahim. Saya disuruh masuk. Sama Pak polisi nggak boleh (memberi keterangan). Saya disuruh masuk," ujar Hadyu yang langsung masuk ke ruang pemulasaraan jenazah.

Kemudian 10 menit setelah kedatangan Hadyu, ada seorang lagi yang mengaku kerabat Ibrahim. Dia bernama Matalih. Matalih membenarkan bahwa Ibrahim indekos di belakang Ritz-Carlton.

Tak lama ngobrol dengan wartawan, Matalih didekati polisi dan dibawa menjauh dari kerumunan wartawan untuk dimintai keterangan.

Keluarga Ibrahim diperbolehkan oleh tim identifikasi untuk melihat jenazah dan potongan tubuh yang tersimpan di RS Polri. Hingga pukul 11.30 WIB kemarin keluarga Ibrahim masih berada di dalam Instalasi Jenazah untuk membantu mengenali para korban tewas yang belum teridentifikasi.

Hingga malam pukul 20.00 WIB, tak tampak satu pun keluarga Ibrahim keluar dari ruang pemulasaraan jenazah. Apakah identitas Ibrahim sudah diketahui atau belum, belum ada kabarnya hingga hari ini, Selasa (21/7/2009).

(nwk/asy)

Selasa, 21/07/2009 11:10 WIB
Bom di Ritz-Carlton & JW Marriott
Suripto: Pelaku Bisa Saja Direkrut Untuk Agenda di Luar JI
Didit Tri Kertapati - detikNews

Jakarta - Pelaku pemboman di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott masih belum dapat diungkap oleh pihak kepolisian. Beragam spekulasi pun beredar. Siapa dalang pemboman yang menewaskan 9 orang tersebut?

Menurut mantan staf Kepala Badan Koordinasi Intelejen Negara (BAKIN) sekarang menjadi Badan Intelejen Negara (BIN), Suripto, misi pengeboman yakni antikemapanan dan antibarat atau anti-AS.

"Tujuannya yaitu, menimbulkan kepanikan dan keresahan masyarakat. Tujuan dari kedua ledakan yang terjadi kemarin tercapai," ujar Suripto, ketika berbincang dengan detikcom, Selasa (21/7/2009).

Suripto menduga, pelaku bukanlah anggota kelompok jaringan teroris yang selama ini dikenal. Menurut Suripto, mungkin saja pelakunya merupakan mantan anggota JI namun apa yang dilakukan bukanlah berdasarkan instruksi dari organisasi induknya tersebut.

"Bukan berarti itu kelompok Al-Qaeda atau Jamaah Islamiyah (JI). Bisa juga direkrut melaksanakan agenda pihak di luar itu," kata politisi PKS itu.

Pelaku, kata Soeripto, kental dengan muatan pesanan untuk membuat kondisi perpolitikan di Indonesia menjadi tidak stabil.

Suripto menerangkan, intelijen asing memprediksi pemerintahan Indonesia yang akan datang sangat kental dengan nuansa Islam. Karena partai Islam hampir semuanya mendukung SBY, sehingga ingin dibuat upaya agar kepercayaan terhadap partai Islam hilang.

"Islam dan Islamophobia dihadapkan, sehingga partai Islam nggak dipakai SBY," analisis wakil ketua komisi III DPR RI ini.

Lebih lanjut Suripto mengatakan, kaitan peristiwa kemarin dengan kelompok Noordin Top hampir tidak mungkin. Noordin Top, terang Soeripto, sangat sulit berkomunikasi dengan jaringannya karena dia sudah jadi buruan utama sejak lama.

"Noordin Top dalam posisi buronan yang sudah diisolasi, gerakannya semakin sempit. Sehingga membangun komunikasi dengan jaringannya sulit," pungkas pria berkacamata tersebut.
(ddt/iy)

Selasa, 21/07/2009 11:11 WIB
Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton
Belum Pulih, 7 Korban Belum Pasti Kapan Pulang
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Video Terkait
Evert Mocodompis Dimakamkan di TPU Tanah Kusir
Foto Terkait
Membandingkan Foto Kepala & Nur Said Jakarta - 7 Korban ledakan bom di Hotel Marriott dan Ritz-Carlton masih dirawat di RS MMC, Kuningan, Jakarta Selatan. Kondisi ketujuh korban belum pulih sehingga belum dapat dipastikan kapan pulang.

"Sampai saat ini ada 6 orang WNI dan 1 WNA. Belum bisa dipastikan pulangnya," ujar Rebecca, perwakilan humas RS MMC di kantornya, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (21/7/2009).

Namun menurut Rebecca, 7 pasien itu kini sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Sebelumnya mereka dirawat di ruang intensif dengan luka bervariasi.

"Luka bervariasi, tapi kami tidak bisa rinci," katanya.

Rebecca mengungkapkan, mayoritas pasien mempunyai asuransi dari perusahaan tempat mereka bekerja untuk membayar biaya RS. Namun pemerintah siap membayarkan pasien yang tidak mempunyai asuransi.

"Dari pemerintah sudah bilang siap menangggung. WNA juga umumnya punya asuransi," jelasnya.

Berikut nama korban yang masih dirawat:

1. Andrew Stuart Cobhan (Kanada)
2. I Gusti Agung Ray
3. Oki Utomo
4. Yusuf Purnomo
5. Yurike Martiningrum
6. Marico Asmarawati
7. Geovanni ME Suhardi

(nik/ken)

Selasa, 21/07/2009 11:11 WIB
Noordin sang Perekrut 'Pengantin' yang Selalu Terus Diburu
Indra Subagja - detikNews

Foto Terkait
JW Marriott Pasca Ledakan Bom Jakarta - Foto wajah Noordin M Top sudah beberapa tahun ini terpampang di situs polri.go.id. Di situs itu, warga Malaysia ini masuk dalam daftar pencarian orang. Dari sejumlah nama yang dipampang dia satu-satunya buronan untuk kasus terorisme.

Pastinya di situs Polri itu, hingga Senin (21/7/200), Noordin masih eksis sebagai buronan paling dicari. Ciri-ciri fisik Noordin juga ditampilkan, antara lain tinggi badan 168 cm, berat badan 67 kg, tanggal lahir 4 April 1964, dan bahasa yang dikuasai, Arab dan Indonesia.

Selama ini, Noordin menurut berbagai sumber, dikenal sebagai perekrut handal. Dia yang mencari dan menggalang anggota-anggota baru untuk melakukan pemboman atau yang biasa disebut di kalangan kelompok itu sebagai 'calon pengantin'. Disebut demikian karena dipercayai sang pembom akan menikah dan mendapatkan bidadari di surga.

Noordin bersama kawannya Dr Azahari, duo Malaysia meroket ketika rentetan peristiwa pemboman terjadi mulai dai Bom Bali pada 2002 lalu. Yang satu mencari calon pengantin dan satunya lagi merakit bom.

Berbagai upaya penangkapan dan penyergapan terus dilakukan. Mulai dari penyergapan di Bandung pada Oktober 2003, Wonosobo pada April 2005, Wonosobo Oktober 2005, dan di Batu, Malang November 2005. Saat penyergapan di Malang, Dr Azahari berhasil ditembak, tapi Noordin tetap lolos.

Pada Juni 2007, Abu Dujana panglima perang kelompok Noordin ditangkap di Banyumas. Kemudian berbagai penyergapan di Jawa, membuat dia dan kelompoknya disebut-sebut hengkang ke Sumatera. Hingga pada Juli 2008, polisi menangkap kelompok Noordin di Palembang, kemudian pada 25 Juni 2009 polisi menangkap 2 warga Singapura di Lampung, sebelumnya pada bulan yang sama di Cilacap pada 21 Juni ditangkap Saefudin Zukhri di Cilacap.

Terakhir pada 14 Juli 2009, polisi menemukan bom di rumah yang diduga milik mertua Noordin. Dari berbagai rekam jejak penangkapan tersebut, Noordin selalu lolos. Namun sempat tersiar kabar, sebenarnya polisi sudah hampir pasti menangkap Noordin saat dia di Cilacap.

Entah bagaimana, Noordin beserta istri dan mertuanya itu lolos. Disebut-sebut, Noordin lebih dahulu mendengar kabar bahwa kawannya warga Singapura telah ditangkap di Lampung, dia pun kemudian meloloskan diri dari pantauan petugas.

Hingga kemudian aksi bom bunuh diri terjadi pada 17 Juli 2009, di JW Marriott dan The Ritz-Carlton. Anak buah Noordin disebut sebagai pelakunya. Sang perekrut 'pengantin' ini pun kini terus diburu. (ndr/asy)

Selasa, 21/07/2009 11:16 WIB
Nur Said Alumnus Ponpes Ngruki, Seangkatan Asmar Latin Sani
Muchus Budi R. - detikNews

dok detikcom Solo - Setelah sempat mengeluarkan bantahan, akhirnya Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki mengakui bahwa Nur Said yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott Jakarta adalah alumnus pesantren tersebut. Nur Said diakui belajar di Ngruki seangkatan dengan Asmar Latin Sani dan Abdul Hadi.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Al-Mukmin Ngruki, Ustadz Wahyuddin, kepada wartawan, Selasa (21/7/2009). Wahyuddin mengaku pihaknya sempat membantah Nur Said sebagai alumnus pesantrennya karena ketidaksesuaian nama-nama yang disebutkan dengan catatan yang ada di buku induk pesantren.

"Di buku induk tidak ada nama alumni maupun santri bernama Nurhasbi, Nuri Hasdi atau Nur Sahid seperti yang ditanyakan wartawan selama ini. Namun jika nama Nur Said asal Temanggung memang ada. Dia lulusan tahun 1994 dari Kuliyatul Mualimin al-Islamiyah (KMI)," papar Wahyuddin.

Dipaparkannya, Nur Said seangkatan dengan Asmar Latin Sani, pelaku bom bunuh di JW Marriott tahun 2003. Dia juga seangkatan Abdul Hadi yang tewas tertembak dalam penyergapan polisi di Wonosobo beberapa waktu lalu.

Meskipun nyantri selama enam tahun di pesantren yang dia pimpin, Wahyuddin mengaku tidak mengenal secara pribadi dan tidak memiliki kenangan tersendiri terhadap Nur Said. Hal itu, menurutnya, mungkin karena selama nyantri Nur Said bukan santri yang menonjol.

"Santri yang menonjol dan mudah dikenal itu mungkin karena kepandaiannya atau memiliki prestasi khusus. Saya tanya ke para ustadz di sini, mereka juga sudah tidak ingat atau memiliki kenangan tersendiri. Berarti Nur Said ini selama nyantri juga hanya rata-rata saja prestasinya," ujarnya.

Lebih lanjut, meskipun sejumlah lulusan pesantrennya terkait dengan tindak kekesan, namun Wahyuddin tetap merasa tidak terganggu karena mereka bertindak seperti itu setelah lulus dari pesantren. Namun demikian dia mengakui tindakan segelintir alumni itu tetap berpengaruh pada nama baik lembaganya.

"Yang jelas lembaga kami tidak terkait aksi kekerasan seperti itu. Saya pribadi juga menolak kekerasan. Dalam Islam, perang itu ada rukun dan syarat-syaratnya. Menurut saya, tindakan mereka tidak memenuhi rukun dan syarat-syarat perang yang diatur dalam Islam," kata menantu (alm) Abdullah Sungkar tersebut.

Wahyuddin juga mengaku terganggu dengan kemunculan Abdurrachman Assegaf yang mengaku ketua umum Gerakan Umata Islam Indonesia (GUII) yang mengaitkan tindak kekerasan itu dengan Pesantren Ngruki. Dia mempertanyakan siapa dan apa kepentingan Abdurrachman melakukan itu.

"Kami tidak kenal dia. Lagipula apa kapasitas dia bicara dan apa kepentingannya. Untuk apa dia mengaitkan peristiwa itu dengan lembaga kami dengan data yang tidak ada dasarnya, kecuali memang dia tidak suka dengan kami," ujar Wahyuddin sembari mendoakan Abdurrachman Assegaf menyadari kekhilafannya. Mendiskusikan bom Mega Kuningan lebih lanjut? Gabung di sini. (mbr/djo)

Selasa, 21/07/2009 11:23 WIB
Kalau Diungkap Lebih Mengejutkan
Tak Hanya Satu, Foto SBY Jadi Sasaran Tembak Ada Banyak Versi
Irwan Nugroho - detikNews

Video Terkait
SBY Kunjungi Korban Bom di RS MMC
Foto Terkait
Aksi Kutuk Bom Kuningan Jakarta - Foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi sasaran tembak teroris seperti ditunjukkan SBY sendiri dinilai cukup terpercaya dan tidak direkayasa. Foto serupa banyak disita pihak berwenang dari operasi bawah tanah.

"Sebetulnya foto itu salah satunya saja. Fotonya banyak dan tidak etis kalau dibuka, karena bukan konsumsi publik dan akan mempengaruhi kerahasiaan," kata pengamat intelijen Wawan H Purwanto kepada detikcom, Selasa (21/7/2009).

Bahkan, menurut Wawan, foto-foto seperti yang diungkapkan SBY beberapa jam setelah meledaknya bom di Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton ada berbagai versi. Misalnya versi tahun 2008 dan 2009.

"Dan itu kalau diungkap lebih mengejutkan dan mengerikan. Tapi ini masih dalam penyidikan, pendalaman dan pengejaran," jelas Wawan.

Mengenai maksud SBY menunjukkan salah satu foto tersebut, Wawan menilai untuk peringatan (early warning) bagi masyarakat supaya terus waspada. Ancaman terorisme masih ada, sekalipun pelakunya telah ditangkap.

"Itu bukan menakut-nakuti. Itu early warning dari Bapak Presiden supaya ada suatu awarness bahwa ada ancaman yang terus terjadi. Ancaman itu masih terus dilakukan, sehingga bukan lantas berhenti setelah yang bersangkutan ditangkap," tuturnya.

(irw/iy)

Selasa, 21/07/2009 11:55 WIB
Bom JW Marriott dan Ritz Carlton
Pengamanan Wisma Bakrie dan KPK Diperketat
Rachmadin Ismail - detikNews

Jakarta - Peristiwa pengeboman di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott diduga akibat lengahnya petugas keamanan. Untuk menghindari hal serupa, pengamanan di gedung Wisma Bakrie dan KPK kini semakin diperketat.

Pantauan detikcom, Selasa (21/7/2009), di kedua gedung tersebut, petugas keamanan menerapkan sistem pemeriksaan berlapis. Mulai dari kendaraan yang
masuk hingga ke lobi gedung, barang bawaan pengunjung terus diperiksa.

Pemeriksaan ketat juga dilakukan terhadap pengunjung yang membawa tas laptop. Diduga kuat, lewat tas tersebut bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton dibawa masuk.

"Ini sudah jadi prosedur standar," kata salah seorang petugas keamanan Gedung KPK.

KPK sempat mengalami ancaman bom sehari sebelum peledakan bom di hotel JW
Marriott dan Ritz-Carlton. Tim Gegana yang menyisir seluruh gedung kemudian
menyimpulkan tidak ada benda mencurigakan di gedung berlantai 9 tersebut.

(mad/mok)

Selasa, 21/07/2009 12:08 WIB
Noordin M Top & Pola Lompat Katak Pelaku Terorisme
Irwan Nugroho - detikNews

Video Terkait
Identitas 1 Jenazah di RS Polri Mulai Terkuak
Foto Terkait
Ritz Carlton Meledak Jakarta - Mengapa para pelaku terorisme sulit sekali ditangkap? Sebab mereka menggunakan pola lompat katak, selalu berpindah tempat jika ada jaringan mereka yang tertangkap.

"Mereka menggunakan pola lompat katak. Sehingga kalau digerebek di sini, mereka langsung saling memberi tahu (untuk segera berpindah)," kata pengamat intelijen Wawan H Purwanto kepada detikcom , Selasa (21/7/2009).

"Kalau mereka menetapkan pola reguler, tinggal di satu tempat, pasti cepat tertangkap," imbuhnya.

Contohnya saja, lanjut Wawan, gembong teroris yang paling dicari saat ini, Noordin M Top. Noordin sebelumnya diduga berada di Bogor, Jawa Barat.

Namun, begitu terjadi penangkapan di Cilacap, Jawa Tengah, warga negara Malaysia itu kemudian bergeser ke tempat lain. Keberadaan Noordin di Bogor terendus polisi sekitar 2 minggu yang lalu.

"Jadi dari Cilacap didapat info banyak sekali. Dari sana lantas dikembangkan dan dilakukan pengejaran. Pengejaran memang tidak dipublikasikan," tandas dia.

Wawan menilai tidak ada kesengajaan polisi untuk membiarkan Noordin bebas pasca penggeberekan di Cilacap pada akhir Juni lalu. Sebab, hal itu merupakan pelanggaran yang serius jika dilakukan.

"Oh tidak ada upaya pembebasan, itu pelanggaran. Nggak boleh. Kita lihat juga ada penyetopan di semua sisi, termasuk pendanaan. Jalur-jalur pasokan logistik juga sudah diblokir," pungkasnya. Mendiskusikan bom Mega Kuningan lebih lanjut? Gabung di sini. (irw/iy)

Selasa, 21/07/2009 12:31 WIB
Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton
2 Wartawan Asing Diperbolehkan Masuk ke Lokasi Ledakan
Ayu Fitriani - detikNews

Jakarta - Polisi melarang keras siapa pun juga yang ingin masuk ke bekas lokasi ledakan di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta. Namun dua wartawan Australia, Channel 10, justru diperbolehkan melenggang masuk ke dalam. Diskriminasi?

Pantauan detikcom, Selasa (21/7/2009), mereka masuk ke dalam hotel sekitar pukul 10.00 WIB. Mereka terlihat membawa kamera dan tripod. Kedua pria itu menggunakan kemeja biru.

Meski harus melewati pemeriksaan, namun petugas keamanan mempersilakan mereka masuk. Hampir sejam lamanya, kedua pria tersebut berada di dalam.

Perlakuan berbeda justru didapat oleh wartawan asal Indonesia. Permohonan yang mereka ajukan pasti akan ditolak mentah-mentah.

Sementara itu menurut Humas Ritz-Charlton, Elsramandhinta, pihaknya memang telah memberi izin kepada kedua wartawan untuk masuk ke dalam hotel. Izin diberikan setelah ada koordinasi antara Kedubes Australia dan Mabes Polri.

Elsramandhinta menjamin jika mereka tidak ada yang mengambil gambar di dalam hotel. "Mereka di dalam tidak mengambil gambar, hanya mewawancarai salah satu pegawai Ritz yang berasal dari Australia untuk dibuat profil," paparnya.

Saat dihubungi, Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak, justru mengaku belum tahu adanya koordinasi itu.

"Wah saya tidak mengetahui hal itu, belum ada koordinasi dengan pihak Polri," tutupnya.
(mok/iy)

Selasa, 21/07/2009 12:35 WIB
Bom JW Marriott & Ritz-Carlton
Misteri Lolosnya Bom dari Pemeriksaan Metal Detector
Arifin Asydhad, Didi Syafirdi - detikNews

(Foto: Metro TV) Video Terkait
Karyawan JW Marriott - Ritz-Carlton Kembali Kerja
Foto Terkait
Karyawan Marriott-Ritz-Carlton Mulai Bekerja Jakarta - Hingga kini masih menjadi tanda tanya besar mengapa bom atau bahan peledak yang dibawa pelaku peledakan bom bisa lolos di Hotel JW Marriott Jakarta. Padahal, pemeriksaan sudah dilakukan secara bertahap, baik di luar hotel maupun ketika masuk hotel.

Video CCTV yang ditayangkan MetroTV memperlihatkan proses pemeriksaan berlapis kepada pelaku bom. Mobil Taksi Pusaka Nuri yang ditumpangi pelaku bom diperiksa secara ketat saat tiba di mulut gerbang hotel itu sekitar pukul 15.00 WIB tanggal 15 Juli 2009 lalu.

Pemeriksaan dengan metal detector dilakukan hingga bawah bagian body mobil. Semua pintu taksi itu juga dibuka untuk diperiksa petugas sekuriti berseragam biru tua. Pemeriksaan selesai, tidak ada benda yang mencurigakan, sehingga taksi diperbolehkan masuk ke halaman lobi hotel.

Turun dari mobil, pelaku diperiksa kembali di pintu metal detector sebelum masuk lobby hotel. Begitu juga barang-barangnya dengan dicek dengan metal detector sebelum dinaikkan ke troli. Setelah lolos dari pemeriksaan itu, pelaku menuju lobby sambil membawa barang bawaannya.

Sumber detikcom yang sering berkunjung ke JW Marriott Jakarta mengatakan, prosedur pemeriksaan yang tertangkap CCTV itu memang sudah sesuai prosedur biasanya. "Semua orang yang bertamu mengalami pemeriksaan seperti itu. Pelaku bom yang tertangkap CCTV itu, saya lihat sudah menjalani pemeriksaan seperti biasanya, termasuk barang-barangnya," ujar dia saat berbincang-bincang dengan detikcom, Selasa (21/7/2009).

Menurut dia, pemeriksaan metal detector hanya berlangsung dua kali. Pemeriksaan pertama di gate sebelum masuk pelataran hotel. Di gate ini, ada kanopi panjang untuk antre mobil ketika pemeriksaan metal detector dilakukan. Pemeriksaan mobil sangat ketat, termasuk terhadap barang bawaan yang dibawa pengunjung. Kap mobil dan bagasi mobil selalu dibuka.

Setelah pemeriksaan selesai, portal akan dibuka dan mobil diperbolehkan masuk ke pelataran hotel. Saat akan masuk ke lobi, pemeriksaan metal detector kedua kalinya dilakukan. Semua barang bawaan diperiksa. Setelah lolos pemeriksaan ini, pengunjung bisa masuk ke dalam hotel.

Dengan lolosnya bahan peledak bom dari metal detector, yang masih jadi tanda tanya apakah pelaku saat masuk ke hotel memang sudah membawa bahan peledak? Jika memang membawa bahan peledak, maka pelaku bom sudah sangat lihai mengamankan bahan peledaknya sehingga tidak terdeteksi oleh peralatan metal detector.

Bila tidak, bagaimana pelaku memasukkan bahan peledak ke hotel dan lewat pintu mana? Apakah pelaku membawa bahan-bahannya saja, kemudian dirakit di hotel? Tapi, walaupun pelaku hanya membawa komponen-komponen dan bahan mentah bom, bukankah seharusnya tetap terdeteksi oleh metal detector?

Hal ini yang masih menjadi tanda tanya besar. Polisi hingga kini belum merilis bagaimana cara bahan peledak bisa masuk ke dalam hotel JW Marriott. Polisi masih terus melakukan investigasi. Mendiskusikan bom Mega Kuningan lebih lanjut? Gabung di sini. (asy/iy)

Selasa, 21/07/2009 13:00 WIB
Foto 'Penembakan' SBY
Permadi: SBY Ditipu Bawahannya!
Aprizal Rahmatullah - detikNews

Video Terkait
Menko Polkam dan Kapolri ke Kuningan
Foto Terkait
SBY Jenguk Korban Bom di RS MMC Jakarta - Foto yang dipublikasikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan gambar dirinya sebagai sasaran tembak merupakan foto lawas. Foto yang ditunjukkan dalam keterangan pers terkait pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton itu pernah ditunjukkan dalam rapat dengan Komisi I DPR sekitar tahun 2004.

Hal itu dikatakan anggota Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Permadi, di sela-sela Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) II Gerindra di Hotel Millenium, Jl Fachrudin, Jakpus, Senin (21/7/2009).

"Pak SBY ditipu bawahan-bawahannya, gambar-gambar itu pernah dipublikasikan di Komisi I. Itu sudah 5 tahun yang lalu di Komisi I," kata Permadi yang menjadi anggota komisi pertahanan saat 2004 itu.

Namun demikan, Permadi belum sempat menjelaskan siapa mitra Komisi I yang pernah membeberkan foto tersebut. Mitra Komisi I DPR dalam bidang pertahanan adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Badan Intelijen Negara (BIN).

Mengenai pernyataan SBY yang secara implisit menuding Prabowo Subianto, Permadi menyerahkan sepenuhnya kepada Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra tersebut.

"Terserah Mas Prabowo. Itu diselesaikan baiknya seperti yang Mas Prabowo katakan, yaitu sowan (ke SBY)," kata politisi gaek ini.

Sementara itu, saat ditanya soal tudingan SBY terhadap dirinya, Prabowo Subianto tetap dengan jawaban kalemnya. "Kita berpikir positif ajalah soal itu," singkatnya.

Dalam keterangan pers 17 Juli lalu, Presiden SBY membeberkan beberapa poto yang ia dapat dari intelijen. Foto tersebut di antaranya foto teroris yang sedang menembak sebuah target yang tidak tergambar jelas, dan sebuah foto gambar SBY dari jarak dekat dengan lobang di pipi sebelah kanan.

Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menjelaskan 'penembak' SBY sudah ditangkap di Kalimantan Timur pada Mei 2009. (lrn/asy)

Selasa, 21/07/2009 13:47 WIB
Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton
Orang Tua Nur Said Diduga Berada di Mabes Polri
Parwito - detikNews

dok detikcom Temanggung - Keberadaan M Nasir dan Tumini, orang tua tersangka pelaku peledakan di Hotel JW Marriott Jakarta Nur Said alias Nuri Hasdi alias Nur Hasbi alias Nur Aziz, sampai sekarang masih misterius. Muncul dugaan, kedua orang tersebut sudah berada di Mabes Polri.

Dugaan tersebut muncul berdasarkan keterangan yang disampaikan Ridho Rosyid, sepupu Nur Said. Menurutnya, dirinya sempat mencoba menghubungi kepala desa dan kepala dusun yang ikut mengantar kepergian Nasir dan Tumini bersama sejumlah petugas polisi. Namun upaya komunikasi langsung itu gagal. Ridho hanya bisa menghubungi kedua pamong desa desa itu lewat SMS.

"Semalam sekitar pukul 01.00 dini hari saya sms Pak Kades. Dalam smsnya beliau menyatakan keluarga dalam kondisi dan tempat yang aman," tegas Ridho, Selasa (21/7/2009).

Ridho mengaku tidak mendapat penjelasan lebih lanjut mengenai 'tempat yang aman' tersebut. Dia sudah berusaha menanyakan hal itu, namun tak kunjung ada jawaban.

Informasi lain yang diterima detikcom, setelah dijemput di rumahnya oleh sejumlah petugas, Senin (20/7/2009), Nasir dan Tumini sempat dibawa ke Mapolda Jawa Tengah.

Sementara itu Kepala Dusun Katekan, Kukuh Riyanto, dikabarkan telah kembali ke rumahnya. Namun saat dikonformasi mengenai keberadaan Nasir dan Tumini, Kukuh enggan membuka mulut.

"Saya tidak di rumah tapi di Kota Temanggung untuk keperluan pribadi. Jadi nanti saja saya kalau sudah pulang ke rumah," kilah Kukuh melalui ponselnya.

Sebelumnya para wartawan sempat mendatangi kediaman Kukuh. Namun pria itu berhasil mengecoh dan menghindari kedatangan wartawan.

Pantauan detikcom, kediaman Nasir dan Tumini di Dusun Katekan, Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, tampak sepi. Pintu dan jendela rumah Nasir tampak tertutup rapat.

Puluhan personel polisi dan TNI yang pada hari sebelumnya terlihat lalu lalang, kini tidak ada lagi. Aktivitas warga setempat juga sudah berangsur normal.

(djo/djo)

Selasa, 21/07/2009 13:51 WIB
Metal Detector Ditengarai Tak Bisa Pindai Bahan Peledak
Indra Subagja - detikNews

Jakarta - Misteri lolosnya sang bomber ke dalam hotel menjadi pertanyaan. Apakah metal detector sudah bisa dikibuli? Pastinya alat pendeteksi itu tidak bisa 'mengendus' bahan peledak dalam rangkaian terpisah.

Informasi yang dikumpulkan detikcom, Selasa (21/7/2009), sebenarnya kerja alat metal detector ini tidak canggih seperti yang dibayangkan orang. Memang bila yang dibawa jenis senjata api itu akan mudah terdeteksi, tapi kalau itu bahan peledak akan lain ceritanya.

"Kalau bom sudah ada sirkuitnya, sudah dirakit pasti bisa dideteksi. Tapi kalau dibawa dalam keadaan terpisah, bahan peledak tidak bisa dideteksi metal detector," ujar seorang perwira di Mabes Polri yang enggan disebutkan namanya saat ditemui di Jakarta.

Bukan hanya itu saja, biasanya para petugas hotel akan memperlakukan hal berbeda bila yang masuk itu tamu hotel. Pemeriksaan tidak akan sampai pada pembongkaran tas. "Karena itu si pelaku merakit bom di dalam kamar," terang sumber yang mengaku pernah mengetes keamanan di hotel tersebut.

Dia pun yakin, dari jenis bom yang dipakai, menurutnya tidak ada hal yang baru ditemukan. Rangkaian dan rakitan mirip dengan kelompok Noordin M Top.

"Itu ada mur-mur, kalau meletus menghantam orang efeknya besar. Kemudian ini memakai bom bunuh diri, siapa lagi kalau bukan anak buahnya Noordin yang mau bunuh diri. Patut dicatat Noordin pintar sekali mendoktrin orang," tutupnya.

Sementara itu dikonfirmasi mengenai hal ini Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna dan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Chrysnanda Dwilaksana tidak mengangkat teleponnya.
(ndr/iy)

Selasa, 21/07/2009 14:03 WIB
Pidato SBY Pasca Bom
Kriminalisasikan Pejuang Keadilan Pilpres, SBY Mirip Orba
Shohib Masykur - detikNews

Video Terkait
Ledakan Bom Guncang Ritz Carlton
Foto Terkait
Penutupan Ritz Carlton Jakarta - Pidato Presiden SBY yang menanggapi ledakan bom JW Marriott dan Ritz Carlton dinilai sebagai upaya mengkriminalisasikan para pejuang keadilan pilpres. Mereka yang memperjuangkan agar pilpres berlangsung jujur dan adil seolah-olah dianggap sebagai penjahat yang antinegara dan antidemokrasi.

"Penting untuk diketahui Presiden bahwa pernyataan beliau terasa sangat memukul kelompok masyarakat yang selama ini aktif melakukan advokasi pelanggaran dan kecurangan pemilu," kata Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti dalam konferensi pers di Kantor Bawaslu, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (21/7/2009).

Menurut Ray, SBY mengarahkan opini publik agar beranggapan bahwa pihak-pihak yang tidak puas terhadap pilpres adalah pelaku kekerasan yang antidemokrasi, antinegara, antipemerintahan. Orang-orang itu berbahaya karena ingin membuat Indonesia serupa Iran yang mengalami kekacauan pascapilpres.

Tindakan SBY ini, menurut Ray, ada kemiripan dengan apa yang dilakukan Soeharto ketika membangun Orde Baru. Saat itu Soeharto juga mengkriminalisasikan para pengkritik pemerintah sebagai pihak yang antipemerintahan dan antinegara. Dan seperti diketahui, Orde Baru kemudian mengarah pada otoritarianisme.

"Ada indikasi (sekarang) juga mengarah ke situ," kata Ray.

Padahal, lanjut Ray, pihak-pihak yang mengadvokasi pelanggaran pemilu itu berjuang demi menegakkan demokrasi. Sebab setiap pelanggaran pemilu berarti menciderai proses demokrasi. Dan pembiaran kecurangan dan pelanggaran pemilu merupakan awal bagi upaya penggerogotan demokrasi Indonesia. Oleh karena itu, kecurangan dan pelanggaran ini tidak boleh didiamkan.

"Sebab penting untuk diingat bahwa warisan yang paling indah dan amat sangat berguna bagi anak cucu bangsa kita adalah demokrasi," tegas Ray.

(sho/irw)

Selasa, 21/07/2009 14:11 WIB
Bom JW Marriot dan Ritz-Carlton
Menhan: Terlalu Banyak Spekulasi, Tunggu Penyelidikan!
M. Rizal Maslan - detikNews

Jakarta - Sejumlah analisis seputar bom di Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton mengarah pada jaringan Jamaah Islamiah (JI). Namun analisis yang beredar saat ini dinilai sudah terlalu banyak spekulasi.

Penilaian itu disampaikan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono. Menurutnya, ada baiknya jika saat ini semua pihak menunggu hasil kerja polisi.

"Saat ini banyak spekulasi sebab musababnya. Mari kita tunggu hasi penyelidikan polisi," kata Juwono usai pembukaan S2 Manajemen Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (21/7/2009).

Juwono mengatakan, saat ini kasus pemboman yang terjadi Jumat 17 Juli lalu tersebut tengah ditangani Kementerian Polhukam dan Badan Inteligen Negara (BIN).

Menurut Juwono, Indonesia telah bekerja sama dengan sejumlah negara mitra untuk menanggulangi teroris di Indonesia.

"Yang penting, kepenjuruannya ada di tangan orang Indonesia, baik polisi maupun BIN," katanya.

(zal/ken)

Selasa, 21/07/2009 14:14 WIB
Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton
Staf Kedubes Belanda Datangi RS Polri Kramat Jati
Hery Winarno - detikNews

Video Terkait
Karyawan JW Marriott - Ritz-Carlton Kembali Kerja
Foto Terkait
Perawatan CCTV di Kedubes Inggris Jakarta - Seorang staf Kedutaan Besar (Kedubes) Belanda mendatangi ruang forensik kamar mayat RS Polri Dr Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Kedatangan wanita itu diduga untuk mencari 2 warga negara Belanda yang hilang.

Namun wanita yang mengenakan baju hijau dan celana panjang coklat itu tidak memberikan keterangan apa pun kepada wartawan.

"I'm sorry. I'm sorry," kata wanita itu, di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (21/7/2009).

Sementara itu, Imam (33) sopir Kedubes Belanda mengaku tidak tahu menahu maksud kedatangan wanita itu.

"Saya kan cuma driver. Saya disuruh jemput di Kedubes Belanda di Kuningan terus disuruh nganterin ke sini," kata Imam yang mengendarai Honda CRV silver CD 60 33.

Kedatangan staf Kedubes Belanda ini diduga terkait rilis Kedubes Belanda yang menyatakan 2 warga negaranya hilang usai bom di Marriott dan Ritz-Carlton Jumat (17/7/2009).

Saat ini di ruang mayat RS Polri ada 4 mayat dan 5 kantong potongan tubuh korban ledakan bom. (nik/iy)
Selasa, 21/07/2009 14:35 WIB
Wisma Bakrie II Diancam Bom
Rachmadin Ismail - detikNews

Jakarta - Teror bom kali ini menghampiri Gedung Wisma Bakrie II. Tidak ingin kecolongan seperti kasus bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, sekitar 12 anggota tim dari Gegana langsung menyisir gedung.

"Ada ancaman bom," ujar salah satu anggota Gegana yang enggan disebutkan namanya di lokasi, Jl HR Rasuna Said, Jaksel, Selasa (21/7/2009).

Pantauan detikcom, tim dari Gegana tiba sekitar pukul 14.20 WIB. Mereka tiba dengan menggunakan dua mobil antibom. Mereka keluar sambil membawa alat deteksi bom.

Mereka langsung melakukan koordinasi dengan pihak keamanan internal. Karyawan yang berada di dalam gedung, hingga pukul 14.30 WIB belum ada yang dievakuasi. Tidak juga terlihat kepanikan dari pengunjung gedung tersebut.

(mok/iy)

Selasa, 21/07/2009 14:49 WIB
Bom JW Marriott & Ritz-Carlton
Polda Jateng Tidak Tahu Keberadaan Orangtua Nur Said
Triono Wahyu Sudibyo - detikNews

Foto Terkait
Membandingkan Foto Kepala & Nur Said Semarang - Orangtua Nur Said dikabarkan dijemput polisi untuk melakukan tes DNA. Tak jelas, kemana keduanya dibawa. Polda Jateng mengaku tidak tahu.

"Tidak tahu. Saya belum dapat informasi," kata Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Suwarno kepada detikcom melalui telepon, Selasa (21/7/2009).

Suwarno mengaku masih berada di luar kota, sehingga belum mendapat laporan apa pun terkait hal-hal yang dilakukan institusinya. "Belum ada laporan. Saya masih di luar kota," ungkapnya sambil menutup sambungan telepon.

Kapolda Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo yang dihubungi wartawan kemarin juga enggan memberikan keterangan. Ia memilih mematikan telepon ketika ditanya seputar terorisme.

Sejauh ini, Polda Jateng memang tak pernah memberikan keterangan terkait terorisme. Mereka beralasan hal itu merupakan wewenang Mabes Polri.

Dikabarkan, DNA orang tua Nur Said akan dicocokkan dengan DNA potongan kepala yang diduga pelaku bom JW Marriot. Keduanya dijemput polisi di rumahnya, Temanggung Jateng. Namun hingga kini keberadaan mereka tak diketahui pasti, meski ada isu bahwa orangtua Nur Said diamankan di Mabes Polri.
(try/asy)

Selasa, 21/07/2009 14:54 WIB
Nur Said Diburu Sejak Penggerebekan Noordin M Top Tahun 2004
Parwito - detikNews

dok detikcom Temanggung - Nur Said alias Nur Hasdi alias Nur Hasbi alias Nur Aziz yang diduga sebagai pelaku pengeboman Hotel JW Marriott Jakarta, memang sudah lama diburu polisi. Nur Said telah menjadi target operasi (TO) setelah penggerebekan terhadap Noordin M Top di Wonosobo, Jawa Tengah.

Hal tersebut diungkapkan Ahmad Rafi'i, paman Nur Said, saat ditemui detikcom di rumahnya Dusun Katekan, Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (21/7/2009).

"Saya sempat diceritai anggota Polres Temanggung, kalau setelah kejadian penggrebekan teroris di Wonosobo itu Nur Said keponakan saya mulai di cari-cari oleh polisi," ujar Ahmad.

Penggrebekan Noordin M Top dilakukan oleh Densus 88 Mabes Polri pada 29 April 2004 di Dusun Binangun, tepatnya Jl Raya Kretek-Wonosobo Km 4 Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Dalam peristiwa itu Abdul Hadi yang merupakan teman satu angkatan Nur Said dan Jabir tewas. Sedangkan Mustafirin yang disebut-sebut sebagai kader pelaku bom bunuh diri Noordin M Top untuk aksi berikutnya berhasil tertangkap oleh polisi.

Sejak peristiwa itu, Nur Said juga menghilang. Dia tidak pernah memberitahu kepada keluarga alamat tempat tinggalnya. Alasanya, keberadaanya saat ini sudah pindah-pindah dan tidak tentu.

"Saya masih ingat waktu penggrebekan di Wonosobo belum terjadi, ada temanya yang datang dari Jakarta. Temannya itu tidak mempunyai identitas atau KTP sehingga harus mencarikan kontrakan lewat Nur Said dengan menggunakan KTP Nur Said," tegas Ahmad.

Pria yang tinggal di belakang rumah orang tua Nur Said berkeyakinan, mulai saat itu Nur Said mengikuti pergerakan kemanapun Noordin M Top pergi. Ahmad menduga, keponakannya itu menggantikan posisi Mustafirin.

Ahmad juga yakin Nur Said terlibat jaringan terorisme Noordin M Top. Sebab saat polisi melakukan penggerebekan di Kota Semarang, tepatnya di sebuh rumah kontrakan di Jl Pamularsih Semarang, nama keponakanya juga disebut-sebut dengan nama alias Nur Aziz.

"Apalagi dia juga mengaku kepada mertua dan ibunya sempat membuka usaha sebagai tukang kunci dan penjual kacamata di Semarang," tutur Ahmad.

Saat itu pula beberapa petugas kepolisian juga datang untuk memastikan apakah Nur Said ada di kampung halamanya atau tidak. Namun, polisi tidak berhasil mengendus di mana keberadaan Nur Said.

Dugaan paman Nur Said semakin kuat manakala tim Densus 88 kembali berhasil melakukan penangkapan seorang teroris bernama Abu Nasim alias Abu Najab alias Seno Aji alias Asma Aji pada 23 Februari 2008 sekitar pukul 14.00 WIB di Dusun Lembu Jati, Kecamatan Banaran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

"Di situ sempat dijadikan latihan perang menurut polisi yang menemui saya itu. Menurut keterangan kakak wanitanya yang tinggal dekat desa itu, Nur Said sering mampir ke rumahnya," ungkap Ahmad. Namun dia menolak menyebutkan siapa nama kakak wanitanya itu.
(djo/djo)

Selasa, 21/07/2009 14:55 WIB
Ancaman Bom di Gedung Wisma Bakrie Dilakukan 2 Kali
Rachmadin Ismail - detikNews

Jakarta - Tim Gegana masih menyisir Gedung Wisma Bakrie II yang mendapatkan ancaman bom. Ancaman bom itu dilakukan dua kali, yakni pada pukul 10.00 WIB dan 13.00 WIB.

Hal itu diungkapkan oleh salah satu petugas keamanan gedung yang terletak di Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan itu.

Menurut petugas yang enggan disebut namanya tersebut, pelaku teror mengatakan bom diletakkan di lantai 15. Di lantai itu, ada kantor BSP (Bakrie Sumatera Plantation)

"Itu kantornya BSP lantai 15 yang diancam," kata petugas yang enggan disebut namanya itu, Selasa (21/7/2009).

Hingga pukul 14.30 WIB, penyisiran masih berlangsung. Namun, tidak ada tindakan dari pengelola gedung untuk mengevakuasi karyawan. Wartawan tidak diperkenankan untuk naik ke atas gedung.

(irw/iy)

Tidak ada komentar: