Minggu, 12/07/2009 15:09 WIB
WN Belanda Tewas Ditikam
Jenazah Korban Akan Diotopsi Forensik
Robert - detikNews
Jakarta - Jenazah Pleizer (26), mahasiswa pascasarjana yang tewas dengan 13 luka tikam di Nunukan Kalimantan Timur (Kaltim), direncanakan menjalani otopsi oleh forensik RSUD Tarakan. Permintaan pihak rumah sakit melalui Polres Nunukan, telah dilayangkan kedutaan Belanda di Jakarta.Hal itu disampaikan Kapolres Nunukan AKBP Purwa Cahyoko kepada detikcom melalui sambungan telepon, Minggu (12/7/2009)."Forensik ingin lebih memastikan penyebab kematian korban. Meski secara kasat mata, luka akibat tikaman senjata tajam," kata Purwa.Upaya otopsi jenazah tidak dilakukan di Jakarta, melainkan cukup digelar di RSUD Tarakan,Kaltim.Purwa menuturkan, saat ini upaya kedutaan Belanda, meminta persetujuan keluarga korban di Belanda."Kalau keluarga tidak setuju otopsi,juga tidak apa-apa. Hanya saja,hasil otopsi memperkuat bukti-bukti yang kita punya mengingat korban adalah warga negara asing," ujar Purwa.Dijelaskannya pula, kepastian dari kedutaan Belanda, tidak diperoleh dalam waktu dekat. Dalam waktu 2-3 hari mendatang, jenazah korban masih berada di lemari pendingin jenazah di RSUD Tarakan. Dari visum, jenazah menderita 13 luka tikam di perut,kaki dan tangannya."Informasi terakhir, baru hari Selasa (14/7/2009) nanti pihak kedutaan datang ke Tarakan sekaligus diterbangkan ke Jakarta," tambah Purwa.Dari keterangan tersangka, Basri (27), merupakan mantan TKI ilegal di Malaysia sejak 2006 lalu. Lantaran tidak digaji selama 3 tahun oleh majikannya, Basri melarikan diri ke Nunukan, sekitar April 2009 lalu. Di Nunukan, Basri bekerja sebagai buruh pelabuhan."Tersangka meminta uang ke korban untuk uang makan. Korban menolak dengan menendang tersangka sehingga sempat berkelahi. Tiba-tiba,tersangka mengeluarkan pisau dan menikam korban yang akhirnya meninggal setelah berada di RS Nunukan," pungkasnya.(rdf/rdf)
Jakarta - Jenazah Pleizer (26), mahasiswa pascasarjana yang tewas dengan 13 luka tikam di Nunukan Kalimantan Timur (Kaltim), direncanakan menjalani otopsi oleh forensik RSUD Tarakan. Permintaan pihak rumah sakit melalui Polres Nunukan, telah dilayangkan kedutaan Belanda di Jakarta.Hal itu disampaikan Kapolres Nunukan AKBP Purwa Cahyoko kepada detikcom melalui sambungan telepon, Minggu (12/7/2009)."Forensik ingin lebih memastikan penyebab kematian korban. Meski secara kasat mata, luka akibat tikaman senjata tajam," kata Purwa.Upaya otopsi jenazah tidak dilakukan di Jakarta, melainkan cukup digelar di RSUD Tarakan,Kaltim.Purwa menuturkan, saat ini upaya kedutaan Belanda, meminta persetujuan keluarga korban di Belanda."Kalau keluarga tidak setuju otopsi,juga tidak apa-apa. Hanya saja,hasil otopsi memperkuat bukti-bukti yang kita punya mengingat korban adalah warga negara asing," ujar Purwa.Dijelaskannya pula, kepastian dari kedutaan Belanda, tidak diperoleh dalam waktu dekat. Dalam waktu 2-3 hari mendatang, jenazah korban masih berada di lemari pendingin jenazah di RSUD Tarakan. Dari visum, jenazah menderita 13 luka tikam di perut,kaki dan tangannya."Informasi terakhir, baru hari Selasa (14/7/2009) nanti pihak kedutaan datang ke Tarakan sekaligus diterbangkan ke Jakarta," tambah Purwa.Dari keterangan tersangka, Basri (27), merupakan mantan TKI ilegal di Malaysia sejak 2006 lalu. Lantaran tidak digaji selama 3 tahun oleh majikannya, Basri melarikan diri ke Nunukan, sekitar April 2009 lalu. Di Nunukan, Basri bekerja sebagai buruh pelabuhan."Tersangka meminta uang ke korban untuk uang makan. Korban menolak dengan menendang tersangka sehingga sempat berkelahi. Tiba-tiba,tersangka mengeluarkan pisau dan menikam korban yang akhirnya meninggal setelah berada di RS Nunukan," pungkasnya.(rdf/rdf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar