Opini
SBY, Bom, dan Diplomasi Golf
Jum'at, 31 Juli 2009 - 15:24 wib
SBY, Bom, dan Diplomasi Golf
Jum'at, 31 Juli 2009 - 15:24 wib
Hari Minggu tanggal 26 Juli 2009 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didampingi Ibu Negara menyerahkan piala kepada pegolf India, Gaganjeet Bhullar. Dia adalah juara Golf International Tournament Indonesia President Invitation 2009. Turnamen golf bergengsi itu diselenggarakan di Damai Indah Golf BSD Tangerang. Selain Piala Presiden, turnamen yang diikuti 156 peserta dari 24 negara itu juga memperebutkan hadiah total USD400.000.
Turnamen golf internasional bukan yang pertama diselenggarakan oleh dan di Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah menjadi tuan rumah serangkaian turnamen kelas dunia sejenis. Namun kali ini, mengingat turnamen tersebut diselenggarakan hanya beberapa hari setelah ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jakarta, dan di tengah sisa-sisa ketakutan banyak orang, maka turnamen golf itu menjadi sangat penting dan bersejarah. Tidak saja bagi komunitas dan pencita olah raga golf di dalam dan di luar negeri, juga bagi bangsa kita secara keseluruhan yang baru saja melewati deraan bencana.
Titik Hitam
Ledakan bom tanggal 17 Juli 2009 itu mengakibatkan negeri kita kembali dilihat banyak orang, terutama warga asing sebagai tempat yang kurang aman dikunjungi untuk sementara waktu. Dunia pun marah, mengutuk dan mengecam. Terlebih setelah tragedi itu ancaman bom merebak pula ke sejumlah tempat vital lain, khususnya di Jakarta.
"Titik hitam dalam sejarah kita," geram SBY. Rupiah sempat goyah dan harga saham gabungan turun, meski tak separah akibat bencana bom yang pernah terjadi sebelumnya. Kunjungan wisatawan asing pun terganggu. "Travel warning" lalu diumumkan oleh negara-negara sahabat.
Orang Indonesia bahkan membatasi diri pula untuk bepergian meninggalkan rumah, sekadar sebagai tindakan berjaga-jaga. Inilah tak enaknya bila teroris beraksi, mengancam, dan menghancurkan, di mana pun tempat dan negaranya.
Meyakinkan Dunia
Turnamen golf internasional di BSD itu berlangsung baik, aman, dan lancar. Di luar kegiatan resmi, para pemain dan anggota tim negara asing menjalankan kegiatan tanpa hambatan. Mereka percaya pada jaminan keamanan Indonesia pascaledakan bom. Mereka juga memahami bahwa ledakan bom bisa terjadi di mana pun, termasuk di negara-negara asal mereka sendiri.
Kehadiran SBY pada turnamen tersebut tidak semata-mata dapat dilihat karena turnamen menyandang label Piala Presiden. Lebih dari itu, SBY menunjukkan perhatian yang besar dan positif terhadap olahraga golf, menghargai tamu-tamu bangsa Indonesia dari luar negeri, serta meyakinkan dunia bahwa keamanan Indonesia pascaledakan bom segera pulih dan kembali normal.
Berbagai turnamen olah raga, seperti golf, dapat dijadikan media promosi Indonesia yang efektif di forum dunia. Banyak pencinta olahraga mengenal lebih dekat suatu negara hanya karena events kejuaraan internasional diselenggarakan di negara itu. Ini tentunya tak terlepas dari peranan media pers. SBY sendiri memberikan arahan agar jangan ada events internasional dan nasional di Indonesia yang dibatalkan terkait bom JW Marriott dan Ritz Carlton.
Perihal Manchester United memang waktunya sangat berdekatan dengan tragedi bom itu, sehingga bisa dimaklumi. Diplomasi golf SBY hendaknya dapat dimaknai, dipahami, dan diikuti pula oleh para pemimpin lain di negeri ini, baik di pusat maupun di daerah. Bahwa dengan menyelenggarakan, menggagas, mendukung dan memfasilitasi berbagai events nasional dan internasional yang diliput media massa secara luas, khususnya di bidang olahraga, upaya recovery dan meningkatkan pencitraan Indonesia di luar negeri tentu memperoleh hasil lebih baik.
Golf dan Pariwisata
Olahraga golf dan pariwisata tak bisa dipisah. Banyak negara di dunia mengandalkan golf sebagai sumber penting devisa negara. Indonesia kini tengah ke sana. Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang juga Ketua Persatuan Golf Indonesia (PGI), sebagian wisatawan asing yang berkunjung ke beberapa tempat di Jawa ternyata semata-mata hanya untuk bermain golf.
Lihat, 25% wisatawan Korea Selatan ke Indonesia hanya untuk golf. Ini luar biasa. Belanja mereka di Indonesia tentunya tidak sedikit. Perkembangan yang sama terjadi di beberapa negara Asia Tenggara. Malaysia, Thailand, dan Filipina kini menjadi tujuan ramai wisatawan golf. Kementerian Pariwisata Filipina bahkan secara khusus menyebut pemain golf dari Jepang sebagai "quality tourist" karena begitu banyak wisatawan negeri itu masuk ke negeri itu untuk golf. Devisa negara pun tentu mengucur besar dan deras. Benar, kini dan ke depan, olahraga golf menjadi salah satu andalan wisatawan negara, terutama negara-negara kawasan Asia. Jika pada 1970-an jumlah lapangan golf di Asia Tenggara hanya sekitar 50, sekarang lebih 500. Di Indonesia terdapat sekitar 200 lapangan golf. Jika Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mengajukan dana Rp100 miliar untuk pemulihan pariwisata nasional pascaledakan bom, maka peran serta pengusaha, marketingdan event organizer olahraga golf, serta olahraga lain di Indonesia tentunya juga perlu ditingkatkan, didukung dan difasilitasi dengan baik.
Mereka adalah pahlawan pariwisata nasional kita. Sukses besar "Japan Executive Gathering Tournament, Indonesia Golf Promo 2009" yang diselenggarakan di Karuizawa, Jepang, oleh Javaline bersama Asian Senior Golf Amateur Association (ASGA) dan Kedutaan Besar RI di Tokyo April 2009 lalu membuktikan potensi wisata golf Indonesia sangat besar.
Indonesia lalu semakin mengukuhkan diri menjadi tujuan utama dan referensi golf Asia, terlebih setelah Agoes S Soelewah dari Indonesia menjuarai turnamen itu. Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Sapta Nirwandar sangat yakin olahraga golf semakin penting bagi pariwisata Indonesia ke depan.
Apalagi golf menunjang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi lain. Terpenting, agar apa pun events nasional dan internasional di Indonesia dapat diliput luas oleh media pers dalam dan luar negeri. Biaya yang dikeluarkan tentu tak semahal memasang iklan promosi di stasiun-stasiun TV internasional.(*) Al Busyra Basnur Pengamat Internasional (//mbs)
Turnamen golf internasional bukan yang pertama diselenggarakan oleh dan di Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah menjadi tuan rumah serangkaian turnamen kelas dunia sejenis. Namun kali ini, mengingat turnamen tersebut diselenggarakan hanya beberapa hari setelah ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jakarta, dan di tengah sisa-sisa ketakutan banyak orang, maka turnamen golf itu menjadi sangat penting dan bersejarah. Tidak saja bagi komunitas dan pencita olah raga golf di dalam dan di luar negeri, juga bagi bangsa kita secara keseluruhan yang baru saja melewati deraan bencana.
Titik Hitam
Ledakan bom tanggal 17 Juli 2009 itu mengakibatkan negeri kita kembali dilihat banyak orang, terutama warga asing sebagai tempat yang kurang aman dikunjungi untuk sementara waktu. Dunia pun marah, mengutuk dan mengecam. Terlebih setelah tragedi itu ancaman bom merebak pula ke sejumlah tempat vital lain, khususnya di Jakarta.
"Titik hitam dalam sejarah kita," geram SBY. Rupiah sempat goyah dan harga saham gabungan turun, meski tak separah akibat bencana bom yang pernah terjadi sebelumnya. Kunjungan wisatawan asing pun terganggu. "Travel warning" lalu diumumkan oleh negara-negara sahabat.
Orang Indonesia bahkan membatasi diri pula untuk bepergian meninggalkan rumah, sekadar sebagai tindakan berjaga-jaga. Inilah tak enaknya bila teroris beraksi, mengancam, dan menghancurkan, di mana pun tempat dan negaranya.
Meyakinkan Dunia
Turnamen golf internasional di BSD itu berlangsung baik, aman, dan lancar. Di luar kegiatan resmi, para pemain dan anggota tim negara asing menjalankan kegiatan tanpa hambatan. Mereka percaya pada jaminan keamanan Indonesia pascaledakan bom. Mereka juga memahami bahwa ledakan bom bisa terjadi di mana pun, termasuk di negara-negara asal mereka sendiri.
Kehadiran SBY pada turnamen tersebut tidak semata-mata dapat dilihat karena turnamen menyandang label Piala Presiden. Lebih dari itu, SBY menunjukkan perhatian yang besar dan positif terhadap olahraga golf, menghargai tamu-tamu bangsa Indonesia dari luar negeri, serta meyakinkan dunia bahwa keamanan Indonesia pascaledakan bom segera pulih dan kembali normal.
Berbagai turnamen olah raga, seperti golf, dapat dijadikan media promosi Indonesia yang efektif di forum dunia. Banyak pencinta olahraga mengenal lebih dekat suatu negara hanya karena events kejuaraan internasional diselenggarakan di negara itu. Ini tentunya tak terlepas dari peranan media pers. SBY sendiri memberikan arahan agar jangan ada events internasional dan nasional di Indonesia yang dibatalkan terkait bom JW Marriott dan Ritz Carlton.
Perihal Manchester United memang waktunya sangat berdekatan dengan tragedi bom itu, sehingga bisa dimaklumi. Diplomasi golf SBY hendaknya dapat dimaknai, dipahami, dan diikuti pula oleh para pemimpin lain di negeri ini, baik di pusat maupun di daerah. Bahwa dengan menyelenggarakan, menggagas, mendukung dan memfasilitasi berbagai events nasional dan internasional yang diliput media massa secara luas, khususnya di bidang olahraga, upaya recovery dan meningkatkan pencitraan Indonesia di luar negeri tentu memperoleh hasil lebih baik.
Golf dan Pariwisata
Olahraga golf dan pariwisata tak bisa dipisah. Banyak negara di dunia mengandalkan golf sebagai sumber penting devisa negara. Indonesia kini tengah ke sana. Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang juga Ketua Persatuan Golf Indonesia (PGI), sebagian wisatawan asing yang berkunjung ke beberapa tempat di Jawa ternyata semata-mata hanya untuk bermain golf.
Lihat, 25% wisatawan Korea Selatan ke Indonesia hanya untuk golf. Ini luar biasa. Belanja mereka di Indonesia tentunya tidak sedikit. Perkembangan yang sama terjadi di beberapa negara Asia Tenggara. Malaysia, Thailand, dan Filipina kini menjadi tujuan ramai wisatawan golf. Kementerian Pariwisata Filipina bahkan secara khusus menyebut pemain golf dari Jepang sebagai "quality tourist" karena begitu banyak wisatawan negeri itu masuk ke negeri itu untuk golf. Devisa negara pun tentu mengucur besar dan deras. Benar, kini dan ke depan, olahraga golf menjadi salah satu andalan wisatawan negara, terutama negara-negara kawasan Asia. Jika pada 1970-an jumlah lapangan golf di Asia Tenggara hanya sekitar 50, sekarang lebih 500. Di Indonesia terdapat sekitar 200 lapangan golf. Jika Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mengajukan dana Rp100 miliar untuk pemulihan pariwisata nasional pascaledakan bom, maka peran serta pengusaha, marketingdan event organizer olahraga golf, serta olahraga lain di Indonesia tentunya juga perlu ditingkatkan, didukung dan difasilitasi dengan baik.
Mereka adalah pahlawan pariwisata nasional kita. Sukses besar "Japan Executive Gathering Tournament, Indonesia Golf Promo 2009" yang diselenggarakan di Karuizawa, Jepang, oleh Javaline bersama Asian Senior Golf Amateur Association (ASGA) dan Kedutaan Besar RI di Tokyo April 2009 lalu membuktikan potensi wisata golf Indonesia sangat besar.
Indonesia lalu semakin mengukuhkan diri menjadi tujuan utama dan referensi golf Asia, terlebih setelah Agoes S Soelewah dari Indonesia menjuarai turnamen itu. Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Sapta Nirwandar sangat yakin olahraga golf semakin penting bagi pariwisata Indonesia ke depan.
Apalagi golf menunjang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi lain. Terpenting, agar apa pun events nasional dan internasional di Indonesia dapat diliput luas oleh media pers dalam dan luar negeri. Biaya yang dikeluarkan tentu tak semahal memasang iklan promosi di stasiun-stasiun TV internasional.(*) Al Busyra Basnur Pengamat Internasional (//mbs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar