Kepada : Saudaraku seiman dan seakidah, Noordin M Top dan kawan-kawan seperjuangannya.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Pengeboman JW Marriot dan Ritz Carlton pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, sebenarnya pesanmu telah tersampaikan, telah kami mengerti. Protes terhadap dominasi dan hegemoni kepentingan Amerika Serikat di negeri ini. Jika itu pesanmu, maka pesan yang disampaikan lewat bom itu justru tidak tepat mengenai sasaran yang dituju.
Pesanmu, tidak menimbulkan rasa menggugah yang menimbulkan kesadaran di masyarakat negeri ini bahwa selama ini para pemegang kewenangan di negeri ini telah berlaku terlalu ramah terhadap kepentingannya Amerika Serikat. Masyarakat negeri ini (yang mayoritas seiman dan seakidah denganmu) tak dapat tergugah kesadarannya, jika disampaikan melalui cara kekerasan seperti itu.
Mungkin akan lain ceritanya, jika pangkalan militernya Amerika Serikat atau sekutu dekatnya sudah ada bercokol di negeri ini. Mungkin juga akan lain dampak pengaruh yang ditimbulkannya, jika memang negeri ini situasi dan kondisinya sudah terinvasi secara fisik, seperti yang telah terjadi di Irak dan Afghanistan sebagai umpamanya.
Pesanmu itu, kami yakini, juga tidak akan merubah arah kebijakannya (siapapun) yang akan menjadi pemegang kewenangan di negeri ini. Berapapun jumlah bom yang akan diledakkan, akan sia-sia saja, tak akan serta merta merubah kebijakan yang mengasurtamakan kepentingannya Amerika Serikat di negeri ini.
Pesanmu itu juga tidak akan menimbulkan efek jera bagi pihak Amerika Serikat dan sekutunya untuk tetap mengeruk kekayaan negeri ini. Memang, travel warning ada yang telah diberikan oleh beberapa negara kepada warganegaranya. Pelancong pun mungkin akan menjadi berfikir seribu kali untuk berdatang ke negeri ini, sementara waktu ini.
Namun, berapa pun kerusakan yang ditimbulkan oleh bom itu, mereka tak akan pernah mengeluarkan travel warning bagi perusahaan mereka untuk menyedot minyak dari belahan bumi di negeri ini dan mengeruk harta terpendam lainnya yang ada di tanah negeri ini. Kerusakan yang ditimbulkan bom itu tidak akan pernah bisa sebanding dengan nilai keuntungan yang akan didapatkannya di negeri ini.
Tidakkah saudaraku lihat, berapa pun banyaknya jiwa tentara mereka yang harus gugur di Irak dan Afghanistan, toh tak juga membuat mereka jera untuk segera hengkang dari negeri itu. Itu tentu karena nilai kerugian jiwa dan harta milik mereka yang hilang disana, masih belum sebanding dengan keuntungan yang akan didapatkan mereka jika tetap berada disana.
Apalagi disini. Apa yang kalian harapkan ?. Tidakkah kalian berhitung soal itu ?.
Jadi, jika kalian inginkan sasarannya adalah itu, maka perlulah berfikir ulang untuk merubah gaya dan metoda perjuangannya.
Justru kami, anak negeri ini yang lebih terugikan oleh bom itu, dibandingkan oleh tingkat kerugian yang mereka alami. Pelancong yang berkurang itu membuat beberapa anak negeri ini menjadi kehilangan potensi pendapatan dari pelancongannya mereka itu. Tak ada salahnya mereka melancong ke negeri kami, karena mereka justru akan membelanjakan uangnya dengan membeli souvenir hasil karya anak negeri ini.
Perlu saudaraku ketahui, kerajinan souvenir itu adalah salah satu sektor yang masih belum terhegemoni oleh kekuatan modal kapital mereka. Jadi, keuntungannya masih 100% akan menjadi milik kami. Apakah kalian memang sengaja akan membuat kami merugi ?.
Kami sekarang masih ragu jika sasaran yang kalian inginkan adalah menciptakan rasa takut bagi kami. Hari ini, kami belum merasa takut dengan bom JW Marriot dan Ritz Carlton itu. Karena kalian masih ijinkan kami untuk merasa tenang dan aman saja, tak merasa terancam serangan bom, jika jalan-jalan di terminal Pulo Gadung, jika makan malam di warung tenda bilangan pasar blok M, jika makan siang di rumah makan masakan Padang.
Akan tetapi, efek dan dampak sampingan dari bom JW Marriot dan Ritz Carlton itu yang sebenarnya kami lebih takutkan dah khawatirkan.
Bom itu malahan bisa dijadikan sebagai dalih pembenar diberlakukannya kembali UU Anti Subversib yang berisikan pasal-pasal karet penjerat suara pendapat kami. Pendakwaan-pendakwaan atas kami yang tidak sejalan pandangan politiknya para pemegang kewenangan di negeri ini, dapat dilakukan dengan mengatas namakan operasi perang terhadap terorisme.
Pemberangusan dan pemantauan serta pengendalian terhadap arus informasi serta penghakiman sepihak atas pendapat kami yang tak sesuai dengan kehendak hatinya para pemegang kewenangan di negeri ini, akan menjadi mendapatkan tambahan amunisi, karena bisa mengatasnamakan maksud mulia dimana negara sedang bertindak demi keamanan rakyatnya.
Semoga, memang bukan itu yang kalian inginkan terjadi pada kami.
Demikian surat ini, yang semoga ini juga mewakili rasa dan perasaan saudaraku sebangsa setanah air Indonesia. Dan, semoga surat ini mengetuk hati kalian semuanya, bahwa peristiwa Ambon dan Poso telah berlalu, saat ini Jihad Qital belum lagi tiba waktunya untuk dilakukan di negeri ini.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar