Jumat, 18 September 2009

Guru Silat Itu Ternyata Masuk Jaringan TerorisSabtu, 19 September 2009 04:26 WIB

Guru Silat Itu Ternyata Masuk Jaringan TerorisSabtu, 19 September 2009 04:26 WIB

Hingga Jumat (18/9) kemarin, Andika Bayu Pamungkas (12), Indro Purnomo (11), dan Kenvin Youvie Pratama (10) masih tak percaya jika Susilo, penghuni rumah kontrakan di RT 03 RW 11, Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo, Jawa Tengah, masuk dalam jaringan teroris.

Sebab, Susilo (23) dan istrinya, Putri Munawaroh (19), selama ini terkesan sangat baik, terutama dalam menyelenggarakan Taman Pengajian Al Quran (TPA) untuk anak-anak di kampung tersebut.

”Waktu kemarin (Rabu tengah malam) ada tembak-tembakan, terus dibilangi, katane Mas Adib teroris, rasane ndak percaya. Abis orange baik banget. Kalau lagi belajar iqra’, kami selalu diberi makanan,” papar Indro, yang diiyakan Andika dan Kenvin.

Andika adalah siswa kelas I SMP Negeri 26 Kepatihan Solo; Indro siswa kelas VI SDN Kendalrejo, Mojosongo; dan Kenvin siswa kelas IV SDN Kendalrejo.

Ditemui di rumah Andika kemarin, ketiga anak lelaki itu menceritakan pengalaman mereka mengikuti TPA yang diajarkan Munawaroh dan bela diri pada Susilo yang akrab dipanggil Mas Adib. Kegiatan TPA berlangsung pada hari Senin, Selasa, dan Kamis mulai pukul 16.00 sampai dengan selesai, sedangkan latihan bela diri setiap Senin setelah mengikuti TPA.

Baru dilaporkan

Latihan bela diri yang diajarkan Susilo, menurut ketiga anak tersebut, baru dilaporkan kepada orangtua mereka Kamis lalu setelah rumah kontrakan Susilo digerebek Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar (Mabes) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

Tanpa diketahui orangtua mereka, sejak pertengahan Agustus secara diam-diam Susilo merekrut empat anak laki-laki dari 18 anak yang ikut TPA yang dikelola istrinya. Yang terpilih adalah Andika, Indro, Kenvin, dan Dwi Nur Cahyo (siswa kelas II salah satu SMP di Solo).

Sebenarnya anak laki-laki yang ikut TPA ada delapan orang. Tetapi, yang dipilih ikut latihan pencak silat keempat anak itu karena yang lain dinilai masih kecil. Mereka direkrut saat Susilo menceritakan kisah tentang Nabi Muhammad SAW.

Latihan di teras rumah kontrakan Susilo itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Keempat anak yang dilatih Susilo dilarang keras memberi tahu kegiatan tersebut kepada siapa pun, termasuk orangtua mereka. Alasannya, jika dilaporkan, nanti dilarang orangtua mereka.

”Mas Adib bilang, ’Dik, jangan beri tahu orangtua dan teman lain ya kalau kita latihan’,” tutur Andika, menirukan ucapan Susilo yang kadang menggunakan bahasa Indonesia dan tak jarang berbahasa Jawa.

Keempat anak itu mengaku, pernah bertanya kepada Susilo tentang tujuan latihan bela diri tersebut. ”Kami tanya, ’Latihan silat buat apa, Mas?’ Kata Mas Adib, ’Buat jaga diri dari lawan yang mau memukul atau kalau bertengkar dengan teman’,” cerita Indro.

Susilo selama ini, antara lain, mengajarkan bagaimana posisi kuda-kuda yang baik, memukul, menangkis, serta menendang. Andika, Indro, dan Kenvin yang kemarin memperagakan gerakan-gerakan yang diajarkan tersebut mengaku sangat senang bisa berlatih bela diri.

Saat bersama Susilo, kata ketiga anak itu, mereka diajarkan shalat dan mendengarkan cerita mengenai Nabi Muhammad SAW. Setiap mengikuti TPA dan latihan bela diri, pintu masuk ke rumah itu pun selalu dikunci. ”TPA dan latihan bela diri dilakukan di teras rumah,” papar ketiga anak tersebut.

Andika, Indro, dan Kenvin mengaku tak pernah peduli dengan penguncian rumah seperti itu. Makanan kecil yang disuguhkan Munawaroh, seperti kacang dan jeli, dinilai jauh lebih menarik.

Kamis pekan lalu, Susilo dan Munawaroh menggelar buka puasa bersama anak-anak yang ikut TPA. ”Waktu buka puasa, Mbak Putri (Munawaroh) bilang, mereka cuma tinggal sebentar di sini. Senin lalu juga tak ada kegiatan karena Mbak Putri dan Mas Adib pergi,” ujar Indro.

Terkejut

Tumini (55), ibu kandung Andika, mengaku terkejut ketika Kamis lalu anaknya menceritakan bahwa selama ini dia berlatih bela diri dengan Susilo. ”Andika baru cerita sekarang karena Mas Adib pesan enggak boleh cerita ibu,” ujarnya.

Sebagai orangtua, Tumini mengaku khawatir ketika mendengar pengakuan anaknya tersebut. ”Kalau tahu dari awal, saya tak akan mengizinkan anak saya ikut bela diri,” katanya.

Kendati demikian, Tumini dan orangtua peserta TPA lainnya mengaku lega setelah polisi melumpuhkan Susilo dan kelompok teroris yang ada di rumahnya—terutama Noordin M Top. ”Saya sendiri enggak menyangka kalau itu (Susilo) teroris. Wong kemarin (Rabu ) Mbak Putri baru saja beli minuman es di sini,” katanya.

Tak hanya para orangtua yang terkejut ketika tahu Susilo terlibat jaringan teroris. Ketua RT 03 Kampung Kepuhsari Suratmin juga demikian. Bahkan, Partini (56), yang rumahnya persis bersebelahan dengan rumah kontrakan Susilo, mengatakan sama sekali tak mengira Susilo terkait terorisme.

Susilo yang selama ini tidak pernah mengikuti kegiatan kampung cukup berhasil mengelabui warga di lingkungan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan TPA dan keramahan keluarganya ternyata telah ”membutakan” mata masyarakat setempat. (SONYA HELLEN SINOMBOR)

Tidak ada komentar: