Sabtu, 25 Juli 2009

Omar Dhani Dimakamkan di TPU Jeruk Purut Secara Militer

Sabtu, 25/07/2009 13:16 WIB
Omar Dhani Dimakamkan di TPU Jeruk Purut Secara Militer
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Foto: TNI AU
Jakarta - Jenazah Marsekal Madya Omar Dhani telah dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Upacara pemakaman secara militer berlangsung Sabtu (25/7/2009) pukul 11.15 WIB.
"Tadi dimakamkan sebelum waktu dzuhur dengan upacara militer," kata putra pertama mantan Panglima Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) era orde lama itu, Ferry Omar Dhani usai pemakaman ayahnya di TPU Jeruk Purut.
Sebelumnya, rencana pemakaman akan dilangsungkan setelah salat dzuhur. Namun rencana itu dimajukan. "Kasihan Bapak kalau lama-lama," katanya.
Sebelum dimakamkan, jenazah Omar Dhani disemayamkan di hangar Skadron 17 Lanud Halim Perdanakusumah.
Penyakit menggerogoti kesehatan Omar Dhani, ditambah usianya yang makin tua. Akhirnya Omar Dhani menghembuskan nafas terakhirnya Jumat 24 Juli pukul 14.00 WIB di RSPAU.
(ken/mok)

Kasau Buka Bersama Sesepuh TNI AU Omar Dhani

Kepala Staf TNI Angkatan Udara melaksanakan buka puasa dan sholat taraweh bersama dengan para sesepuh TNI Angkatan Udara, mantan Kasau, para pejabat TNI AU se-Jakarta serta Pemimpin Redaksi dan wartawan ibu kota di Gedung Griya Ardya Garini, Selasa (26/9). Acara diawali dengan tausiah yang disampaikan oleh KH. Ostman Umar Syihab.Kasau mengatakan, bagi umat Islam memasuki bulan suci ramadhan yang penuh rahmat dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperbanyak jalinan silaturahmi. Menjalin silaturahmi dengan para sesepuh/senior serta Pemimpin Redaksi media massa ibu kota sangat penting, karena kedua komunitas ini telah banyak jasanya untuk TNI Angkatan Udara. Sementara komunitas pers juga memiliki andil besar terhadap pelaksanaan tugas TNI Angkatan Udara.Melalui momentum acara ini, kami yang mewakili kedinasan dapat memperoleh berbagai informasi berharga, baik dari para sesepuh dan para senior TNI AU maupun dari komunitas media massa yang selama ini telah banyak membantu tugas-tugas TNI AU, jelasnya.Sementara KH. Ostman Umar Syihab dalam tausiahnya mengingatkan kepada hadirin tentang khutbah Nabi Muhammad yang menjelaskan ada orang yang tidak mendapat ampunan Allah selama puasa bulan ramadhan karena tidak menjaga adab ramadhan, yakni sambunglah tali silaturahmi, hormatilah sesepuhmu dan sayangilah bawahanmu.Rasulallah dalam sebuah khubahnya mengatakan bahwa barang siapa selalu menyambung tali silaturahmi maka Allah akan menyambung rahmatnya tetapi sebaliknya barang siapa yag memutuskan silaturahmi maka Allah akan memutuskan rahmatnya dan Allah akan melaknat kepada orang yang memutuskan tali silaturahmi.Hadir pada acara tersebut Panglima TNI Marsekal TNI Djoko Suyanto, para mantan Kasau antara lain Omar Dhani, Ashadi Tjahyadi, Rilo Pambudi, Sutria Tubagus dan Chappy Hakim

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Herman Prayitno beserta istri menyambut kedatangan Marsekal (purn) Oemardhani (Mantan Kasau) beserta istri di Puri Ardya Garini, saat dilaksanakan buka bersama dengan para purnawirawan, pemimpin redaksi dan wartawan.

Omar Dhani

Omar Dhani

Marsekal Madya TNI Purn. Omar Dhani (lahir di Solo, Jawa Tengah, 23 Januari 1924 – wafat di Jakarta, 24 Juli 2009 pada umur 85 tahun) adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara periode 1962 - 1965. Ia merupakan putra dari KRT Reksonegoro, Asisten Wedana Gondangwinangun, Klaten. Tahun 1956, ia mendapat tugas belajar pada Royal Air Force Staff College di Andover, Inggris.

Masa remaja

Omar Dhani mengawali pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Klaten, Jawa Tengah tahun 1937. Kemudian di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Kristen, Solo tahun 1940. Di tahun 1942, Omar masuk Algemeene Middlebare School (AMS) B di Yogyakarta.

Karier

Beliau ikut serta dalam beberapa penugasan operasi militer, seperti pada PRRI di Sumatera. Kemudian Omar Dhani menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara menggantikan Laksamana Udara Surjadi Suryadarma pada tahun 1962.Sebelum menduduki jabatan puncak di TNI Angkatan Udara sebagai Marsekal, Panglima Angkatan Udara di era Presiden Soekarno (1962-1965), Omar Dhani pernah meniti karir sebagai penyiar bahasa Inggris di Kementerian Penerangan dan RRI Jakarta sejak tahun 1946 hingga 1947.

Keterlibatan dengan 30 September

Nama Omar Dhani mencuat dalam kasus pemberontakan G30S/PKI. Ia diadili dalam Sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dan divonis hukuman mati pada bulan Desember 1966. Namun setelah itu, bersama dengan Soebandrio, ia mendapat grasi yang dikeluarkan pada 2 Juni 1995. Akhirnya, suami dari Sri Wuryanti ini dapat menghirup udara bebas pada 15 Agustus 1995. Pada tahun beliau dituduh terlibat Peristiwa G-30-S karena Landasan Udara Halim Perdanakusumah yang berada dibawah wewenangnya dijadikan tempat pelatihan Gerwani onderbouw PKI.Dia dituduh membiarkan dan memberikan tempat berlatih bagi Gerwani dan yang di tuduh PKI di kawasan Halim yang merupakan daerah kekuasaannya pad amasa itu.

Wafat

Omar Dhani menghembuskan nafas terakhir pada pukul 13.55 WIB pada hari Jumat 24 Juli 2009 setelah sejak dua hari sebelumnya dirawat di RSPAU karena lanjut usia. Omar Dhani diketahui sakit radang paru-paru yang akibatnya membuat nafasnya sesak dan terserang penyakit tua lainnya.[1] Jenazah akan dimakamkan di TPU Jeruk Purut.

Jumat, 24 Juli 2009

Membangun Anak Membangun Bangsa

Kamis, 23 Juli 2009 - 09:52 wibAnaklah yang akan membangun rumah bangsa. Namun anak kita belum penuh kita bela. Masih banyak yang perlu ditolong. Bahkan kita saat ini sedang menghadapi krisis finansial dunia yang berimbas langsung terhadap kesehatan anak (Sidang ADB 5/9, Bali).
Berbagai angka statistik tentang anak seperti penyakit dan kematian masih jauh di bawah harapan. Ambil saja contoh di Haurgeulis, dusun kecil tak jauh di timur Jakarta, menjelang Pilpres 2009, ada banyak balita yang berat badannya kurang dari 10 kg. Mereka itu lahir dari ibu pengidap anemia yang hamil dan membesarkan anak hanya dengan naluri. Mereka mewarisi kemiskinan struktural. Nasib kesehatan kebanyakan anak kita di garis tangan ibu yang papa.
Potret begini masih tersebar di banyak dusun dan pinggiran kota. Misalnya di Desa Segara Katon, Amlapura, Karangasem, Bali. Dari satu keluarga yang memiliki sembilan anak, tiga di antaranya menderita gizi buruk. Kita merasa lengah setelah menginsafi dampak kelalaian program Keluarga Berencana yang ternyata seburuk itu. Saat ini lebih banyak bayi kita sudah lemah sedari kandungan.
Mereka tidak mendapatkan susu yang cukup, jika makan nasi pun seringnya hanya dengan kecap dan kerupuk. Tak sedikit yang belum tersentuh imunisasi. Kondisi itu diperparah dengan banyaknya ibu yang tak memahami manfaat puskesmas. Informasi hidup sehat tak menembus desa. Ibu dan anak belajar hidup sehat dari televisi. Kita lupa, di belakang kesuksesan anak ada seorang ibu.
Membangun Peran Ibu
Pada level mana pun, buat keluarga, peran ibu amat sentral. Meja makan rumah menentukan hari depan kesehatan anak. Tak sedikit penyakit bisa dihindarkan kalau ibu tahu cara mencegahnya. Bukan hanya perlu makanan tambahan atau menaikkan anggaran kesehatan sebagai solusi menyehatkan anak, tapi rakyat pun perlu diajak pintar untuk hidup sehat juga.
Ibu perlu tahu juga bahwa anak gemuk pun dapat menjadi "bom waktu" yang berpotensi akan dihinggapi banyak penyakit di hari depan. Belum setiap ibu kita berpola hidup sehat. Itu karena secara formal pendidikan kesehatan sekolah tidak membentuknya, selain belum semua ibu melek media. Tak ada yang memberi tahu ibu bagaimana membesarkan anak yang benar. Oleh karena lebih banyak ibu tak biasa membaca, peran radio dan televisi menjadi strategis. Itu pentingnya siaran perlu dirancang elok agar memperkaya wawasan sehat ibu, bukannya pembodohan.
Siapa pun ibu mendapat mandat membesarkan anak karena anak belum mampu memilih sendiri yang terbaik buat dirinya. Sebagai tulang punggung sehatnya keluarga, ibu perlu ditolong memikul mandatnya. Bahwa membesarkan anak tak cukup naluri. Perlu apa dan siapa-siapa yang memberdayakan peran ibu setiap keluarga. Nasib kesehatan anak tidak ditentukan hanya oleh bibit yang anak warisi.

Bagaimana anak dikandung, dilahirkan, dan dibesarkan, semua itu banyak ditentukan oleh tangan ibu. Untuk itu tak mungkin ibu melakukan peran akbarnya seorang diri. Ibu butuh aneka informasi. Untuk itu alokasi anggaran kesehatan perlu lebih banyak buat menyuluh ibu.
Anak Tak Punya Kesempatan Kedua
Anak batu bata rumah bangsa. Posisi anak buat negara sungguh strategis. Agar terbentuk batu bata yang kokoh, anak tak punya kesempatan kedua. Sekali ibu lancung mencukupi gizi, seumur hidup anak tidak menjadi batu bata yang kokoh. Ibu perlu diberi tahu gelas kecerdasan anak harus diisi sebelum umur dua tahun.
Hak anak untuk mendapatkan nutrisi terbaiknya. Semua ibu perlu tahu sehatnya air susu ibu yang dibutuhkan sampai anak 6 bulan (ASI eksklusif). Asupan menu protein tak boleh kurang, begitu pula imunisasi untuk menyelamatkan hari depan anak, lalu pengasuhan mesti disikapi sebagai kerja mendidik. Hanya karena kepapaan, kealpaan, dan ketidaktahuan ibu, gelas kecerdasan anak bisa gagal penuh terisi. Anak lalu gagal menjadi insan kamil. Itu semua tentu tak hanya mencakup kecukupan gizi.
Perilaku hidup sehat perlu dibentuk di rumah dan di sekolah. Lalai membentuknya tentu besar ongkos negara. Ekonomi kesehatan berupa terbentuknya kebiasaan cuci tangan saja bisa membatalkan lebih dari 10 penyakit. Sebaliknya, dirongrong penyakit gara-gara hidup tak bersih berpotensi membuat anak kerdil dan dungu. Sebagai sumber daya bangsa, anak kalah bersaing dengan bangsa sepantaran.
Tak kecil ongkos berobat dan dampak diare, flu burung, flu babi, dan penyakit terjangkit lewat tangan kotor bila mencuci tangan tidak dibiasakan. Bukan cuma karena alasan mengubah perilaku tak sehat tidak lebih mudah daripada membentuknya. Kini pemerintah mesti menanggung lebih besar belanja obat dan biaya rumah sakit untuk penyakit yang sebetulnya bisa dicegah. Kalau saja perilaku sehat masyarakat terbentuk sejak usia anak dipikirkan negara sejak di hulu.Membentuk Perilaku SehatPulihnya rakyat dari kemiskinan struktural tak mungkin kita tunggu. Menambah anggaran kesehatan belum tentu mengangkat kesehatan rakyat. Padahal dengan anggaran minim, Bangladesh berhasil mengangkat derajat kesehatan rakyatnya.
Layanan primary health care seperti yang kita pilih yang menjadi solusinya, yaitu bagaimana membangun masyarakat pintar hidup sehat sejak kecil. Tapi, sayang, implementasi konsep sebagus itu di kita tak penuh. Informasi kini menjadi kekuatan baru seperti diramal futurolog John Naisbitt (1982). Untuk membuat masyarakat pintar hidup sehat butuh informasi. Dalam konteks ini setiap ibulah yang menjadi gurunya. Materinya bisa dari mana-mana.
Bisa dari program "child-friendly school" UNICEF, modul "skill for life", "safe motherhood", pedoman jajan yang aman (food safety), memahami bahwa menu bergizi tak perlu mahal dan kegiatan penyuluhan oleh puskesmas. Mematuhi deklarasi PBB agar menjadikan anak nyaman pun perlu diejawantahkan juga (World Fit for Children, 2001). Kebanyakan ibu belum melek koran maupun tabloid. Maka radio dan televisi laik menjadi referensi informasi paling tepat sasaran.
Saatnya kurikulum kesehatan sekolah direvisi bukan hanya kognitif, melainkan membawa visi pembentukan perilaku sehat. Nasib kesehatan anak kita harus berubah. Jeritan membela anak dari bawah sudah lama ada. Advokasi di tingkat kementerian sudah sering dilakukan. Kuncinya barangkali memang perlu kemauan politik orang nomor satu republik ini.
Tetap abai pada kondisi ibu tak berdaya untuk membesarkan anak dengan benar, akan terus lahir anak yang mewarisi kesehatan selemah milik ibunya.Kalau nanti itu yang terjadi, rumah republik ini kelak dibangun dari bata yang rapuh. Lantas, kapan berharap lahir bangsa besar?(*)
Handrawan Nadesul
Dokter, Pengasuh Rubrik Kesehatan dan Penulis Buku
(//mbs)

Reformasi Hijau Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Reformasi Hijau Partai Kebangkitan Bangsa Jum'at, 24 Juli 2009 - 09:47 wib
Tepat kemarin tanggal 23 Juli 2009,Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) genap berusia 11 tahun. Kiprah di panggung politik nasional terus diasah sebagai bagian dari pendewasaan berpartai dan berpolitik PKB itu sendiri.Sebagai bagian dari entitas masyarakat politik di Indonesia, peran, kiprah, serta keberadaan PKB yang baru berumur 11 tahun di pentas nasional tentu tidak sedikit, bahkan bisa disandingkan dengan partai-partai besar lain yang sudah berusia puluhan tahun seperti Partai Golkar maupun Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Diakui bahwa PKB hadir sebagai buah dari gerakan Reformasi 1998 yang telah membuka tabir otoritarianisme pemerintahan Orde Baru pada masa itu. Keran demokrasi yang terbuka juga mendorong para insan politik untuk beraktualisasi dan berkiprah dengan mendirikan partai politik. Terbukti Pemilu 1999 yang notabene pemilu pertama pasca-Reformasi diikuti oleh 48 partai politik.***
Namun, dalam perjalanannya, sejalan dengan meningkatnya kedewasaan politik masyarakat, jumlah partai politik semakin mengerucut dan kecil. Bisa jadi hal ini adalah seleksi alam terhadap kehidupan berpolitik partai di Indonesia. Atau bisa jadi pula hal itu merupakan pesan bahwa kedewasaan politik masyarakat Indonesia kian meningkat sehingga masyarakat semakin cerdas dalam menggunakan hak-hak dan pilihan politiknya. Simak saja torehan sejarah PKB dalam tiga kali pemilu di Indonesia. Pada Pemilu 1999 PKB memperoleh 12% suara dan menjadi pemenang ketiga setelah PDI Perjuangan dan Partai Golkar. Dalam pemilu ini, pimpinan PKB mendapatkan dukungan kuat dari KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang saat itu Ketua PBNU, kiai-kiai besar yang banyak menjadi "kunci" dalam ranah politik Nahdlatul Ulama (NU), serta kiai Langitkan--kumpulan kiai khos dan berpengaruh di Indonesia. Lebih hebatnya lagi, para kiai secara aktif ikut melakukan mobilisasi politik bagi PKB, bukan hanya pada saat kampanye Pemilu 1999, tetapi juga rutin turun ke masyarakat untuk melakukan ideologisasi serta menjelaskan kepada masyarakat terkait dengan pentingnya membesarkan dan memilih PKB. Dengan kata lain, PKB saat itu bukan hanya mendapatkan dukungan kosong dari para kiai, tetapi mereka dengan konkret memberikan dukungan moril serta materiil kepada PKB. Pada Pemilu 2004 PKB memperoleh 10% suara, di bawah target 20% suara. Meskipun turun, PKB tetap tampil sebagai pemenang ketiga di bawah Partai Golkar dan PDI Perjuangan. Namun dalam Pemilu 2004 ini pula ujian-ujian politik PKB dimulai. Turbulensi itu diawali dengan pemecatan Matori Abdul Jalil dari kursi ketua umum oleh Gus Dur. Pemecatan itu akhirnya mendorong perpecahan dalam tubuh internal PKB yang ditandai dengan hadirnya Partai Kejayaan Demokrasi (PKD) di bawah pimpinan Matori Abdul Jalil. Banyak kalangan menganggap bahwa penurunan sekitar 2% perolehan suara PKB dibandingkan Pemilu 1999 juga dikarenakan perpecahan internal tersebut. Pada Pemilu 2004 itu, PKB di bawah kepemimpinan Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syura mulai kehilangan dukungan para kiai besar. Kelompok kiai Langitan mulai terpecah dan tidak memberikan dukungan konkret kepada PKB. PBNU pun secara formal menyatakan tidak ikut-ikutan berpolitik sembari melarang rangkap jabatan NU struktural dengan pengurus partai. Artinya, secara formal PBNU tidak memberikan dukungan kembali kepada PKB. Terakhir, pada Pemilu 2009, perolehan suara PKB hanya sebesar 5%. Bagi PKB, Pemilu 2009 adalah puncak dari konflik internal berkepanjangan dalam tubuh PKB. Sebelumnya terjadi perpecahan pasca-Muktamar Semarang yang menelurkan hadirnya PKNU di bawah pimpinan Choirul Anam yang juga diikuti dengan pemecatan A Muhaimin Iskandar dari kursi Ketua Umum PKB oleh Gus Dur. Peristiwa-peristiwa tersebut telah menjadi awal dari konflik yang mengena tepat di tengah-tengah jantung PKB. Kepemimpinan ganda PKB sempat hadir antara kubu Muhaimin Iskandar dengan kubu Gus Dur sebelum akhirnya keputusan hukum memenangkan kubu Cak Imin--panggilan akrab A Muhaimin Iskandar--yang sekaligus menghentikan perseteruan antara dua kubu dalam PKB. Pada Pemilu 2009 ini, para kiai Langitan nyata-nyata memberikan dukungan kepada PKNU yang adalah partai sempalan PKB di bawah kepemimpinan Choirul Anam walaupun akhirnya PKNU tidak lolos parliamentary threshold (PT). Pada sisi lain, Gus Dur yang selama bertahun-tahun dianggap merepresentasikan PKB melakukan boikot pemilu, bahkan dengan gencar mengampanyekan golput bagi para pendukungnya dalam Pemilu 2009. Seolah mengurai benang kusut, konflik internal yang terjadi tepat di jantung PKB menjadi simbol semangat juang dan etos kerja kader-kader partai untuk berjuang dalam Pemilu 2009. Memang, tidak bisa dimungkiri bahwa konflik panjang tersebut secara signifikan telah mendorong terjadinya dekonstruksi yang luas terhadap tubuh PKB.
Pada sisi lain, kepemimpinan PBNU "memandang sinis" terhadap PKB karena dianggap membebani kebesaran NU tanpa ada upaya untuk ikut menata dan memperbaiki. Muhaimin Iskandar dan kawan-kawan terus berjuang menata kembali PKB pascakonflik dengan mengumpulkan kembali serpihan "tulang-belulang" yang berserakan dengan mengandalkan beberapa kiai yang memiliki jaringan luas, tetapi secara politik biasanya pasif. Mereka antara lain Kiai Azis Manshur, Kiai Azis Manonjaya, Kiai Dimyati Rois, Kiai Mahfudz Ridwan, Kiai Ali Maschan.Hal itu serta mobilisasi dan perekrutan terhadap kader-kader muda NU progresif sebagai aktor dan "mesin-mesin" partai menjadi modal berjuang membesarkan PKB pada Pemilu 2009. ***
Berdasarkan pada uraian tersebut, menjadi amat penting bagi PKB untuk terus melakukan penataan organisasional saat ini dan ke depan yang dikenal dengan istilah Reformasi Hijau PKB. Reformasi Hijau ini amat signifikan untuk tetap menjaga dan mengawal PKB agar tetap bisa eksis dalam menatap Pemilu 2014. Reformasi Hijau PKB juga diuntungkan dengan momentum dan kesempatan untuk mengambil peran ketika bangsa Indonesia mengalami proses regenerasi kepemimpinan bangsa dengan melakukan institutionalization setup, menata ulang konstitusi partai, melakukan strategic planning, memantapkan ideologisasi partai, memasifkan sistem dan pola pengaderan partai, restrukturisasi kepartaian secara nasional, mengembangkan dan membangun pola komunikasi publik yang lebih tetap sasaran pada khalayak, membangun pencitraan partai, serta yang tidak kalah penting adalah melakukan reformulasi hubungan PKB dengan NU. Reformasi Hijau PKB dengan serangkaian agenda di atas amat mungkin untuk dilakukan PKB mengingat dukungan resources SDM yang muda dan progresif disertai etos juang yang tinggi telah menjadi semangat kebersamaan untuk terus membesarkan PKB sebagai partai besar dan layak diperhitungkan di pentas politik nasional. Begitu pula pengalaman kepemimpinan pemuda dalam tubuh PKB telah membuktikan bahwa generasi PKB adalah generasi muda yang layak untuk meneruskan estafet kepemimpinan nasional. Terakhir, saya mengucapkan selamat hari jadi bagi PKB dan terima kasih kepada semua kader partai yang telah berjuang bersama- sama PKB.(*)
Ir HM Lukman Edy, MSi
Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Omar Dhani Pernah Minta Dimakamkan Satu Liang Dengan Istrinya

Jumat, 24/07/2009 21:30 WIB
Omar Dhani Pernah Minta Dimakamkan Satu Liang Dengan Istrinya
Reza Yunanto - detikNews
Jakarta - Mantan KSAU Omar Dhani pernah berwasiat agar dimakamkan satu liang dengan istrinya yang bernama Sri Wuryanti yang sudah meninggal terlebih dahulu. hal ini disampaikan salah seorang putri Omar Dhani, Dian Sri Indrapuri.
"Ayah pernah mengamatkan agar dirinya dimakamkan dalam satu liang lahat dengan ibu di TPU Jeruk Purut," ujar Dian di rumah duka di Perumahan Pejanten Indah Jl H Samali Ujung nomor D 12, Jakarta Selatan, Jumat (24/7/2009). Dian menambahkan Omar Dhani telah lama menderita sakit lever. Ditambah lagi usianya sudah sepuh. Sebelum dirawat di ICU RSPAU Dr Esnawan Antariksa, Omar Dhani sempat dirawat di ruang ICU 3 rumah sakit yang berbeda. Saat ini jenazah Omar Dhani sudah dibawa ke Skadron 17 Halim Perdana Kusuma.
(rdf/rdf)

Mengenang Omar Dhani dan Kejayaan AURI

Sabtu, 25/07/2009 06:34 WIB
Mengenang Omar Dhani dan Kejayaan AURI
Ramadhian Fadillah - detikNews

foto: TNI AU
Jakarta - Jenazah Omar Dhani saat ini masih berada di hanggar Skadron 17 Lanud Halim Perdana Kusuma. Baru nanti sebelum salat dzuhur, jenazah mantan Panglima Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) era orde lama ini akan dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan.Nama Omar Dhani sempat tabu untuk diucapkan pada zaman Soeharto berkuasa. 29 tahun hidupnya dihabiskan di penjara. Tuduhannya terlibat G 30 S/PKI, dosa yang dianggap paling besar pada zaman orde baru.Marsekal Madya Omar Dhani menjadi panglima angkatan udara mulai 19 Januari 1962 hingga 24 November 1965. Pria kelahiran Solo ini dilantik menggantikan Bapak TNI AU Soerjadi Soerjadarma. Jasa-jasanya sempat dilupakan, terhapus oleh dosa politiknya. Namun pada saat kepemimpinannya AURI, bisa menjadi kekuatan udara yang paling kuat di belahan bumi selatan pada era 1960an. Saat itu raungan pesawat-pesawat pancar gas milik AURI menggetarkan langit. Kekuatan raksasa milik AURI saat itu bertumpu pada pesawat-pesawat buatan Rusia seperti Mig 15 UTI, MiG 17 Fresco, MiG 19 Farmer dan MiG 21 Fishbed. Sidang Mahkamah Militer Luar Biasa mengganjarnya dengan hukuman mati. Namun eksekusi tidak juga dilaksanakan. Belakangan hukuman diganti menjadi hukuman seumur hidup. Penyakit menggerogoti kesehatan Omar Dhani, ditambah usianya yang makin tua. Akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya Jumat (24/7/2009) pukul 14.00 WIB di RSPAU. Selamat jalan Marsekal.
(rdf/rdf)

SBY Kirim Karangan Bunga untuk Omar Dhani

Jumat, 24/07/2009 22:00 WIB
SBY Kirim Karangan Bunga untuk Omar Dhani
Reza Yunanto - detikNews
Jakarta - Berbagai karangan bunga membanjiri rumah duka mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Omar Dhani. Salah satunya adalah karangan bunga dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Omar Dhani disemayamkan di rumah duka, di Perumahan Pejanten Indah Jl H Samali Ujung nomor D 12, Jakarta Selatan, pukul 17.30 WIB.
Berdasarkan pantauan detikcom, Jumat (24/7/2009) selain SBY, beberapa pejabat TNI dan pejabat lainnya ikut memberikan karangan bunga sebagai tanda belasungkawa atas meningggalnya Mantan KSAU era orde lama ini.
Beberapa karangan bunga tersebut berasal dari Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo, Kepala Staff TNI AU Marsekal TNI Subandrio, dan mantan presiden Megawati Soekarnoputri. Ada pula dari mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono. (fiq/rdf)

Jenazah Omar Dhani Disemayamkan di Skadron 17 Lanud Halim

Jumat, 24/07/2009 19:47 WIB
Jenazah Omar Dhani Disemayamkan di Skadron 17 Lanud Halim
Reza Yunanto - detikNews
Jakarta - Setelah disalatkan di rumah putranya, jenazah mantan KSAU Omar Dhani akan dibawa ke Skadron 17 Lanud Halim Perdana Kusuma. Untuk memberi kesempatan bagi keluarga besar TNI AU memberikan penghormatan terakhir. ( rdf / rdf )
Komentar terkini (5 Komentar)
paijo, ....selamat jalan pejuang.....selamat jalan kusuma bangsa......selamat jalan bapak Angkatan Udara Republik Indonesia..........Allah Maha Adil, aku begitu kehilangan seorang figur tentara yang teguh terhadap atasan......... tentara yang tidak bergemlimang harta di masa pensiun.....seorang tentara yang tetap hanya tentara........ semoga Allah menerima segala amal dan memaafkan segala kesalahannya........Amin
Ananta, Untuk Budi Maharesi (Eci) dan seluruh keluarga besar Almarhum, kami sekeluarga turut berbela sungkawa semoga semua amal kebajikan yang beliau perbuat selama hidup mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah dan semua kesalahan beliau diampuni Allah SWT.
sinyo, Indonesia adalah bangsa yang besar krn menghargai orang spt mantan KSAU Omar Dhani tanpa memandang kesalahan masa lalu.
Bambang Harjono, Selamat Jalan Marsekal, kami yang ditinggal tahu persis bahwa anda difitnah, kami tahu Marsekal seorang pengabdi, untuk negeri ini, Marsekal yang selalu patuh pada atasan, dan rela terpenjara karena kepatuhan itu. Kami tahu Marsekal adalah Tentara Udara sejati yang pernah dimiliki Negeri ini. Selamat Jalan Marsekal, pengabdian dan ketulusan pengorbanannya tak akan lapuk oleh hujan dan tak akan lekang oleh panas. SELAMAT JALAN MARSEKAL
anak, Selamat jalan jenderal, semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah swt.

Jenazah Omar Dhani Disemayamkan di Skadron 17 Lanud Halim

Jumat, 24/07/2009 19:47 WIB
Jenazah Omar Dhani Disemayamkan di Skadron 17 Lanud Halim
Reza Yunanto - detikNews
Jakarta - Setelah disalatkan di rumah putranya, jenazah mantan KSAU Omar Dhani akan dibawa ke Skadron 17 Lanud Halim Perdana Kusuma. Untuk memberi kesempatan bagi keluarga besar TNI AU memberikan penghormatan terakhir. Menurut putra Omar Dhani, Fery Omar Nursaparyan, ayahnya meninggal dalam usia 85 tahun.
"Karena usia dan ya penyakit juga," ujar Fery di rumah duka di Perumahan Pejanten Indah Jl H Samali Ujung nomor D 12, Jakarta Selatan, Jumat (24/7/2009). Saat ini jenazah Omar Dhani sedang disalatkan. Puluhan pelayat masih memadati rumah duka.
(rdf/rdf)

Omar Dhani Akan Dimakamkan di TPU Jeruk Purut

Jumat, 24/07/2009 18:22 WIB
Omar Dhani Akan Dimakamkan di TPU Jeruk Purut
Reza Yunanto - detikNews
Jakarta - Jenazah mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Omar Dhani disemayamkan di rumah salah satu putranya. Rencananya Omar Dhani akan dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Sabtu (25/7/2009) besok.Pantauan detikcom, Jumat (24/7/2009) jenazah orang dekat Soekarno ini tiba di rumah duka, di Perumahan Pejanten Indah Jl H Samali Ujung nomor D 12, Jakarta Selatan, pukul 17.30 WIB. Puluhan pelayat pun mulai berdatangan.
Jenazah Omar Dhani disemayamkan di ruang tengah di rumah berlantai 2 ini. Sekitar 500 meter dari rumah tersebut beberapa provoost TNI AU tampak berjaga. Mantan KSAU era orde lama ini meninggal pukul 14.00 WIB di RS Angkatan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Omar Dhani merupakan tahanan politik semasa orde baru. (rdf/iy)

Mantan KSAU Omar Dhani Meninggal Dunia

Jumat, 24/07/2009 15:19 WIB
Mantan KSAU Omar Dhani Meninggal Dunia
Niken Widya Yunita - detikNews
Jakarta - Mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Omar Dhani meninggal dunia dalam usia 85 tahun. Omar meninggal di RS Angkatan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. "Iya saya baru dapat informasi demikian," ujar Kadispen AU Marsma TNI Bambang Sulistyo kepada detikcom, Jumat (24/7/2009). Meski demikian, Bambang tak punya informasi detail tentang kabar duka itu. "Beliau sudah sakit berkali-kali," imbuhnya.Sebelumnya Omar bolak-balik masuk rumah sakit dan kritis. Dokter menyebutkan pria kelahiran Solo pada 1924 itu menderita radang paru-paru. Dia juga mengalami gangguan pernafasan dan komplikasi.
Omar dituduh terlibat peristiwa G30S PKI karena membiarkan Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) berlatih di Landasan Udara Halim Perdanakusumah yang saat itu berada di bawah kewenangannya. Omar dipenjara dan baru dibebaskan pada 1995. Dia menceritakan peristiwa kelam tahun 1965 dalam bukunya berjudul 'Pergunakanlah Hati, Tangan dan Pikiranku: Pledoi Omar Dani.' (nik/nrl)

Mencari Kebenaran Jalannya Sejarah Peristiwa 30 September 1965

saya sempat ketemu dengan anak dari pak Oemar Dhani, yang di penjara selama 32 tahun karena urusan politik. Dia meminjamkan buku yang diberikan oleh ayahnya dengan judul Pledoi Oemar Dhani (dengan tanda tangan pak Oemar di sampulnya). Saya baca buku tersebut dan sangat terkesan, karena banyak hal detail yang ditulis mengenai proses G30S. Buku ini juga membuka wawasan dan persepsi saya. Paling tidak sekarang saya sudah lihat cerita dari kedua belah pihak. Renungan 30 September Dalam Artikel Koran Asvi Warman (Sejarawan)
Hari ini Minggu 30 September 2007. Kalau sepuluh tahun yang lalu dan selebihnya, bendera Merah Putih mesti dipasang setengah tiang di depan rumah dan besok dipasang setiang penuh. Kalau sepuluh tahun yang lalu dan selebihnya, nanti malam pasti ada pemutaran film "Pengkhianatan G30S/PKI", film yang sudah berkali-kali saya tonton, film panjang yang menegangkan, film panjang yang bagus sekali, film panjang yang sarat dengan kejahatan PKI dan heroisme Soeharto, Kostrad, dan RPKAD. Era Reformasi terjadi setelah Pak Harto mengundurkan diri. Bendera Merah Putih setengah tiang dan setiang penuh tak lagi wajib dipasang di depan rumah pada setiap 30 September dan 1 Oktober. Tak ada lagi pemutaran film "Pengkhianatan G30S/PKI. Dan, terjadilah kontroversi dalam sejarah seputar G30S (Gerakan Tiga Puluh September itu). Siapa dalang sesungguhnya ? Kontroversi terjadi karena buku-buku yang membahasnya mulai bermunculan pada era Reformasi ini. Buku2 seperti ini tak mungkin bisa saya baca pada era Soeharto jadi presiden RI sebab pasti akan dilarang sebelum dicetak diperbanyak. Semua kontroversi ini menyimpulkan beberapa hal buat saya : ada sesuatu yang ditutup-tutupi dalam sejarah, ada sesuatu yang dibelokkan dalam sejarah, ada sesuatu yang direkayasa dalam sejarah. Film "Pengkhianatan G30S/PKI" mungkin juga hasil rekayasa sejarah, atau pembelokan sejarah, atau penutupan sejarah, diputar untuk semacam sarana indoktrinasi masyarakat.
Saya belajar sejarah di SMP-SMA (1977-1983) dengan kurikulum 1975. Saya diajarkan bahwa PKI adalah dalang G30S yang membunuh tujuh pahlawan revolusi pada malam 30 September 1965 dan dini hari 1 Oktober 1965 lalu segera berhasil ditumpas dengan sangat cepat oleh Soeharto dan RPKAD. Maka gerakan ini disebut G30S/PKI. Tetapi,tak pernah diajarkan dan tak pernah ada di buku pelajaran sejarah bahwa akibat tujuh pahlawan revolusi yang dibunuh PKI itu telah terjadi pembantaian massal atas orang2 yang diduga anggota atau simpatisan PKI di mana-mana. Paling sedikit setengah juta orang dibantai mati oleh bangsanya sendiri, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Siapa yang membantainya ? Angkatan darat dan ormas2 anti PKI. Benarkah PKI adalah dalang G30S ? Di situlah kontroversinya. Di bawah ada kutipan wawancara Suara Merdeka dengan Dr. Asvi Warman Adam, ahli sejarah dari LIPI yang banyak meneliti kontroversi ini. Yang membingungkan, Kurikulum 2004 mencopot PKI dari G30S berdasarkan masukan dari para ahli sejarah sebab makin banyak bukti dan hasil penelitian bahwa dalang G30S bukan PKI atau bukan PKI sebagai partai tetapi oknum2 PKI, atau bisa Soeharto, atau CIA/Inggris/Australia, dll. Multi tafsir, maka tak benar langsung menuduh PKI sebagai dalangnya. Ini memang kenyataan sejarah, bahwa ada rekayasa politik dan pertarungan/persaingan politik/kekuasaan menjelang G30S. Jadi, jangan membodohi anak didik dengan versi yang belum tentu benar. Jadi, namakan saja G30S sampai nanti ada kejelasannya. Sejarah terus berkembang. Begitulah kira2 masukan para sejarawan yang diterima oleh Tim Kurikulum 2004 sehingga mencopot PKI dari G30S menjadi G30S saja. Buku2 sejarah untuk SMP dan SMA pun dicetak dengan mencantumkan G30S. Tetapi, kemudian Kurikulum TSP (tingkat satuan pendidikan) 2006 mencantumkan kembali PKI pada G30S menjadi G30S/PKI. Nah, membingungkan!
Berbekal Kurikulum 2006 dan SK Menteri Pendidikan Nasional tentang itu, maka aparat Kejaksaan memburu buku2 sejarah SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yang hanya menyebut G30S dalam tragedi 30 September 1965 itu lalu membakarnya. Dalam dua tahun ini telah puluhan ribu buku dari banyak penerbit dibakar. Guru, anak didik, penerbit, dan orang tua kebingungan. Berapa besar kerugian karena ini ? Minggu lalu, 25 September 2007, aparat Kejaksaan Negeri Bekasi memusnahkan 1468 buku sejarah untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK dari berbagai penerbit yang menurut mereka mengajarkan sejarah yang tak sesuai fakta, yaitu hanya mencantumkan G30S dan bukan G30S/PKI (berita di Bisnis Jakarta 26 September 2007 hal. 3). Gayung bersambut. Para ahli sejarah dan para penerbit akan memperkarakan Kejaksaan dan Depdiknas ke pengadilan atas kasus pembakaran buku2 ini. Para penerbit beralasan bahwa buku2 itu ditulis sesuai Kurikulum 2004 dari Depdiknas sendiri yang hanya mencantumkan G30S; sedangkan para ahli sejarah beralasan bahwa dalang G30S belum tentu PKI. Begitulah cerita carut-marut di negeri tercinta ini.
Ada yang berusaha menegakkan fakta, ada yang berusaha tetap mempertahankan kekaburan fakta. Kasus G30S, siapa pun dalangnya tak boleh terulang lagi di negeri tercinta ini. Apakah kita ingin lagi melihat saudara-saudara kita sendiri terkapar mandi darah dibantai tetangganya, apakah kita ingin lagi melihat sungai menjadi merah oleh darah puluhan mayat yang dibantai ? Kesalahpahaman, pemahaman buta,dendam, dan pemutarbalikan fakta telah mendorong sesama bangsa kita telah saling membunuh sampai menewaskan 1/2 - 3 juta orang ! Jangan sampai terulang lagi. Melihat begini, bukan G30S-nya sendiri yang mengerikan, tetapi efek sesudah G30S itu. salam prihatin, awang
Lampiran :
Wawancara Suara Merdeka dengan Dr. Asvi Warman Adam -LIPI (8 Oktober 2006) Dalang G30S Tidak Tunggal
SALAH satu peneliti mengenai Partai Komunis Indonesia (PKI) dan sejarah pergolakan Gerakan 30 September adalah Dr Asvi Warman Adam. Karena itu, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini sangat layak dilibatkan dalam perbincangan mengenai penghapusan istilah PKI dari Gerakan 30 September/PKI dalam buku sejarah Indonesia terkini. Bahkan bukan tidak mungkin pria yang menceburkan diri dalam penelitian mengenai pergolakan 1965-1966 ini memunculkan fakta-fakta baru mengenai kontroversi yang tak tuntas-tuntas itu. Apa pendapat dia tentang berbagai buku yang dikaitkan dengan PKI? Berikut petikan perbincangan dengan doktor lulusan Prancis ini di Perumahan Poris-TVRI kawasan Pondok Gede, Kota Bekasi. Dalam buku pelajaran sejarah ada penghilangan kata PKI dari G30S/PKI. Apa komentar Anda? Saya melihat yang dilakukan penyusun buku sejarah ini sebagai hal ositif. Positif dalam artian tidak ada lagi monotafsir yang dipaksakan. Dengan pengajaran multitafsir ini akan menumbuhkan daya kritis siswa. Bisa muncul diskusi-diskusi tentang peristiwa tragedi 1965 itu. Sebagaimana diketahui pada Kurikulum 1994 maupun 1999 memang selalu ditulis G30S PKI untuk menyebut gerakan itu. Pada era reformasi -yang dimulai pada pelengseran Soeharto, banyak bermunculan buku yang mengulas tentang peristiwa berdarah tahun 1965-1966 dalam berbagai versi. Buku-buku itu sebenarnya sudah muncul saat era Orde Baru, tapi langsung dilarang, karena dinilai akan mengganggu versi tunggal dari penguasa.
Pada 1995, terbit Di Bawah Bayang PKI. Buku ini bukan bercerita tentang PKI, tetapi menguraikan berbagai versi tentang PKI dan kaitannya dengan peristiwa-peristiwa di Tanah Air termasuk peristiwa 1965. Buku itu dilarang Kejaksaan Agung. Pada waktu itu pokoknya segala sesuatu yang mengancam versi tunggal pemerintah yang mengatakan bahwa PKI adalah dalang G30S akan dilarang.
Kemunculan berbagai versi itu menjadikan pakar-pakar di pusat kurikulum mengakomodasi temuan mereka. Penghilangan kata PKI pada G30S itu saya rasa lebih netral dan objektif, karena pada kenyataannya memang berkembang berbagai versi. Ada yang menyatakan ada keterlibatan unsur luar seperti CIA dan Dinas Rahasia Inggris, Ada yang beranggapan gerakan itu dilakukan PKI atau Soeharto dengan kudeta merangkak. Juga Soekarno dan sebagainya.
Sekarang tinggal kita lihat saja mana dari versi-versi itu yang argumennya lebih kuat. Bukan khayalan belaka. Juga kredibilitas saksi sejarahnya.Apakah penghilangan kata PKI ini bermaksud untuk tidak lagi menganggap para jenderal yang terbunuh sebagai korban peristiwa makar?Ini sama sekali tidak berkaitan dengan upaya mengecilkan para Pahlawan Revolusi. Ini hanya bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa dan masyarakat tentang ada banyak tafsir serta berbagai dampak besar yang terjadi setelah peristiwa itu.Yang perlu kita pahami adalah tragedi 1965 itu adalah peristiwa sedemikian kompleks yang berakibat pada konflik horizontal yang memakan korban begitu besar dalam sejarah negeri ini. Bukan sekadar peristiwa 30 September hingga 1 Oktober saat pada hari-hari itu terbunuh para jenderal dan perwira Angkatan Darat. Coba kita ingat lagi mengenai serangkaian pembunuhan masal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada data yang menyebutkan sampai lebih dari setengah juta orang terbunuh. Hal ini perlu diketahui para siswa sehingga mereka sadar bahwa kejadian seperti itu tidak boleh terjadi lagi pada bangsa Indonesia Sebagai sejarawan, apa tafsir Anda tentang peristiwa G30S? Saya sudah mempelajari berbagai versi tentang G30S. Saya lebih cenderung memandang peristiwa itu sebagai tragedi yang begitu kompleks sehingga saya lebih sependapat dengan Bung Karno. Dalam Pidato Nawaksara, kata Bung Karno, dalang G30S tidak tunggal. Tidak mungkin kalau satu kelompok saja yang melakukan. Adaberbagai pihak yang bermain di situ. Bung Karno menyebutkan ada pimpinan PKI yang kebablasan keblinger, sehingga bertindak tidak sebagaimana mestinya. Ada unsur Nekolim (Amerika dan Inggris) melaui dinas rahasia, dan ada oknum yang tidak bertanggung jawab. Sayang Bung Karno tidak menyebutkan secara jelas siapa-siapa saja yang dimaksud sebagai oknum yang tidak bertanggung jawab. Dia hanya memberikan garis besar. Saat ini juga muncul tulisan dari orang-orang berhaluan komunis. Orang-orang komunis bahkan menjadi pahlawan baru. Bagaimana Anda melihat fenomena seperti ini? Wajar saja, karena saat ini kesempatan untuk itu terbuka memang demikian luas. Namun kalau sampai mereka menjadi pahlawan baru, saya tidak melihatnya sampai sejauh itu. Semua masih tetap positif karena mereka hanya menuliskan penderitaan saat ditindas oleh rezim Orde Baru dan tentang penderitaan mereka dan keluarga setelah 1 Oktober 1965. Selebihnya mereka juga bermaksud membuka borok rezim Orde Baru yang menginjak-injak hak asasi manusia. Ini positif sebagai pengetahuan. Setidaknya masyarakat tahu bagaimana tentang pembuangan orang-orang PKI ke Pulau Buru. Juga bagaimana anak-anak PKI harus menanggung dosa ayahnya dengan perlakukan negara yang diskriminatif.Semua itu perlu bagi kita. Sayang saat ini belum ada orang-orang yang menulis sebaliknya. Menulis tentang apa? Lo, kita juga mengetahui setelah melakukan pemberontakan dan perbuatan kejam terhadap negara dan rakyat Indonesia lewat pemberontakan di Madiun 1948, PKI pada tahun 60-an juga sering melakukan perbuatan tidak terpuji. PKI juga sering melakukan perbuatan atau menghasut rakyat untuk melakukan perbuatan kekerasan. Coba kita lihat saat PKI sering menggalang aksi massa untuk melaksanakan program land reform. Bagaimana mereka menggerakkan massa untuk mengambil tanah-tanah milik tuan tanah kaya yang kata mereka nanti akan diserahkan kepada negara untuk selanjutnya dibagi-bagikan kepada rakyat.Dalam pelaksanaannya, PKI dan Barisan Tani Indonesia (BTI) begitu berlebihan dan agresif sehingga sampai menimbulkan konflik dan akhirnya memakan korban. Konflik horizontal yang sering terjadi saat itu adalah sengketa antara orang-orang kiri dengan Islam. Tanah-tanah luas itu adalah milik kiai-kiai. Jadi pada awalnya orang-orang PKI-lah yang lewat provokasi sering menimbulkan konflik horizontal.Coba kita lihat juga konflik kebudayaan. Bagaimana konflik antara Lekra dan Manikebu. Jadi di dalam berbagai bidang aksi-aksi yang dilakukan PKI dan segenap onderbouw sudah menumbuhkan benih-benih kebencian.
Karena itu setelah 1 Oktober, yaitu titik balik PKI dari begitu powerfull menjadi lemah dan tercerai-berai, terjadilah aksi pembalasan dari lawan-lawannya. Saya beranggapan berbagai kekerasan yang dilakukan PKI itu sebenarnya sudah mendapatkan balasan hukuman luar biasa antara 1965-1966 tersebut. Karena itu seharusnya Soeharto sebagai pemegang tampuk kendali saat itu segera menggelar rujuk nasional pada 1966 setelah pembantaian orang-orang PKI selesai. Atau minimal pada 1967. Jadi tidak ada tragedi kemanusiaan berkepanjangan. Sayang oleh Soeharto isu PKI dan bahaya laten komunis terus menerus dikembangkan agar bisa dijadikan kambing hitam atas segala persoalan. Jadi rezim Orba menggunakan sejarah untuk dijadikan sebagai alat teror negara.
Menuduh orang-orang yang kritis terhadap pemerintah sebagai PKI adalah alat pukul efektif yang dilakukan pemerintah masa lalu.
Saat ini sudah tidak ada lagi perintah pengibaran bendera setengah tiang pada 30 September. Apa ini bisa dikatakan kita sudah melupakan peristiwa di balik tanggal tersebut?
Saya rasa ini adalah respons masyarakat yang biasa saja, setelah segalanya menjadi terbuka. Dan pemerintah juga membaca hal sama. Kalau dulu setiap 30 September dikibarkan setengah tiang lalu pada 1 Oktober satu tiang penuh. Pada tanggal itu di Jakarta ada pembunuhan terhadap enam Jenderal, satu perwira, dan satu polisi. Di Yogyakarta ada pembunuhan terhadap dua perwira. Jadi, ada 10 korban jiwa. Tapi dalam hitungan 2-3 bulan setelah itu terjadilah pembantaian besar-besaran. Jadi bila adil mungkin pengibaran benderanya sampai tiga bulan penuh. Jadi janganlah melihat satu peristiwa itu dalam kacamata yang sempit.
Mengenai pengibaran bendera pada 30 September tersebut memang jauh berbeda dari menjelang tanggal 17 Agustus. Tanpa dikomando pun rakyat baik di desa maupun di kota akan menaikkan bendera dan menggelar serangkaian acara. Selain nuansanya kebahagiaan, juga tafsir tunggal kemerdekaan kita 17 Agustus mengena tepat di seluruh rakyat Indonesia. Atau tidak ada yang merasa dirugikan atau dimanipulasi. Dari penelitian sejarah yang Anda lakukan, apakah bangsa bisa dikatakan sebagai bangsa pemaaf?Agak sulit untuk mengatakan secara pasti apakah bangsa kita ini pemaaf atau tidak. Tapi saya pribadi menilai kalau masyarakat kita adalah masyarakat yang umumnya pemaaf. Menurut saya, yang berusaha untuk membangkitkan luka masa lalu, mengingatkan kembali dendam adalah ulah segelitir elite saja. Parapengikut PKI kini juga sudah tua. Rata-rata sudah berusia 70 atau 80-an. Anak-anak mereka juga sudah mempunyai kepentingan yang bermacam-macam, sehingga mungkin sangat sedikit yang mencoba menghidupkan kembali ideologi komunis. Selain itu ideologi komunis juga sudah ambruk di negeri asalnya, Rusia. Kalaupun tersisa di Vietnam dan RRC, itu pun karena ada kepentingannya. Mereka tidak ingin terjadi perubahan yang terlalu cepat sehingga menimbulkan masalah besar seperti di Rusia dan negara Eropa Timur. Sudah saatnya kita berdamai dengan sejarah sehingga tidak mudah terprovokasi segelintir elite yang ingin mencari keuntungan politis di balik itu semua.Bagaimana komentar Anda tentang Intelijen Kejaksaan Agung yang meneliti buku pelajaran sejarah terkait penghilangan kata PKI? Saya setuju kalau Kejakgung melarang buku-buku yang sangat meresahkan. Menurut saya yang tergolong meresahkan itu misalnya buku yang mengajarkan ajaran yang menyimpang dari agama. Kan ada buku seolah ajaran Islam, tapi isinya adalah ajaran yang justru sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Tapi kalau buku-buku pelajaran yang menyajikan berbagai versi tentang peristiwa bersejarah, saya rasa jangan dilarang. Buku ini kan tidak sepihak sehingga baik untuk menumbuhkan budaya berdikusi dan berpikir kritis. Serahkan saja urusan ini kepada Depdiknas. Kejakgung kan banyak tugas untuk memberantas korupsi. (Hartono Harimurti-35)(Suara Merdeka, 8 Oktober 2006)

TNI-AU MELURUSKAN SEJARAH, WIRANTO MARAH

POLITIK): Upaya pelurusan sejarah oleh TNI-AU perihal Peristiwa 30 September 1965 membuat kalangan jendral TNI-AD gerah. Beranikan TNI-AUmerehabilitasi Oemar Dhani?Marsekal Udara Oemar Dhani tak hadir dalam peringatan HUT Ke-53 TNI AU diLapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, TNI-AU, awal April lalu. MantanKepala Staf Angkatan Udara (KSAU) itu tak bisa hadir karena alasan kesehatan. Padahal, KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan mengundang Oemar Dhani yang mendekam di penjara Cipinang selama 30 tahun. Ketegangan diam-diam muncul antara TNI-AD dan TNI-AU menyangkut protes TNI-AU soal tuduhan keterlibatan angkatan itu pada peristiwa berdarah pada akhir September 1965. Oemardhani beberapa waktu lalu menyatakan ingin meluruskan sejarah di seputar peristiwa Gerakan 30 September 1965, yang menyangkut dirinya dan TNI-AU. Sebab, menurut dia, ada kesalahan sejarah yang mengungkap kasus G 30 S PKI. Misalnya, munculnya tuduhan Angkatan Udara ikut terlibat.
Dan, waktu itu Oemar yang menjadi KSAU ikut menjadi korban sehingga harus dijatuhi hukuman seumur hidup. Beberapa waktu setelah Soeharto jatuh, para purnawirawan perwira tinggi TNI-AU seperti Sri Moelyono Herlambang dan Saleh Basarah menulis surat kepada Menpen Letjen Yunus Yosfiah agar film Pengkhianatan G-30 S PKI dihentikan penayangannya karena dalam film yang disutradarai mendiang Arifin C. Noer itu jelas-jelas menuduh TNI-AU terlibat dalam pembantaian para jendral TNI-AD. Dan, Yunus setuju. "Para mantan KSAU tengah menulis buku pelurusan sejarah itu. Tunggu saja. Bulan depan mungkin rampung," ujar Marsekal Hanafie Asnan. Buku yang bisa disebut sebagai buku putih TNI-AU ini akan menceritakan secara detail tentang AURI dan peristiwa di seputar G 30 S PKI. Isi buku ini ialah meluruskan sejarah berdasarkan pengakuan para pelaku sejarah, para perwira TNI-AU yang masih hidup,sebagian besar pernah dipenjara oleh Angkatan Darat pimpinan Jendral Soeharto. Dalam buku-buku sejarah, termasuk dalam fillm itu, TNI-AU digambarkan sebagai angkatan yang jahat, karena angkatan ini disebut sebagai angkatan yang penuh orang-orang PKI. Dalam buku-buku sejarah dan lagi-lagi film itu, dikatakan Pangkalan TNI AU Halim Perdana Kusuma menjadi basis gerakan PKI, apalagi para jendral Angkatan Darat dibantai dan dikubur di dekat pangkalan itu. Selain itu, KSAU waktu itu, Laksamana Madya Oemardhani, dituduh terlibat dalam gerakan PKI. Akibatnya, Oemardhani, yang menjabat KSAU 1962-1965, diadili di mahkamah militer dan diputus harus mendekam di penjara selama seumur hidup.
Panglima TNI, Jendral Wiranto nampak agak gusar terhadap niat para senior TNI AU ini. Wiranto mengingatkan bahwa apa yang telah tertulis dalam buku sejarah Bangsa, dan sudah diajarkan mulai TK hingga pendidikan tinggi, sudah untuk diperbaiki. "Kalau semua orang berusaha menginterpretasikan dengan pemahamannya sendiri, kan susah," ujarnya.B elakangan Wiranto diam-diam meminta para stafnya di jajaran Angkatan Darat untuk "membujuk" TNI-AU membatalkan niat pelurusan sejarah itu. Bahkan, kabarnya kalangan jendral Angkatan Darat meminta TNI-AU mencabut pernyataan KSAU soal pelurusan sejarah itu. TNI-AU tak goyah. "Tiga puluh tahun, cukup lama bagi kami untuk dijadikan korban fitnah," ujar seorang petinggi TNI-AU. Domonasi Angkatan Darat di tubuh TNI memang membuat angkatan lain harus mau tak mau menerima apa yang digariskan para jendral Angkatan Darat. Padahal, kalau mau jujur, seperti halnya analisisnya Ben Anderson dalan The Cornell Paper, Peristiwa 30 September sebenarnya merupakan konflik internal Angkatan Darat dalam usaha menyingkirkan Presiden Soekarno. Ini sudah jadi rahasia umum. Jatuhnya kekuasaan Soeharto membuat angkatan-angkatan dalam ABRI berani menentang dominasi Angkatan Darat. Angkatan Kepolisian Republik Indonesia adalah angkatan yang pertama kali berhasil melepaskan diri dari pengaruh Angkatan Darat. Pelepasan Polri sejak 1 April lalu bukanya tanpa usaha yang keras. Setelah Soeharto jatuh dan dikambinghitamkannya polisi dalam pembunuhan lima mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta membuat para jendral polisi untuk makin mendesak Wiranto melepas polisi. Upaya ini disetujui Presiden Habibie. Belakangan Wiranto pun setuju, asal masih di bawah kendali Departemen Pertahanan dan Keamanan. Pelepasan polisi ini hingga sekarang masih ditentang oleh para jendral Angkatan Darat. Tidak mustahil, kelak polisi akan "diambil alih" lagi oleh Angkatan Darat.
Akan halnya hubungan TNI-AD dan TNI-AL, selama ini juga tak baik. Sudah jadi rahasia umum jika Korps Marinir di satu pihak berseberangan dengan Kopassus dan Kostrad di lain pihak. Pertentangan di kalangan angkatan ini memang bagai api dalam sekam. Kalau para jendral Angkatan Darat, yang oleh para jendral angkatan lain seringkali dikatakan bodoh-bodoh itu, tetap ngotot mau benarnya sendiri, bukan tak mungkin pertentangan itu akan jadi terbuka. Semisal, jika Angkatan Darat menentang upaya TNI-AU merehabilitasi namanyadalam Peristiwa 30 September 1965, tentu akan makin muncul ketidaksenangan di kalangan Angkatan Udara. (*)

Omar Dhani Minta Dimakamkan di Jeruk Purut

Omar Dhani Minta Dimakamkan di Jeruk Purut
Jumat, 24 Juli 2009 | 21:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal (Purn) Omar Dhani meninggal dunia, Jumat (24/7), pukul 13.50 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (Ruspau) Esnawan Antariksa Halim Perdanakusuma, Jakarta, dalam usia 85 tahun akibat sakit yang dideritanya sejak lama.Saat dihubungi per telepon, salah seorang putranya, Dian Sri Indrapuri, menyatakan ayahnya sempat tiga kali dirawat di ruang intensive-care unit (ICU) beberapa RS berbeda, setidaknya dalam beberapa bulan terakhir, akibat penyakit yang dideritanya. "Sakitnya sudah lama, bapak menderita penyakit lever. Tambah lagi usianya juga sudah sepuh. Kegiatan bapak terakhir sudah tidak banyak, hanya berkumpul dengan anak-anak dan anggota keluarga saja," ujar Dian kepada Kompas.Menurut Dian, ayahnya mengamanatkan agar dirinya dimakamkan dalam satu liang lahat yang sama dengan tempat istri pertamanya dimakamkan, Sri Wuryanti, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta. Sri sudah lebih dahulu meninggal dunia. Jenazah Omar Dhani akan dimakamkan Sabtu siang setelah disemayamkan terlebih dahulu sejak Jumat malam di Skuadron Udara 17 Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta.Omar Dhani lahir di Solo, 23 Oktober 1924. Dalam tulisannya di Kompas, sejarawan Asvi Warman Adam menggambarkan sosoknya sebagai seorang perwira AURI (sekarang TNI AU) yang cemerlang (Sejarah: Omar Dani dan AURI, Kompas, Jumat, 26 Juni 2009). Pada tahun 1952, Omar Dhani bertugas sebagai kopilot pesawat Dakota di Cililitan, Jakarta, setelah menyelesaikan pendidikannya di Academy of Aeronautics, TALOA, California, AS, selama setahun.

Asvi menuliskan, hanya dalam waktu 9,5 tahun, Omar Dhani yang saat itu belum genap berusia 38 tahun telah mencapai posisi puncak di Angkatan Udara, setelah Presiden Soekarno melantiknya menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara pada 19 Januari 1962. Namun, perjalanan sejarah bangsa bergerak ke arah yang tidak menguntungkan bagi Omar Dhani menyusul pertarungan politik yang terjadi pada masa itu. Omar Dhani yang sangat loyal kepada Soekarno dituding terlibat bersama AURI dalam Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia.Pada saat gerakan penculikan para jenderal tanggal 30 September 1965 meletus, Omar Dhani secara spontan menulis perintah harian Men/Pangau setelah mendengar siaran berita RRI pukul 07.00 tentang G30S. Perintah harian itulah, yang menurut tulisan Asvi, belakangan kemudian menjadi persoalan besar di mata kelompok Soeharto. Sejak 25 Desember 1966, Omar Dhani kemudian dipenjara selama 29 tahun dan baru dibebaskan pada tanggal 16 Agustus 1995.

enazah Omar Dhani Disemayamkan di Halim, Artikel Terkait:

Jumat, 24 Juli 2009 | 21:43 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Jenazah mantan Menteri/Panglima Angkatan Udara Omar Dhani akan dimakamkan besok, Sabtu (25/7) sebelum shalat zuhur, di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Sesuai dengan surat wasiatnya, jenazah Omar Dani akan dimakamkan berdampingan dengan almarhumah istrinya, Sri Wuryanti.Malam ini jenazah dibawa ke Skuadron 17 Halim Perdanakusuma untuk disemayamkan di sana dan mendapatkan penghormatan terakhir dari TNI AU. Kemudian keesokan harinya, jenazah akan langsung diberangkatkan ke lokasi pemakaman.

Omar Dhani tutup usia siang tadi sekitar pukul 14.00 WIB, Jumat (24/7) di RS Pusat TNI AU Halim Perdanakusuma Jakarta. Menurut keterangan putra sulung Omar Dhani, Feri Omar Nurisparyan, almarhum meninggal pada usia 85 tahun karena kondisinya yang sudah lanjut usia.

Jenazah Omar Dhani Tiba di Rumah Duka
Omar Dhani
Artikel Terkait:
Jumat, 24 Juli 2009 | 18:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Jenazah Omar Dhani, Jumat (24/7) pukul 17.30 WIB, tiba di rumah duka di Komplek Pejaten Indah D-12, Jalan H Samali, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Omar Dhani tutup usia siang tadi sekitar pukul 14.00 WIB di RS Pusat TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta. Menurut keterangan putra sulung Omar Dhani, Feri Omar Nursaparyan, almarhum meninggal pada usia 85 tahun karena kondisinya yang sudah lanjut usia.

Jenazah Menteri/Panglima Angkatan Udara (1962-1965) itu dibawa ke rumah duka untuk dishalatkan oleh pihak keluarga dan kerabat dekat.

Malam nanti, rencananya jenazah akan kembali dibawa ke Skuadron 17 Halim Perdanakusuma untuk memberi kesempatan kepada pihak TNI AU melakukan penghormatan terakhir.


Oemar Dhani Wafat, Mantan Panglima Angkatan Udara era Presiden Soekarno

Omar Dhani Wafat
Omar Dhani
Jumat, 24 Juli 2009 | 14:44 WIBJAKARTA, KOMPAS.com — Marsekal (Purn) Omar Dhani, mantan Panglima Angkatan Udara di era Presiden Soekarno (1962-1965), Jumat (24/7) siang ini pukul 14.05 WIB, meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara dr Esnawan Antariksa, Halim Perdanakusuma, Jakarta.Berdasarkan keterangan yang diberikan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal (Purn) Chappy Hakim, yang dihubungi siang ini, tokoh yang lahir di Solo, 23 Januari 1924, itu akan disemayamkan di rumah salah satu putranya, di Jalan Samali Ujung, Pejaten, Jakarta Selatan."Beliau meninggal karena komplikasi penyakit paru-paru, itu yang parah. Ia sudah dirawat sejak seminggu terakhir. Belum tahu kapan akan dimakamkan, mungkin besok. Rencananya jenazah akan dimakamkan di TPU Jeruk Purut," kata Chappy.Nama Omar Dhani mencuat dalam kasus pemberontakan G30S/PKI. Ia diadili dalam Sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dan divonis hukuman mati pada bulan Desember 1966. Namun setelah itu, bersama dengan Soebandrio, ia mendapat grasi yang dikeluarkan pada 2 Juni 1995. Akhirnya, suami dari Sri Wuryanti ini dapat menghirup udara bebas pada 15 Agustus 1995.Sebelum menduduki jabatan puncak di TNI Angkatan Udara, Omar Dhani pernah meniti karir sebagai penyiar bahasa Inggris di Kementerian Penerangan dan RRI Jakarta sejak tahun 1946 hingga 1947. Ayah lima anak ini mengawali pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Klaten, Jawa Tengah tahun 1937. Kemudian di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Kristen, Solo tahun 1940. Di tahun 1942, Omar masuk Algemeene Middlebare School (AMS) B di Yogyakarta.Di tahun 1946, ia duduk di bangku Sekolah Menengah Teknologi (SMT). Kemudian TALOA Academy of Aeronautics, Bakersfiels, California tahun 1952 dan RAF Staff College, Andover, Inggris tahun 1957.

Rabu, 22 Juli 2009

Kisah Cinta Manohara Siap Tayang di Layar Lebar

Rabu, 22/07/2009 20:14 WIB
Kisah Cinta Manohara Siap Tayang di Layar Lebar
Adhie Ichsan - detikhot
GambarProduser Saladin dan Tengku Fahri (ist) Jakarta Setelah sinetron, kini kisah cinta Manohara Odelio Pinot siap tayang di layar lebar. Sang Pangeran Kelantan, Tengku Fakhry mengaku siap mendukung penggarapan film tersebut.
'Kisah Prahara Cinta Pangeran' akan mengangkat cerita asmara antara Manohara dan Tengku Fakhry. Namun hubungan cinta mereka kandas karena kehadiran pihak ketiga. Film tersebut digarap oleh sutradara Kardi Syaid.Sang sutradara mengaku tertarik untuk menggarap 'Kisah Prahara Cinta Pangeran' karena adanya ketimpangan pemberitaan pada kasus Manohara. Menurutnya, masyarakat perlu tahu fakta sesungguhnya."Saya lihat ada ketidakseimbangan informasi yang beredar di masyarakat. Selama ini masyarakat hanya mendapat informasi dari Daisy (ibu Manohara-red) dan Manohara," ujar Kardi saat dihubungi detikhot lewat telepon, Rabu (22/7/2009).Lewat filmnya tersebut, Kardi ingin menyampaikan kisah rumah tangga Mano dan Fakhry dari sisi Istana Kelantan yang menggambarkan kalau sebenarnya pernikahan mereka baik-baik saja dan saling mencintai. Hingga akhirnya hadir pihak ketiga yang mengacaukan semuanya. Siapa pihak ketiga itu?"Nanti akan ada konflik dari pihak ketiga yaitu ibunya. Ibunya akan jadi antagonis di film itu," ujar Kardi.Kardi pun mengungkapkan Tengku Fakhry sudah sepakat untuk mendukung penggarapan film tersebut. Tengku pun bersedia istananya dijadikan lokasi syuting."Tengku nggak ngasih dana. Ia hanya memberikan ijin kepada kami untuk syuting di Istana Kelantan," jelasnya.Jika semua berjalan lancar, 'Kisah Prahara Cinta Pangeran' akan mulai digarap September 2009. Dan diharapkan siap tayang di bioskop di Indonesia, Malaysia dan Singapura pada akhir 2009 mendatang.(hkm/hkm)
Rabu, 22/07/2009 20:02 WIB
Pertemuan ke-42 Menlu ASEAN
Para Menlu Serukan Sentralitas ASEAN
Eddi Santosa - detikNews

Phuket - Para menlu menyerukan sentralitas ASEAN dalam pembentukan arsitektur kawasan dengan mempertegas pelaksanaan cetak biru Masyarakat Polkam, Masyarakat Ekonomi, dan Masyarakat Sosbud.

Para menlu menyerukan sentralitas (peran utama, red) ASEAN dalam pembentukan arsitektur kawasan dengan mempertegas pelaksanaan cetak biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN.

Demikian seperti disampaikan Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN Djauhari Oratmangun, saat dikontak detikcom melalui layanan pesan pendek hari ini, Rabu (22/7/2009).

Djauhari mendampingi Menlu RI Hassan Wirajuda dalam Pertemuan ke-42 Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting) yang berlangsung selama lima hari di Phuket, Thailand (19-23/7/2009).

Menurut Djauhari, dalam pertemuan itu para Menlu juga saling bertukar pikiran mengenai upaya bersama dalam menghadapi krisis ekonomi dan keuangan global termasuk memperkuat kerjasama bidang ketahanan pangan dan energi.

Sebagai salah satu bentuk kerjasama tersebut, pertemuan juga membahas perkembangan Initiative for ASEAN Integration (IAI) untuk mempersempit kesenjangan pembangunan di kawasan.

(es/es)
Rabu, 22/07/2009 19:43 WIB
Bom JW Marriott & Ritz-Carlton
Pedagang Merchandise MU Gelar Dagangan di Depan Ritz-Carlton
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

(Foto: dok detikcom)
Jakarta - Peristiwa bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton telah menggagalkan kedatangan tim sepakbola asal Inggris, Manchester United ke Indonesia. Para pedagang pernak-pernik maupun merchandise yang sedianya berdagang di kawasan Senayan, tempat MU berlaga, pun terpaksa menggelar dagangannya di lapangan depan Ritz-Carlton.

"Mulai kemarin kita dagang disini. Sebelumnya di Senayan, tapi kan disana kan cuma penukaran uang," ujar Andre (26), salah satu pedagang merchandise MU di Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan (22/7/2009).

Andre dan beberapa pedagang lainnya menggelar barang dagangan mereka di atas
rumput dengan beralaskan kain. Dia mengatakan peristiwa bom yang terjadi cukup berdampak pada bisnis dagangnya, dari yang tadinya hanya berjualan di Senayan, akhirnya dia pun memutuskan untuk pindah ke Kawasan Mega Kuningan, yang saat ini tengah menjadi pusat perhatian.

"Ya gimana ya, disini kan ada bau-baunya pemain (MU). Dekat dengan kamar tidurnya," tutur dia.

Pantauan detikcom, bermacam aksesoris yang dijual, seperti kaos, syal, pin, gantungan kunci, maupun tutup kepala. Semua bertemakan klub sepakbola MU yang juga dijuluki 'Setan Merah'. Namun, ada juga kaos bertemakan tim nasional Indonesia lengkap dengan lambang Garuda-nya.

"Yang paling laku ya kaos sama syal. Harga kaos berkisar sekitar Rp 20 ribu-Rp 35 ribu, kalau pemainnya ada disini tidak akan semurah itu," jelasnya.

Dikatakan dia, selama berdagang di kawasan Mega Kuningan cukup banyak pembeli. Dan, lanjutnya, tidak banyak saingan seperti di Senayan.

"Lumayan laris, kalau di Senayan banyak saingan, kalau disini kan hanya
kawan-kawan," tandas dia.

(nvc/nwk)
Rabu, 22/07/2009 19:40 WIB
Bom Marriott dan Ritz-Carlton
Ibrahim Jarang Pulang ke Kontrakan sejak 2 Bulan
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Jakarta - Meski dipastikan bukan pelaku bom di Mega Kuningan, keberadaan florist di Ritz-Carlton, Ibrahim, masih misterius. Di rumah kontrakannya di Jalan Ex-AURI, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, suami Suci Hani itu diketahui jarang pulang sejak dua bulan terakhir.

Hal itu diceritakan tetangga kontrakan Ibrahim, Imat Ruhimat kepada detikcom saat menyambangi kontrakan Ibrahim, Rabu (22/7/2009).

"Yang saya tahu Pak Ibrahim termasuk jarang pulang. Kalau tidak di sini mungkin dia ke tempat kakaknya di Condet atau ke rumah keluarganya di Depok," ujar Imat yang bekerja sebagai sopir di Kedutaan Besar Qatar ini.

Imat bahkan mengatakan Ibrahim sudah tidak terlihat sejak 2 bulan terakhir. Jika pulang ke kontrakan pun Ibrahim tidak berlam-lama dan hanya 1-2 jam saja. Ibrahim, diakui Imat, jarang menginap di kontrakan.

Ibrahim tinggal di rumah kontrakan seluas 3 x 7 meter. Rumah itu bercat biru. Rumah itu terdiri dari 3 ruangan yakni ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi

Awalnya Ibrahim tinggal di kontrakan itu bersama 6 orang lainnya. Namun sejak beberapa bulan terakhir, hanya 4 orang yang masih tinggal di kontrakan itu. Menurut Imat, keempat orang yang tinggal di kontrakan itu adalah pekerja di Hotel Ritz-Carlton. Selain Ibrahim, ada Andi (florist di Ritz), Hery (pegawai di Restoran Ritz), dan Ali (pegawai Ritz).

Bagi Imat, Ibrahim terkesan sebagai orang yang ramah dan enak diajak ngobrol. Tidak ada karakter yang mencurigakan pada diri Ibrahim. Hanya saja Imat memang sering beraktivitas di masjid yang tak jauh dari kontrakan.

Imat pun mengaku syok ketika nama Ibrahim dikait-kaitkan dengan ledakan bom di Mega Kuningan. "Begitu saya tahu berita hari ini tentang dia saya rasanya kaget aja," pungkas Imat.

Setahu Imat, hingga saat ini kontrakan Ibrahim belum didatangi polisi untuk proses penyelidikan. Keberadaan Ibrahim hingga saat ini masih belum diketahui. Dia menghilang, tidak diketahui dia masih hidup atau menjadi korban tewas bom.
(Rez/asy)
Rabu, 22/07/2009 19:28 WIB
Warga Batu Ditangkap Densus 88
Hendrawan Dikenal Punya Uang Banyak
Muhammad Aminuddin - detikNews

Foto: Aminuddin/detikcom
Kota Batu - Sosok Hendrawan (51), tercatat sebagai warga Dusun Santrean RT 04/RW01, Desa Sumberejo, Kecamatan/Kota Batu, dikenal mempunyai uang yang banyak. Setiap kali membeli bunga dari berbagai jenis tanaman, Hendrawan selalu membayar dengan uang lebih.

"Uangnya banyak dan masih baru-baru dan nomor seri uang selalu berurutan. Saya Sendiri heran dapat dari mana uang itu. Yang saya tahu ini sejak kenal dengan Pak Hendrawan," ujar Kurniawan (29), pemilik rumah yang dikontrak Hendrawan pertama kali di Kota Batu Juni 2008 lalu.

Menurut Kurniawan stand seharga Rp 7 juta di wilayah Villa Songgoriti juga dibeli Hendrawan secara tunai. Untuk usaha menjual bunga. "Saya berpikir dia serius berjualan bunga. Melihat dari modal yang dikeluarkan," imbuh Kurniawan.

Meski dikenal memiliki uang banyak, Hendrawan diketahui seharinya hidup sederhana. Untuk monda-mandir dari rumah kontrakan ke stand bunga di kawasan Villa Songgoriti berjarak sekitar 3 kilometer Hendrawan menaiki sepeda motor merk Honda Super Cup 800.

"Jika awal bulan katanya itu uang gajian. Secara rutin empat sampai lima warga yang tak mampu diberi uang 50 ribu oleh Bu Najwa," ungkap Kurniawan.

Menurut keluarga Kurniawan banyak waktu dihabiskan di stand toko bunganya oleh Hendrawan dan istrinya Najwa (41). Bahkan, memasak sampai mencuci baju juga dilakukan di stand toko bunganya tersebut.

"Di rumah ini mereka hanya tidur sepertinya. Tak pernah melakukan apa-apa dan jarang sekali mencuci atau memasak. Sering saya tanya kenapa bawa tas plastik besar yang terlihat membawa sesuatu. Kata istri Pak Hendrawan itu semua cucian," jelas Anik (49), ibu kandung Kurniawan.

Pada kesempatan itu Anik juga menjelaskan kepindahan Hendrawan dari rumahnya Juni 2008 lalu. Sekitar seminggu sebelumnya, banyak para tetangga yang mencurigai kedua orang ini terkait dengan pelaku pengeboman di Bali yaitu Amrozi.

Bahkan, sempat muncul SMS atau pesan singkat yang diterima sejumlah warga. Yang berisi awas di kawasan RT 04/RW 01 ada teroris yang bisa mengancam keselamatan. "Maka itu banyak warga termasuk kami, khawatir akan kebenaran itu," tutur Anik.

Kecurigaan, lanjut Anik, warga terhadap pasangan suami istri ini, ternyata juga dirasakan Najwa istri Hendrawan. Ibu dua anak itu pernah menyampaikan kepada Anik mengapa warga mencurigai dirinya sebagai keluarga teroris.

"Istrinya curiga dan mengatakan kepada saya mengapa warga kok mencurigai kami. Padahal kami bukan teroris," urai Anik menirukan ucapan Najwa.

Sejak itu mereka kemudian memutuskan untuk pindah dari kawasan Dusun Santrean RT04/RW01, Desa Sumberrejo, Kecamatan/Kota Batu. Dan memilih tinggal di rumah Kamsun (58), warga Jalan Mawar Putih No 111 RT 4 RW 12, Desa Sidomulyo, Kecamatan/Kota Batu hingga dikabarkan tertangkap oleh Densus 88 di Solo sebulan lalu.

(ken/gah)

Rabu, 22/07/2009 19:27 WIB
Pertemuan ke-42 Menlu ASEAN
Terkait Terorisme, ASEAN Nyatakan Solidaritas
Eddi Santosa - detikNews

Phuket - Dalam isu pemberantasan terorisme khususnya peledakan bom di Jakarta pada 17/7/2009 lalu, para Menlu ASEAN menyatakan solidaritasnya dan mengutuk keras aksi itu.

Demikian seperti disampaikan Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN Djauhari Oratmangun, saat dikontak detikcom melalui layanan pesan pendek hari ini, Rabu (22/7/2009).

Djauhari mendampingi Menlu RI Hassan Wirajuda dalam Pertemuan ke-42 Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting) yang berlangsung selama lima hari di Phuket, Thailand (19-23/7/2009).

Menurut Djauhari, para Menlu ASEAN yakin bahwa Indonesia mampu mengatasi aksi terorisme tersebut. Atas kesepakatan bersama, Menlu Thailand selaku Ketua ASEAN, juga telah mengeluarkan pernyataan khusus tentang hal ini pada 18/7/2009.

"Terkait hal itu pula para Menlu ASEAN menegaskan kembali dukungan terhadap berbagai upaya dialog antaragama dan keyakinan sebagai salah satu upaya memberantas terorisme," demikian Djauhari.

Di sela-sela pertemuan, Menlu RI berkesempatan melakukan pembicaraan bilateral dengan Perwakilan Tinggi untuk Kebijakan Umum dan Keamanan Uni Eropa Javier Solana, Menlu AS Hillary Rodham Clinton serta Menlu Sri Lanka, Jepang, India, Australia, Republik Korea, dan Selandia Baru.

(es/es)
Rabu, 22/07/2009 19:25 WIB
Ditangkap Densus 88
Hendrawan Sering Gunakan Bahasa Inggris, Kalau Malam Tak Nyalakan Lampu
Muhammad Amindudin - detikNews

Kontrakan Hendrawan (Foto: Aminuddin/detikcom)
Malang - Tingkah laku Hendrawan, pria yang ditangkap Densus 88, diluar kebiasaan warga setempat. Sehari-hari dia menggunakan bahasa Inggris. Lampu rumahnya tidak dinyalakan bila malam dan kaca jendela rumah ditutup dengan kertas.

Demikian kesaksian Ketua RT 04/ RW 01, Dusun Santrean, Desa Sumberejo, Kecamatan/Kota Batu, Malang, Jawa Timur, Sunardi dan istrinya, Anik, kepada detikcom, Rabu (22/7/2009). Hendrawan pernah mengontrak rumah Sunardi selama 6 bulan.

"Saya sempat coba intip di sela- sela kertas yang menutup jendela. Tidak ada yang mencurigakan. Tapi mengapa semua ditutup pakai kertas dan tidak pernah menyalakan lampu itu masih menjadi pertanyaan," ungkap bapak empat anak ini.

Sunardi mengaku dirinya takut untuk menanyakan perilaku aneh Hendrawan. Sampai empat bulan kemudian mereka memutuskan pindah di rumah Kamsun (58), warga Jalan Mawarputih No 111 RT 04/RW12, Dusun Sukorembug, Desa Sidomulyo, Kecamatan/Kota Batu yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer.

Sementara itu Kurniawan (29) putra Sunardi mengaku di dalam rumah Hendrawan tidak ditemukan keanehan. "Tidak ada kursi, hanya menggelar karpet, dan memang semua kaca ditutup kertas. Saya mulai kenal tidak ada yang aneh. Karena orangnya baik dan sesama penjual bunga," kata Kurniawan yang mendampingi ayahnya.

Sementara Anik, sitri Sunardi menjelaskan, Hendrawan bersama istrinya sering menggunakan bahasa Inggris dalam keseharian. Kedua anak mereka yaitu Khalid (19) dan Abdullah Zubair (20) hanya dua kali berkunjung ke rumah kontrakan orang tuanya itu. Karena selama ini kedua anaknya itu
tinggal di Solo.

"Kalau bertengkar sering pakai bahasa Inggris. Jadi kami tidak banyak mengerti," jelas Anik.

(gik/iy)

abu, 22/07/2009 16:15 WIB
Teror Bom
Kapolda Jateng Minta Masyarakat Waspadai Orang Tak Dikenal
Triono Wahyu Sudibyo - detikNews

dok detikcom
Jakarta - Selama ini, Jateng kerap disisir terkait aksi teror. Untuk mencegah aksi teror, polisi meminta masyarakat mewaspadai orang tak dikenal yang tinggal di lingkungan sekitarnya.

"Masyarakat harus lebih aktif melaporkan keberadaan dan kegiatan orang tak dikenal," kata Kapolda Jateng, Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo di Mapolda, Jl. Pahlawan Semarang, Rabu (22/7/2009).

Alex menjelaskan, sejauh ini, kepolisian telah meningkatkan keamanan dengan patroli, penjagaan obyek vital, mal, dan lokasi publik lainnya. Hasil kegiatan ini akan lebih optimal jika masyarakat menginformasikan keanehan-keanehan di lingkungan sekitarnya.

"Tolong informasikan ke polisi terdekat agar hal-hal buruk dapat dicegah," ungkapnya.

Alex menambahkan masyarakat juga diimbau agar tidak mudah terbujuk rayu oleh orang tak dikenal. Bisa jadi, rayuan itu mengarah kepada aksi terorisme.

Terkait soal persembunyian anggota teroris yang sebagian berada di Jateng, Alex menegaskan anggota teroris bisa di mana saja. Mereka bergerak dan bersembunyi di tempat-tempat yang diperkirakan aman.

"Kalau ingin tahu soal pilihan tempat persembunyian, tanya terorisnya," kata Alex diiringi derai tawa sejumlah wartawan.

(try/djo)
Rabu, 22/07/2009 16:30 WIB
Habib Abdurrahman: Kalau Bukan Nur Said Tugas Polisi Cari Yang Lain
Indra Subagja - detikNews

Jakarta - Nama Nur Said muncul sebagai pelaku bom Hotel JW Marriott dari pernyataan Habib Abdurrahman Assegaf. Namun tes DNA menyatakan Nur Said bukanlah pelaku bom yang potongan kepalanya ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).

Bagaimana tanggapan Habib Abdurrahman Assegaf atas fakta tersebut? Habib mengaku menyebut nama Nur Said karena Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri (BHD) memberi inisial N. Dalam data teroris yang dimiliki Habib, N adalah Nur Said.

"Waktu itu saya hanya menyerahkan data, kemudian polisi yang buktikan, nama Nur Said muncul karena polisi menyebut N, dalam data Pamulang yang saya punya inisial N itu Nur Said ya saya serahkan ke polisi," jelas Abdurrahman yang juga Ketua Umum Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) saat, dihubungi detikcom melalui telepon, Rabu (22/7/2009).

Habib menyerahkan kepada polisi untuk mengusut pelakunya. "Tes DNA akurat, sekarang kalau bukan Nur Said itu tugas polisi cari yang lain. Polisi memulai dengan inisial N, di data saya N itu Nur Said, jadi tangkap dong," terangnya.

Dia mengaku mendapat data yang disebutnya data Pamulang dan berisi nama-nama anggota jaringan Noordin M Top. Data itu didapatkan dari Biro Investigasi Gerakan Umat Islam Indonesia.

"Dokumen ini berisi data sejak 2007-2009 ada 10 nama di dalamnya ada nama-nama antara lain Tedi, Jaja, dan Arif ajudan Noordin. Mereka semua masih ada di sekitar Jawa," tutupnya.

(ndr/iy)

Rabu, 22/07/2009 16:35 WIB
Istri Noordin M Top Ditangkap
Pengacara Masih Kebingungan Keberadaan Arina
Ken Yunita - detikNews

Jakarta - Di mana Arina, yang diduga menjadi istri Noordin M Top setelah ditangkap polisi? Pengacara Arina mengaku tidak tahu di mana kliennya sekarang berada.

Anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Ahmad Michdan, yang menjadi pengacara Arina telah menanyakan keberadaan sang klien kepada Densus 88 Jawa Tengah. Namun polisi Jawa Tengah menegaskan tidak tahu.

"Jadi mungkin dibawa tim dari pusat (Mabes Polri) tapi ya kami belum dapat konfirmasinya," kata Michdan kepada detikcom, Rabu (22/7/2009).

Informasi yang diterima TPM, Arina diambil polisi bersama anak dan ibunya. "Tapi siapa yang mengambil kita juga belum mendapat konfirmasi," kata Michdan.

Ayah Arina, Baharudin Latif (sebelumnya ditulis Baridin) telah menghilang beberapa hari sebelumnya. Baharudin disebut-sebut sebagai orang yang selama ini melindungi Noordin M Top.

Arina sendiri menegaskan tidak mengetahui suaminya adalah Noordin M Top, gembong teroris yang paling dicari. Yang Arina tahu, sang suami bernama Abdul Halim.

(ken/iy)
Rabu, 22/07/2009 16:58 WIB
Penembakan PT Freeport
Polisi Tetapkan 8 Orang Tersangka
Muhammad Taufiqqurahman, Didit Tri Kertapati - detikNews
Jakarta - Polisi sudah menetapkan 8 tersangka dari 15 orang yang ditangkap pada Senin 20 Juli 2009 lalu, terkait insiden penembakan di kawasan PT Freeport McMoran Indonesia. Pagi ini ada peristiwa penembakan lagi yang pelakunya masih dalam penyelidikan.

"Polisi sudah menetapkan 8 tersangka dari 15 pelaku yang ditangkap," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna dalam jumpa pers di Cafe Ginger Republic, Bellagio, Mega Kuningan, Jakarta Pusat, Rabu (22/7/2009).

Sedangkan Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak mengatakan insiden penembakan terjadi lagi di Mile 51 pada pukul 11.15 WIT. 12 Bus karyawan yang sedang berkonvoi dengan kawalan polisi ditembaki dan mengenai mobil mekanik PT Freeport.

"Korban yang tertembak satu orang anggota Polres Mimika dan 1 karyawan Freeport. Keduanya kini sedang dirawat di Klinik Kuala Kencana. Pelaku penembakan belum dapat kita ketahui. Dan kita belum tahu lukanya di bagian mana saja," ujar Sulistyo di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan.

Selain penembakan juga ada kejadian satu lagi di Mile 45. Terjadi kecelakaan mobil pengawal dari Tembagapura menuju ke Freeport. Mobil itu terbalik dan mengakibatkan satu anggota Brimob meninggal dunia dan 4 orang luka-luka.

"Yang luka-luka 2 anggota TNI, 1 karyawan biasa dan 1 Brimob. Yang meninggal dari Brimob Bripda Ismail Todohu. Mereka yang luka dirawat di Klinik Kuala Kencana," jelas Sulistyo.

Sebelumnya Polisi menahan 15 orang pada Senin 20 Juli kemarin. Mereka adalah:

1. Dominggus Beanal.
2. Tommy Beanal
3. Yani Sarin Beanal
4. Eltinus Beanal
5. Yonas Wamang
6. Victor Beanal
7. Simon Beanal
8. Petrus Kanisius Taturdas
9. Samuel Totti
10. Amom Yawame
11. Yoseph Sikora
12. Matius Agustinus
13. Bernardus Napite
14. Yustinus Boaka
15. Andel Kiwak.

(nwk/iy)
Rabu, 22/07/2009 17:01 WIB
Bom JW Marriott & Ritz-Carlton
Ibrahim Sempat Pulang ke Cililitan Kecil untuk Ambil Dokumen
Didi Syafirdi - detikNews

Jakarta - Ibrahim dan keluarganya mulai tidak menempati rumah di Cililitan Kecil, Jakarta Timur, lagi sejak banjir melanda daerah itu pada 2007. Namun, dia sempat kembali ke rumah itu untuk mengambil dokumen-dokumen.

"Setelah banjir reda, mereka sekeluarga kembali lagi. Hanya mengambil beberapa dokumen dan buku-buku saja, tanpa membersihkan kondisi rumah yang penuh dengan lumpur," kata bekas tetangga Ibrahim, Arif (39), Rabu (22/7/2009).

"Setelah itu entah ke mana mereka menghilang sekeluarga, tidak pamit. Seluruh isi rumah seperti kursi kasur, kompor gas, dan kursi itu ditinggalkan begitu saja," kata pria berambut cepak ini.

Setahun kemudian, kenang Arif, kakak Ibrahim, Supri, datang ke rumah tersebut dan mengangkut barang-barang yang tertinggal. Pada waktu itu, dia sempat bertanya kepada Supri mengapa rumah dibiarkan begitu saja tanpa penghuni.

"Karena musibah banjir setahun sekali, kita capek membersihkannya," kata Supri seperti ditirukan Arif. Cililitan Kecil merupakan daerah di pinggir Kali Ciliwung dan rawan tergenang banjir.

Tak hanya mengambil barang, imbuhnya, Supri juga sempat menawarkan rumah itu seharga Rp 150 juta. Pernah ada yang menawar, namun harganya tidak cocok. Sehingga rumah berlantai dua itu kini kosong dan tidak terawat.

"Sampai saat ini tidak pernah terlihat lagi orangnya," pungkas Arif.

Ibrahim sebelumnya diduga sebagai pelaku pengeboman di Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton pada Jumat 17 Juli pekan lalu. Namun, setelah melakukan tes DNA, polisi memastikan laki-laki yang bekerja sebagai florist di hotel Ritz-Carlton itu tidak terlibat pengeboman yang menewaskan 9 orang itu.

Kendati demikian, keberadaan Ibrahim hingga kini masih misterius. Saksi mata mengatakan, Ibrahim lari menyelamatkan diri saat terjadi ledakan di pagi hari itu. (irw/ken)
Rabu, 22/07/2009 17:07 WIB
Terkait Ibrahim, Polisi Periksa Karyawan Florist Ritz-Carlton
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Pasca ledakan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, sejumlah orang dilaporkan hilang, termasuk Ibrahim, karyawan florist di Ritz-Carlton. Beberapa karyawan florist pun diperiksa sebagai saksi untuk mengetahui jejak Ibrahim.

"Saya diperiksa Senin (20/7) malam," kata karyawan florist di Ritz Carlton yang enggan di sebut namanya kepada wartawan di Kuningan, Rabu (22/7/2009).

Banyak pertanyaan yang dikeluarkan pihak kepolisian kepada saksi menyangkut peristiwa meledaknya bom di hotel tersebut. Tak hanya itu, mereka pun ditanya menyangkut Ibrahim.

"Ya soal kejadian, dimana waktu itu, sedang apa dan sebagainya. Soal dia (Ibrahim) juga," katanya.

Bahkan hingga kini, KTP para saksi pun masih ditahan polisi. "KTP saya masih di sana (Mabes Polri)," ungkapnya.

Meski demikian, sumber mengaku tidak berkeberatan. "Kita mau bantu pihak kepolisian. Saya juga tidak ingin teroris tinggal di negara kita," ungkapnya.

(mei/ndr)
Rabu, 22/07/2009 17:16 WIB
Florist Ritz-Carlton Ibrahim Dikenal Temannya Pendiam & Taat Beribadah
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Sosok Ibrahim, yang kini keberadaannya misterius adalah orang yang pendiam di mata teman-temannya. Dia juga dikenail rajin beribadah, dan salat lima waktu pun tak pernah dia tinggalkan.

"Dia orangnya pendiam. Sholat nggak pernah telat," kata karyawan Ritz-Carlton yang enggan disebut namanya kepada wartawan, Rabu (22/7/2009).

Tak banyak kata-kata yang Ibrahim ucapkan saat berbincang dengan teman-temannya. Ibrahim lebih banyak bicara soal agama ketika berkumpul dengan temannya.

"Sering ngajak soal agama saja paling," katanya.

Ibrahim dan temannya yang lain sering berkumpul di kantin saat jam makan. Di kala itulah, dia sering bercerita soal agama kepada teman-temannya.

Karin Ibrahim itu juga menerangkan, Ibrahim terdaftar sebagai karyawan Cinthya Florist sejak 2004. "Tidak lama setelah Grand Opening Ritz Carlton, dia melamar ke situ," urainya.

Sebelum melamar ke bagian Florist di Ritz Carlton, Ibrahim juga pernah bekerja di bagian yang sama di Hotel Mulia. Hasil tes DNA polisi tidak menemukan kecocokan DNA keluarga dengan salah satu korban bom.

(mei/ndr)
Rabu, 22/07/2009 17:21 WIB
Istri Noordin M Top Ditangkap
Suami Arina Kerap Pergi Lama
Ken Yunita - detikNews

Jakarta - Selama menikah, Arina tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan dari suaminya yang diduga adalah Noordin M Top. Namun ibu dua anak itu mengakui suaminya, yang dikenalnya bernama Abdul Halim memang kerap pergi lama.

Menurut cerita Arina kepada Tim Pengacara Muslim (TPM), suaminya sering pergi untuk mengajar. Waktu pergi suaminya pun tidak tentu.

"Suaminya katanya memang sering pergi sampai ke Sulawesi kadang sampai berbulan-bulan," kata anggota TPM Ahmad Michdan kepada detikcom, Rabu (22/7/2009).

Menurut Michdan, Arina sempat meminta kepada suaminya agar diajak pergi ke daerah untuk mengajar. Namun permintaan itu ditolak dengan alasan tempat mengajar berpindah-pindah.

"Jadi katanya kalau mengajar pindah-pindah, jadi nggak diizinkan ikut," kata Michdan.

Selain itu, Arina juga tidak pernah menemukan suaminya membawa barang-barang yang mencurigakan seperti bom atau senjata api. Karena itu, Arina mengaku syok ketika suaminya disebut sebagai gembong teroris paling dicari, Noordin M Top.

"Dia nggak tahu Noordin M Top, makanya dia kaget pas dibilang kalau suaminya Noordin M Top," kata Michdan.

Berita mengejutkan itu diterima Arina sekitar 3 minggu yang lalu. Saat itu, rumahnya di Cilacap didatangi polisi. Beberapa barangnya juga diambil.

Setelah peristiwa itu, Arina pergi ke Jakarta untuk menemui TPM. "Dia baru ketemu saya dua minggu yang lalu. Dia ketakutan dan minta perlindungan," kata Michdan.

(ken/iy)

Rabu, 22/07/2009 17:31 WIB
Misteri Tulisan Arab, Kaos Ritz, dan Gambar Gedung Tinggi di Rumah Ibrahim
Didi Syafirdi - detikNews

Jakarta - Rumah kusam berlantai dua yang sarat sarang laba-laba itu mendadak ramai, Rabu (22/7/2009). Rumah di Jalan Cililitan Kecil, Jakarta Timur itu pernah ditinggali Ibrahim, seorang florits di Hotel The Ritz-Carlton. Keberadaan Ibrahim hingga kini masih misterius, sama misteriusnya dengan tulisan Arab, kaos Ritz, dan gambar gedung bertingkat di bekas rumahnya itu.

Puluhan wartawan dan juga warga memasuki rumah yang atapnya sudah jebol di sana-sini. Rumah bercat putih itu sudah tak terawat, dipenuhi sampah dan barang yang terletak tak beraturan. Menurut warga setempat, rumah ini memang sudah tidak ditempati oleh pemiliknya sejak 2007, meski sebenarnya masih ada barang yang layak dipakai, seperti kursi tamu ukir berwarna merah.

Ibrahim dan keluarganya tinggal di rumah ini sejak lama, sekitar 20 tahun lalu. Setelah ayahnya meninggal dunia pada 2006, Ibrahim dan istri dan juga kakaknya tetap tinggal di situ. Sampai pada akhirnya, banjir 2007 menggenangi kawasan itu, termasuk rumah keluarga Ibrahim yang terletak di gang sempit itu. Sejak itu, Ibrahim dan keluarga pun pindah.

Warga setempat tidak tahu ke mana Ibrahim dan keluarga pindah, karena mereka tidak pernah cerita kepada warga. Yang jelas, tak satu pun anggota keluarganya tinggal di situ lagi. Pernah suatu waktu, ada kakak Ibrahim datang dan berniat menjual rumah dan tanah itu. Namun, hingga kini, rumah itu belum terjual. Sejumlah barang yang ada di rumah itu, diangkut sedikit demi sedikit dan barang-barang lainnya dibiarkan terbengkalai begitu saja.

Begitu Ibrahim disebut-sebit hilang akibat bom di Marriott dan Ritz-Carlton 17 Juli 2009 lalu, warga pun ingat kembali tentang Ibrahim. Apalagi di sejumlah media massa disebut-sebut bahwa Ibrahim yang hilang misterius itu adalah florist di Ritz-Carlton. Warga semakin yakin bahwa Ibrahim yang dimaksud adalah Ibrahim yang pernah lama tinggal di Cililitan Kecil itu.

Kabar cepat berhembus, sehingga puluhan wartawan datang. Rumah pun jadi perhatian. Wartawan dan sejumlah warga yang selama ini tidak pernah masuk ke dalam rumah, kini mencoba melihat-lihat isi rumah yang sudah porak-poranda itu. Dan hasilnya, ada beberapa yang menarik dan sekaligus menjadi misteri.

Di sebuah ruang lantai dua, diperkirakan sebagai ruang tengah atau musala, terdapat tulisan Arab di dua dinding. Di satu dinding, tulisan itu menggunakan seni kaligrafi, ditulis dengan menggunakan cat hijau. Tulisan itu bertuliskan: "Nawwiruu buyutakum bissalati wa qiraatil quran". Diduga kalimat itu berarti 'Sinarilah rumahmu dengan mendirikan salat dan membaca AlQuran'.

Di dinding seberangnya, ada juga tulisan kaligrafi Arab berwarna hitam. Namun, tulisan ini bukan tulisan cat langsung, tapi ditulis di atas triplek dan ditempel di dinding. Tulisan Arab itu berbunyi, "Allahu ghoyatuna, Al Quranu dusturuna, Arrasulu qudwatuna, Al Jihadu Sabiluna, dan Al Mautu fi Sabilillahi asma amaniina." Arti dari kalimat ini "Allah tujuan kami, Al Quran petunjuk kami, Rasul teladan kami, jihad adalah jalan kami, dan mati di jalan Allah cita-cita kami".

Dua kalimat bahasa Arab itu sebenarnya hal biasa bagi orang-orang yang pernah menjadi siswa pesantren. Namun, terkadang kalimat itu menjadi sensitif dan diartikan salah bagi banyak orang, karena ada istilah 'jihad'. Di berbagai pesantren, terutama kalimat bahasa Arab yang diawali 'Allahu ghoyatuna' sangat umum terdengar untuk memacu santri dalam beribadah dan belajar. Meski semboyan itu juga sering muncul di buku-buku para pejuang dan pergerakan Islam, termasuk perjuangan Ikhwanul Muslimin di negeri Mesir.

Tapi, apakah tulisan Arab itu memang sejak dulu tertulis dan tertempel di dinding itu? Apakah ada orang yang memasang tulisan itu baru-baru ini untuk memojokkan Ibrahim? Ini yang belum dipastikan. Namun, dilihat dari dinding ruangan itu, tulisan itu sudah dipasang lama. Dan bila dipasang dari dulu, karena Ibrahim dan keluarganya dikenal sebagai warga yang taat beribadah, hal itu ada adalah sesuatu yang wajar.

Selain tulisan bahasa Arab itu, yang cukup mengejutkan ada kaos warna putih bertuliskan 'Ritz-Carlton' yang digantung di bawah kalimat bahasa Arab itu. Sedang di bawah kaos itu, terdapat gambar gedung bertingkat yang dilengkapi dengan coret-coret tak jelas menggunakan pensil di dekat gedung bertingkat itu.

Apakah ada maksud tertentu dari gambar itu? Apa kaitannya dengan ledakan bom di Marriott dan Ritz-Carlton? Yang jelas, hasil tes DNA, Ibrahim bukan pelaku bom. Jenazah-jenazah korban tewas yang ada di RS Polri juga tidak ada yang beridentitas Ibrahim. Ke mana Ibrahim? Masih misterius. (asy/iy)
Rabu, 22/07/2009 17:41 WIB
Bom Marriott & Ritz-Carlton
Hasil Tes DNA Negatif, Keluarga Nur Said Juga Gembira
Parwito - detikNews

dok detikcom
Jakarta - Kegembiraan juga dirasakan keluarga Nur Said terkait pernyataan Mabes Polri bahwa Nur Said bukan pelaku peledakan di Hotel JW Marriott Jakarta. Mereka mengaku merasa sangat bersyukur.

"Keluarga merasa bersykur. Alhamdulillah," kata Udi Mas'ud, adik dari Nur Said, saat dihubungi melalui telepon, Rabu (22/7/2009).

Mas'ud menambahkan, sejak dari awal keluarga tidak yakin orang yang berada dalam rekaman CCTV Hotel JW Marriott adalah Nur Said. Sebab ciri-ciri orang yang diduga sebagai pelaku peledakan itu sangat berbeda dengan Nur Said.

"Dilihat dari postur tubuhnya, cara berjalanya, dan ciri-ciri wajahnya, kami yakin bahwa itu bukan Nur Said," tegas Mas'ud.

Meski senang dengan tersebut, keluarga Nur Said masih enggan menemui wartawan secara langsung. Mereka juga menolak diambil gambarnya dengan kamera.

Pantauan detikcom, suasana rumah orang tua Nur Said di Dusun Katekan, Desa Katekan, Kecamatan
Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, itu terlihat sepi. Tidak terdengar ada kegiatan apa pun di dalam rumah tersebut.

Kepala Dusun Katekan, Kukuh Riyanto, mengatakan kedua orang tua Nur Said dan Udi Mas'ud sudah pulang dari Mabes Polri untuk tes DNA. Namun, sambung Kukuh, ketiganya tidak kembali ke rumah mereka di Dusun Ketekan.

"Yang pasti saya tidak tahu dimana keberadaan Pak Haji Nasir, Bu Tumini dan Udi Mas'ud. Yang saya tahu kemarin sudah pulang," tegas Kukuh.


(djo/djo)
Rabu, 22/07/2009 17:44 WIB
Disebut Istri Noordin M Top, Arina Syok
Ken Yunita - detikNews

Jakarta - Arina syok bukan kepalang saat polisi mendatangi rumahnya di Cilacap. Tak cuma itu, polisi juga menyebutnya sebagai istri teroris paling dicari, Noordin M Top.

"Dia kaget, syok waktu pulang ke rumah ternyata rumahnya sudah didatangi polisi dan barang-barangnya diambil," kata anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Ahmad Kholik saat berbincang dengan detikcom, Rabu (22/7/2009).

Kepada TPM, Arina mengaku sangat takut dan tidak tahu harus berbuat apa. Namun dengan bantuan beberapa kerabatnya, Arina akhirnya menemui TPM di Jakarta.

"Jadi sekitar 2 minggu lalu dia ke TPM minta perlindungan tapi kita belum mendapat cerita detailnya," kata Kholik.

Sementara itu anggota TPM lainnya, Ahmad Michdan mengatakan, Arina dengan tegas mengatakan tidak mengetahui tentang Noordin M Top. Selama ini, suami dikenalnya dengan nama Abdul Halim.

"Proses nikahnya itu dulu dia lagi sekolah di Yogyakarta dipanggil pulang terus dinikahkan begitu saja. Jadi dia sama sekali nggak kenal dengan suaminya itu," kata Michdan.

Arina bersama dua anaknya dan ibunya, Rahayu Dwi Astuti dikabarkan telah ditangkap polisi pada pukul 10.30 WIB. Namun hingga kini, pengacara TPM belum mengetahui pasti di mana keberadaan Arina.
(ken/iy)

Rabu, 22/07/2009 17:47 WIB
Bom JW Marriott & Ritz-Carlton
Widodo AS Minta Stop Pernyataan Kontraproduktif
M. Rizal Maslan - detikNews

Jakarta - Menko Polhukam Widodo AS mengimbau segenap komponen bangsa untuk bersatu mendukung pemerintah mengungkap aksi bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, bukan mengeluarkan pernyataan yang kontraproduktif.

"Masih ada komentar berbagai pihak yang tidak menjadi bagian dari solusi bersama untuk membantu aparat," kata Menko Polhukam Widodo AS usai bertemu Menhan Juwono Sudarsono di kantor Dephan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (22/7/2009).

Ketika ditanya siapa yang mengeluarkan pernyataan kontraproduktif itu, Widodo enggan membocorkannya. "Saya kira teman-teman tahulah. Ada pernyataan yang justru tidak memberikan kontribusi," ujarnya.

Widodo menegaskan apa yang disampaikan Presiden SBY pada Jumat 17 Juli 2009 lalu adalah fakta. Pemerintah dan aparat punya kewajiban mengingatkan masyarakat atas bahaya terorisme yang eksis dan nyata.

"Kami mengingatkan masyarakat bukan untuk menakuti tetapi membangun kewaspadaan bersama agar tidak lalai dan lengah. Karena kekurangwaspadaan akan membuat teroris dengan leluasa melakukan aksinya," kata Widodo.

Dikatakan dia, Polri dibantu aparat terkait telah dan terus melakukan langkah investigasi berdasarkan olah TKP.

(aan/ndr)
Rabu, 22/07/2009 17:53 WIB
Florist Ritz-Carlton Ibrahim Berhutang untuk Biayai Persalinan Istrinya
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Sosok Ibrahim, karyawan florist di Ritz Carlton masih misterius pasca ledakan bom di Ritz Carlton dan JW Marriott. Teman kerjanya mengungkapkan Ibrahim pernah berhutang ke kantornya.

"Katanya buat biaya lahiran anaknya yang keempat," kata karyawan florist di Ritz Carlton yang enggan disebut namanya kepada wartawan di Kuningan, Rabu (22/7/2009).

Karib Ibrahim itu menerangkan, dia mengetahui hutang Ibrahim dari catatan hutang di kantornya. "Saya nggak tahu berapa, saya pernah lihat tandatangan Ibrahim tertera di situ (catatan hutang pegawai)," katanya.

Menurutnya, hal itu wajar di kalangan pegawai. Namun menurut sumber, Ibrahim tidak pernah bercerita soal hutang-hutangnya kepada teman-temannya.

"Saya juga nggak mau tahu urusan orang itu," urainya.

Beberapa saat setelah peristiwa pemboman, karyawan Ritz Carlton menemukan surat wasiat Ibrahim. Isi surat tersebut agar pihak keluarga Ibrahim melunasi hutang hutangnya.

Sementara itu, keberadaan Ibrahim hingga kini masih misterius. Awalnya, Ibrahim diduga sebagai pelaku bom bunuh diri.

Namun hal itu terbantahkan dengan munculnya hasil tes DNA yang menyatakan identitas 2 mayat yang belum teridentifikasi di Ritz Carlton, bukanlah Ibrahim.

(mei/ndr)

Rabu, 22/07/2009 18:02 WIB
Manajemen Ritz-Calton: Ibrahim Bukan Karyawan Kami
Arifin Asydhad - detikNews

Jakarta - Ibrahim, pria yang masih dinyatakan hilang setelah bom meledak 17 Juli 2009 lalu, masih terus dicari. Ibrahim memang bekerja sebagai florist (perangkai bunga). Namun, Ibrahim bukanlah karyawan Ritz-Carlton.

"Ibrahim bukan karyawan Ritz-Carlton. Ibrahim merupakan karyawan dari perusahaan perangkai bunga yang disewa Ritz-Carlton," kata Direktur Humas Ritz-Carlton Els Ramadinta kepada detikcom, Rabu (22/7/2009). Els meluruskan informasi karena selama ini Ibrahim sering disebut-sebut sebagai karyawan Ritz-Carlton.

Menurut Els, perusahaan perangkai bunga yang menjadi tempat bekerja Ibrahim, memang sudah disewa oleh Ritz-Carlton sejak lama. "Perusahan perangkai bunga itu sudah kami sewa sejak Ritz diresmikan tahun 2005," jelas dia.

Els juga membantah bahwa Ibrahim memiliki kios perangkai bunga di hotel Ritz-Carlton. "Yang benar, memang ada tempat yang disediakan untuk merangkai bunga. Tapi, bukan kios," ujar dia.

Mengenai kerusakan akibat bom dahsyat pada 17 Juli 2009 lalu, Els menegaskan kerusakan yang dialami Ritz-Carlton hanya di ruang restoran Erlangga. "Lobi dan kamar-kamar masih oke, tidak mengalami kerusakan. Hanya di Erlangga," ujar dia.

Dia berharap Ritz-Carlton bisa dibuka segera dan beroperasi secara normal. Pihaknya saat ini masih menunggu keputusan polisi. "Kalau memang polisi sudah selesai melakukan penyidikan, kami akan buka secepatnya," kata perempuan ramah ini.

Saat ditanya adakah karyawan Ritz-Carlton yang hilang hingga kini setelah ledakan terjadi, Els menegaskan, tidak ada karyawannya yang hilang. "Ada karyawan kita yang terluka, tapi setelah dirawat sebentar, sudah diizinkan pulang," tutur Els.
(asy/iy)
Rabu, 22/07/2009 18:11 WIB
Bom Marriott & Ritz-Carlton
Keluarga Nur Said Minta Abdurrahman Assegaf Hati-hati Bicara
Parwito - detikNews

dok detikcom
Temanggung - Keluarga menyambut baik pernyataan Mabes Polri bahwa Nur Said bukan pelaku peledakan di Hotel JW Marriott Jakarta. Dan terkait hal itu pula, keluarga meminta Ketua Umum Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) Habib Abdurrahman Assegaf berhati-hati menyampaikan pernyataan.

"Saya minta agar dikemudian hari Bapak Assegaf berhati-hati kalau keluarkan statemen," kata Udi Mas'ud, adik kandung Nur Said, saat berbincang-bincang dengan detikcom melalui telepon, Rabu (22/7/2009).

Sekadar diketahui, Abdurrahman Assegaf adalah orang yang pertama menyebut nama Nur Said sebagai pelaku peledakan di JW Marriott. Menurut Mas'ud, keluarganya sangat terpukul dengan pernyataan Abdurrahman Assegaf tersebut.

"Kita pasrah saja mas. Kita ini keluarga yang awam hukum. Hanya itu saja yang kami minta, Pak Assegaf agar berhati-hati mengeluarkan statemen," tegas Mas'ud.

Dihubungi terpisah, Abdurrahman Assegaf mengaku menyebut nama Nur Said karena Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri (BHD) memberi inisial N. Dalam data teroris yang dimilikinya, N adalah Nur Said.

"Waktu itu saya hanya menyerahkan data, kemudian polisi yang buktikan. Nama Nur Said muncul karena polisi menyebut N, dalam data Pamulang yang saya punya inisial N itu Nur Said, ya saya serahkan ke polisi," jelas Abdurrahman.
(djo/djo)
Rabu, 22/07/2009 18:12 WIB
Bom JW Marriot & Ritz-Carlton
KSAD: TNI AD Siap Perangi Terorisme
M. Rizal Maslan - detikNews

Jakarta - Geram dengan serangan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo menyatakan pihaknya siap memerangi terorisme. TNI AD telah membentuk Desk Anti Teror di setiap Komando Daerah Militer (Kodam) se-Indonesia.

"Perbuatan-perbuatan teroris tidak diperbolehkan oleh agama manapun dan masyarakat di dunia manapun, TNI AD setiap saat siap memerangi terorisme," kata KSAD saat menerima kunjungan Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) Parni Hadi di kantornya, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (22/7/2009).

Menurut Agustadi, pada tanggal 5 Oktober 2005 silam, Presiden SBY telah mengintruksikan kepada TNI untuk membantu mengatasi terorisme.

"TNI sepakat memberantas terorisme dan TNI AD menindaklanjuti dengan membentuk Desk Anti Teror di setiap Kodam-kodam termasuk di Markas Besar Angkatan Darat secara berjenjang sesuai dengan kewenangan pejabat-pejabat tersebut," jelasnya.

Dijelaskan Agustadi, Desk Anti Teror adalah untuk mencari dan menyajikan informasi-informasi yang akan dilaporkan kepada KSAD dan Panglima TNI sebagai bahan pertimbangan untuk menangani terorisme.

"Semuanya terkoordinir dengan baik. Kemudian dalam rangka penanganan dini TNI AD sebagai pembina kekuatan menyiapkan Detasemen 81 Anti Teror (Den-81 Gultor) dari Kopassus," tandasnya.

(zal/irw)
Rabu, 22/07/2009 18:26 WIB
Ibrohim Bukan Ibrahim, Nama Yang Tertera di Slip Gaji Hotel Mulia
Didi Syafirdi - detikNews

Foto: Reno Nugraha/detikcom
Jakarta - Siapakah Ibrahim, florist yang bekerja di salah satu toko bunga di Hotel Ritz-Carlton, masih misterius. Keberadaan pria berkulit putih itu pun belum diketahui rimbanya.

Dari penelusuran detikcom di rumah orang tuanya di Jalan Cililitan Kecil, Jakarta Timur, Rabu (22/7/2009) sosok Ibrahim sedikit terkuak. Pria yang kini memiliki istri di Kuningan, Jawa Barat itu dulu juga pernah bekerja di Hotel Mulia Senayan.

Hal itu terlihat dari setumpuk slip gaji yang ditemukan di rumah yang telah kosong sejak 2007 itu. Namun yang sedikit berbeda, slip gaji itu tertulis Ibrohim bukan Ibrahim.

Di slip gaji itu, Ibrohim tercatat sebagai karyawan di Departemen Flower Shop sebagai florist attd. Slip gaji itu dikeluarkan pada tahun 2002 hingga 2005.

Namun saat ditanya kepada warga yang tinggal di sekitar rumah tersebut, orang-orang mengenalnya dengan nama Ibrahim. "Panggilannya Aam," kata Arif salah satu tetangga yang tinggal di depan rumah orang tua Ibrahim.

Tetangga lainnya juga menyebut nama pria yang telah dipastikan polisi bukan pelaku pengemboman di Mega Kuningan itu memang Ibrahim. "Dia orangnya ramah, meski pendiam tapi kalau bertemu orang selalu ramah," kata perempuan yang enggan disebut namanya itu.

(ken/iy)
Rabu, 22/07/2009 18:53 WIB
Hendrawan, Warga Malang Ditangkap Densus 88
Muhammad Amindudin - detikNews

Kontrakan Hendrawan (Foto: Aminuddin/detikcom)
Malang - Detasemen 88 Anti Teror kembali menangkap jaringan teroris yang terkait dengan Dr Azahari di Solo, Jawa Tengah. Dia adalah Hendrawan (50), tercatat sebagai warga Dusun Santrean RT 04/ RW 01, Desa Sumberejo, Kecamatan/Kota Batu, Malang, Jawa Timur.

Ketua RT 04/RW 01 Desa Sumberejo, Kecamatan/Kota Batu Sunardi menyatakan Hendrawan ditangkap di Solo. Sunardi mengetahui penangkapan itu karena saudara iparnya, Hendra, menjadi sopir yang disewa Hendrawan untuk ke Solo.

"Hendra langsung telepon katanya Pak Hendrawan ditangkap polisi bersama istrinya. Ia bilang saya tak tahu masalahnya apa saya masih di Solo," kata Sunardi saat ditemui detikcom, Rabu (22/7/2009).

Kamsun, pemilik rumah yang dikontrak Hendrawan mengatakan penangkapan terjadi pada awal Juli 2009. Dia menuturkan, ada 7 polisi bersama istri Hendrawan, Najwa, mendatangi kontrakan Hendrawan. Polisi datang untuk mencari berkas-berkas dari kontrakan Hendrawan.

"Mereka menggunakan mobil Avanza warna hitam. Seingat saya itu hari Rabu tanggalnya saya lupa," cerita Kamsun.

Kepada Kamsun, polisi mengatakan Hendrawan ditangkap karena masa izin paspornya sebagai warga Singapura telah habis.

"Polisinya juga pesan Pak jangan bilang kepada siapapun kalau kami datang ke rumah ini dan Hendrawan ditangkap polisi," cerita Kamsun.

Dari rumah kontrakan itu, polisi menyita tape recorder, kaset-kaset yang berisi lantunan ayat Alquran dan beberapa buku. "Yang ditinggal hanya tanaman bunga yang sehari-hari dijual Hendrawan," kata Kamsun.

Menurut Kamsun, seminggu sebelum polisi datang, Hendrawan dan istri pamit ke Solo untuk menghadiri wisuda anak keduanya, Abdullah Jubair yang lulus SMU.

Sementara Kapolwil Malang Kombes Pol Rusli Nasution menyatakan tidak tahu adanya penangkapan terhadap Hendrawan. "Kalau memang Densus 88 melakukan penyidikan hingga Malang, itu bisa juga tidak melakukan koordinasi dengan kami. Kalau untuk masalah warga Batu ditangkap bulan lalu kami tidak tahu," kata Rusli kepada detikcom. (iy/gah)
Rabu, 22/07/2009 19:04 WIB
Bom di JW Marriott & Ritz-Carlton
Pulang dari Kampung, Ibrahim Selalu Bawa Ransel
E Mei Amelia R - detikNews

(Foto: dok detikcom)
Jakarta - Ibrahim, karyawan florist di Ritz-Carlton menjadi sosok misterius pasca peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Pria asal Kuningan, Jawa Barat ini selalu menyempatkan waktu untuk pulang kampung seminggu sekali.

Setiap pulang dari kampungnya, Ibrahim selalu membawa tas ransel ke tempatnya bekerja. "Tapi waktu ditanya, apa isinya, cuma baju katanya," kata seorang karyawan florist yang enggan disebutkan namanya kepada wartawan di Kuningan, Jaksel, Rabu (22/7/2009).

Tak ada kecurigaan dari teman kerjanya terhadap Ibrahim. Mereka hanya mengira isi tas tersebut hanyalah pakaian.

"Mungkin pakaian, dia juga nggak pernah buka-buka di depan kita," katanya.

Ketatnya pemeriksaan sekuriti pun tidak memungkinkan Ibrahim untuk membawa
bahan peledak. Setiap karyawan pun tak luput dari pemeriksaan.

"Kita diperiksa dulu barang bawaan kita. Tas kita juga. Tapi cuma dilihat-lihat saja, tidak pernah dikeluarkan isinya," urainya.

Di pintu masuk Ritz-Carlton, karyawan disediakan pintu khusus. Di situlah Ibrahim dan temannya yang lain diperiksa jika hendak memasuki gedung tersebut.

Tidak hanya terhadap pengunjung, karyawan hotel pun setiap masuk melalui metal detector. "Ada juga (metal detector)," jelasnya.

"Badan kita juga diperiksa depan dan belakang," lanjutnya.

Mungkinkah Ibrahim yang membawa bom ke dalam hotel? "Kayaknya nggak mungkin
deh," pungkasnya.

(mei/nwk)
Rabu, 22/07/2009 19:12 WIB
Ditangkap Densus 88
Hendrawan Mengaku Jadi Dosen, Tapi Sehari-hari Jualan Bunga
Muhammad Amindudin - detikNews

Kontrakan Hendrawan (Foto: Aminuddin/detikcom)
Malang - Hendrawan, warga Malang yang ditangkap Densus 88, mengaku menjadi dosen. Ia lulusan perguruan tinggi dari luar negeri. Tapi sehari-hari Hendrawan berjualan bunga.

Demikian disampaikan Sunardi, Ketua RT 04/ RW 01, Dusun Santrean, Desa Sumberejo, Kecamatan/Kota Batu, Malang, Jawa Timur, kepada detikcom, Rabu (22/7/2009). Hendrawan pernah mengontrak rumah Sunardi.

Hendrawan mengontrak rumah Sunardi selama 6 bulan sejak Juni 2008 silam. Menurut Sunardi, Hendrawan mengontrak atas saran anak lelakinya yaitu Kurniawan (29), yang juga berprofesi sebagai penjual bunga.

Sejak pertama tinggal di rumah kontrakan seharga Rp 1 juta itu dengan fasilitas satu kamar mandi dan tiga kamar, Hendrawan tinggal bersama sang istri yaitu Najwa (41).

"Mereka datang dengan baik-baik. Kami tidak curiga apapun. Kami juga meminta surat pindah kepada Pak Hendra (panggilan Hendrawan) dari rumahnya di perumahan Citra Pesona Buring Raya, Blok D-VI/18
Kelurahan Wonokoyo Kecamatan Kedungkandang Kota Malang," ujar Sunardi.

Setelah itu juga Sunardi kemudian membuatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk Hendrawan. Setiap harinya, kata Sunardi, Hendrawan bersama istrinya banyak menghabiskan waktu di stand toko bunganya di kawasan Villa Songgoriti yang berjarak kurang lebih 5 kilometer dari rumah Sunardi.

Keluarga Sunardi sendiri mempercayai Hendrawan untuk tinggal dan membuatkan KTP. Setelah Hendrawan membuat surat pindah dengan alasan jelas. Selain itu, Hendrawan mengaku sebagai dosen dengan sekolah terakhir pendidikan di perguruan tinggi di luar negeri.

"Mereka bangun subuh setiap hari untuk salat di masjid. Setelah itu berangkat ke stand toko bunga di Songgoriti. Baru kembali nanti malam sekitar pukul 8 malam. Begitu terus setiap hari rutinitas mereka," ungkap Sunardi.

Selain itu, lanjut Sunardi, sang istri Najwa juga mempunyai kesibukan lain yaitu memberi bimbingan les privat bahasa Inggris kepada dua anak warga setempat setiap hari Selasa dan Rabu.


(gik/iy)
Rabu, 22/07/2009 19:19 WIB
Istri Noordin M Top Ditangkap
Polri: Kita Tahan & Periksa Beberapa Orang
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Jakarta - Polisi menahan Arina, yang diduga istri Noordin M Top buronan teroris nomor satu. Selain Arina, polisi juga menahan ibunya Dwi Astuti. Perihal penangkapan ini pun diakui Mabes Polri.

"Anggota kita memeriksa dan menahan beberapa orang di Jawa Tengah," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna di Media Center, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (22/7/2009).

Namun menurut Nanan, pihaknya belum mengetahui nama-nama yang ditangkap tersebut. Untuk itu dipersilakan mengkonfirmasi ke Polda Jawa Tengah.

"Kalau untuk konfirmasi ke Kapolda Jawa Tengah, tapi kita tidak tahu siapa yang diperiksa," tutupnya.

(ndr/ken)
Rabu, 22/07/2009 19:20 WIB
Identitas Pembom Misterius, Polisi Tetap Selidiki Kelompok Noordin M Top
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Jakarta - Nur Said yang gencar disebut sebagai pelaku bom ternyata tidak memiliki kecocokan DNA dengan pelaku bom bunuh diri. Apakah artinya kelompok di bawah Noordin M Top yang dikait-kaitkan dengan Nur Said tidak terlibat?

"Itu bisa ke mana saja, kita masih dalam penyidikan," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna di Media Center, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (22/7/2009).

Sebelumnya muncul spekulasi dan dugaan bila Nur Said pelaku pembom di JW Marriott. Apalagi Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso sempat merilis bila pelaku berinisial N. Tapi kemudian setelah dilakukan tes DNA kepada keluarga Nur Said ternyata hasilnya tidak cocok.

Polisi kemudian merilis foto dan sketsa wajah pelaku. Salah satunya diidentifikasi berusia 16 tahun.

(ndr/ken)