Kamis, 28 Mei 2009

Purnawirawan Di Panggung Pilpres

Kamis, 28 Mei 2009 00:00 WIB
PERPOLITIKAN Indonesia di zaman merdeka, diakui atau tidak, adalah perpolitikan dengan keterlibatan tentara. Perbedaannya hanyalah terletak pada kadar keterlibatan dan pelibatannya. Pergumulannya adalah pada kemampuan dan kemauan menegakkan supremasi sipil. Setelah 30 tahun supremasi sipil dilumpuhkan dwifungsi ABRI di era Pak Harto, kini kita kembali bertekad menegakkan kembali supremasi sipil itu. Wujudnya adalah mengembalikan tentara ke barak, istilah yang terlalu keras untuk mengatakan tentara sebaiknya mundur dari panggung politik praktis.
Itu sudah dan masih terjadi sampai hari ini. Kendati demikian, trauma militerisme sepanjang era Orde Baru menempatkan tentara pada posisi yang dilematis.
Publik, termasuk kalangan elite sipil, masih beranggapan tentara, termasuk mereka yang pensiun, apalagi para pensiunan jenderal, masihlah tentara yang memiliki kekuatan seperti ketika aktif. Mereka dianggap menyimpan kekuatan yang mampu memengaruhi anggota TNI aktif.
Publik belum menerima kenyataan bahwa setelah tidak menjadi tentara lagi, entah karena dipecat atau karena pensiun, mereka adalah warga sipil. Mereka berada di barisan yang berhak atas supremasi sipil.
Karena itu, ketika para purnawirawan kemudian terjun dan terlibat dalam kompetisi pemilihan presiden menjadi anggota tim sukses, tidak ada yang salah sedikit pun. Mereka berhak menjalankannya. Para kandidat presiden pun tidak salah bila melibatkan mereka di panggung ataupun di belakang panggung.
Seorang Susilo Bambang Yudhoyono sekarang ini adalah seorang sipil karena telah pensiun dari tentara dengan pangkat jenderal. Seorang Prabowo juga adalah orang sipil, termasuk Wiranto.
Kalau demikian, di manakah gerangan letak bahaya perpolitikan dan pelibatan para purnawirawan dalam kompetisi presiden sekarang ini? Bahayanya adalah kalau para pensiunan jenderal itu beranggapan atau dengan sengaja merusak netralitas anggota TNI aktif secara kelembagaan.
Bahwa anggota TNI aktif secara individu berbisik kepada keluarganya untuk memilih calon tertentu karena ikatan emosional tertentu tidaklah salah. Di sini tidak ada masalah netralitas TNI yang terganggu.
Yang salah adalah bila seorang komandan kompi atau peleton menggunakan kekuasaannya untuk memaksa keluarga TNI berpihak kepada kandidat tertentu melalui perintah atau komando.
Terus terang, para pensiunan jenderal, yang tidak sedang memerintah, berpeluang paling sedikit untuk mengganggu netralitas TNI. Itu disebabkan mereka tidak memiliki kewenangan struktural apa-apa lagi dalam lembaga tentara aktif.
Perpolitikan kita harus mulai diletakkan secara benar pada koridor supremasi sipil. Tentara setelah pensiun menjadi sipil murni seperti warga lain yang tidak pernah berdinas dengan seragam militer. Mereka tidak boleh dicurigai atau dicemooh ketika menjadi anggota tim sukses pada kandidat.
Analisis yang selalu mengeksploitasi sipil-sipil berlatar belakang tentara adalah analisis bernada curiga. Mungkin itu adalah sisa trauma militerisme masa lalu.
Namun, di sisi lain, perpolitikan yang selalu saja mencari dan mengalah kepada sipil-sipil berlatar belakang militer adalah wujud dari kelemahan sipil Indonesia sendiri.
Trauma militerisme memang dalam. Ironi dalam supremasi sipil kita adalah ketika para purnawirawan merasa masih seperti tentara aktif. Ironi juga ketika sipil-sipil memperlakukan purnawirawan seakan-akan mereka masih memegang tongkat komando.

Tindakan Diplomatik Akan Diambil Pada Malaysia

Selasa, 26/05/2009 17:54 WIB
Indra Subagja - detikNews
Armada Malaysia (Mayor Salim) Jakarta - Tindakan Malaysia memasuki wilayah perairan Indonesia tidak akan didiamkan begitu saja. Kapuspen TNI Marsekal Madya Sagom Tamboen memastikan akan dilakukan langkah diplomatik. "Telah dilaporkan ke komando atas untuk ditindaklanjuti sesuai prosedur diplomatik," kata Sagom saat dihubungi melalui telepon, Selasa (26/5/2009). Dia menegaskan, saat kapal Malaysia itu kedapatan masuk wilayah RI, patroli TNI AL menemukan pelanggaran dan segera melakukan tindakan. "Diberi peringatan agar keluar dari wilayah perairan RI," tutupnya. (ndr/iy)
Selasa, 26/05/2009 13:20 WIB
TNI AL: Kapal Malaysia 9 Kali Masuk Wilayah RI
Indra Subagja - detikNews
Armada Malaysia (Mayor Salim) Jakarta - Kapal milik Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) dan Police Marine Malaysia ternyata bukan sekali dua kali memasuki perairan Indonesia. Dari catatan TNI AL, diketahui sejak Januari-April 2009, mereka sudah masuk sebanyak 9 kali. "Unsur TLDM dan Police Marine Malaysia secara rutin melaksanakan lintas laut dari dan ke Tawau setiap hari rata rata empat unsur. Pada kesempatan lintas laut itulah seringkali mencoba memasuki wilayah Kedaulatan Republik Indonesia (RI) dan berhasil dihalau oleh kapal perang TNI AL," kata Kadispenal Laksma TNI Iskandar Sitompul dalam siaran pers yang diterima detikcom, Selasa (26/5/2009). Meskipun dengan dukungan anggaran yang serba terbatas, TNI AL tetap konsisten dalam menjaga wilayah kedaulatan RI. Hal ini terbukti dari berbagai pelanggaran kedaulatan dan pelanggaran hukum di wilayah Republik Indonesia (RI) berhasil dicegah dan digagalkan," tambah Iskandar. Kapal perang TNI AL, KRI Untung Surapati-872 berhasil mengusir kapal perang Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM), KD Yu-3508 yang mencoba memasuki wilayah kedaulatan Republik Indonesia di perairan Blok Ambalat, Senin sore(25/5/2009) sekitar pukul 15.00 Wita. TNI AL jenis korvet kelas Parchim eks Jerman itu lalu melakukan pengejaran untuk menghalau KD YU-3508 sekaligus memberikan perintah agar segera keluar dari wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Setelah diberikan peringatan dengan tegas, KD YU-3508 melakukan diam radio dan keluar dari wilayah NKRI. (ndr/iy)
Selasa, 26/05/2009 11:08 WIB
Yusron: RI Jangan n Tembak, Nanti Kalah Lagi
Niken Widya Yunita - detikNews

Armada Malaysia dari jauh (Mayor Salim Jakarta - Berulang kali armada perang Malaysia menyusup ke perairan Ambalat di Kalimantan Timur. Armada Indonesia tidak perlu berlaku tegas dengan menembak armada negeri jiran itu karena risikonya cukup tinggi. "Cobalah kita tembak, nanti mencuat dan dibawa ke dunia internasional. Kita bukan takut dibawa ke dunia internasional, (tapi) nanti kita kalah lagi," ujar anggota Komisi I DPR Yusron Ihza Mahendra kepada detikcom, Selasa (26/5/2009). Menurut Yusron, pemerintah sebaiknya mengambil jalan dengan memanfaatkan hubungan diplomatik antara RI dan Malaysia. Sebelumnya pemerintah harus memprotes diplomatik terhadap wilayah itu. "Pelanggaran kedaulatan yang berulang-ulang tentu tidak mungkin kita biarkan berlanjut. Itu tugas Deplu dan Dephan, dengan cara hubungan diplomatik," imbuh adik mantan Mensesneg Yusril Ihza Mahendra ini.
Yusron menilai, masuknya kapal perang Malaysia pada 25 Mei kemarin ke Ambalat hanyalah perangkap agar masalah ini diinternasionalisasi. Oleh karena itu pemerintah harus waspada. "Ini juga analisa saya, perlu kita waspadai juga. Jangan-jangan pelanggaran batas oleh pihak Malaysia itu dilakukan oleh tentara laut Malaysia untuk pancingan agar terjadi clash, nanti mencuat ke dunia internasional," jelas dia. (nik/nrl)
Selasa, 26/05/2009 10:04 WIB
Usir Armada Malaysia dari Ambalat, Armada TNI AL Debat di Radio
Nurul Hidayati - detikNews

Armada Malaysia dari jauh (Mayor Salim) Jakarta - Perairan Ambalat di Kalimantan Timur masih saja disusupi oleh kapal perang Malaysia setelah konflik Ambalat tahun 2007. Syukurlah ada KRI Untung Suropati yang terus bersiaga. Untuk mengusirnya, debat lewat radio harus dilakukan. Sebagaimana dilansir oleh website Think & Act for National Defense (TANDEF) yang merupakan Badan Semi Otonom (BSO) dalam tubuh Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara (Ikastara), pada Senin 25 Mei 2009 menjelang fajar menyingsing, KRI Untung Suropati yang sedang berpatroli di wilayah Ambalat dikejutkan oleh kehadiran KD Yu - 3508 (kapal perang TLDM/AL Malaysia) jenis fast attack craft - gun) pada posisi 04.03.00 LU/118.01.70 BT baringan 135 jarak 8 mil laut halu 130 cepat 16.
Atas kondisi ini, segera KRI Untung Suropati mempersiapkan peran tempur bahaya permukaan. Didapati bahwa KD Yu ini telah masuk ke dalam wilayah NKRI sejauh 12 mil laut. Dalam kontak radio, KD Yu beralasan ingin ke Tawau. KRI Untung Suropati lalu memerintahkan KD Yu untuk segera meninggalkan wilayah NKRI. KD Yu kemudian bersedia menjauh.
Namun, setelah diusir, KD Yu ternyata menipu dengan tidak pergi ke Tawau melainkan ternyata berubah haluan ke timur dan masih masuk wilayah NKRI. Peringatan terakhir pun diberikan oleh KRI Untung Suropati untuk segera meninggalkan NKRI. Sempat terjadi adu argumen di radio. Mereka bersikeras bahwa mereka berpatroli di wilayahnya. Setelah dijelaskan bahwa KD Yu melanggar UNCLOS tentang batas wilayah laut, mereka diam dan kemudian menjauh sampai batas terluar. KRI Untung Suropati menggiring KD Yu hingga keluar dari wilayah laut NKRI.
KRI Untung Suropati bersama-sama dengan KRI Hasanuddin pada hari sebelumnya mengusir KD Baung - 3509. Pada hari yang sama pula, helikopter Malaysian Maritime Enforcement Agency memasuki wilayah udara NKRI. Begitu juga dengan pesawat Beechcraft TLDM melakukan pelanggaran kedaulatan wilayah udara NKRI sejauh 40 mil laut. (nrl/iy)
Selasa, 26/05/2009 10:04 WIB
Usir Armada Malaysia di Ambalat, Armada TNI AL Debat di Radio
Nurul Hidayati - detikNews

Jakarta - Perairan Ambalat di Kalimantan Timur masih saja disusupi oleh kapal perang Malaysia setelah konflik Ambalat tahun 2007. Syukurlah ada KRI Untung Suropati yang terus bersiaga. Untuk mengusirnya, debat lewat radio harus dilakukan. ( nrl / iy )

Komentar terkini (86 Komentar)
Gombalgambul, Malaysia ada krn hadiah dr penjajah..Mrk sgt rentan perpecahan internal krn gak ada pemersatunya ..bahasa, slogan, simbol etc.... Krn itu mrk mencari "sesuatu" yg bisa mempersatukan mrk sendiri...maka dipilihlah Indonesia... Untuk alasan itu, mrk akan trus memprovokasi Indonesia.. Perlu action keras yg nyata dari TNI sbg shock therapy utk menghentikannya...KAMI RAKYAT INDONESIA DIBELAKANG TNI..
Jupanarua St, Dimana MUKA para pemimpin ku dimana MUKA pilitikus ku Dimanaaaaaaa PARTAI2 besar ku yg berteriak sewaktu kampaye NKRI HARUS UTUH...TAPI sekarang didepan MATA KITA wilayah KITA di OBOT- OBOT negara kecillllll......KOK semuanya DIAMMMMMMM...DIMANA KALIANNNNNNNN Oiiiiii
Manohara di Malingsia, Malingsia.....apalagi yang mau kalian ambil? Sepupu gw dah diambil ama bandot malingsia, manohara dah diambil ama bandot kelantan, pulau-pulau dah mau diambil juga... eh default-nya emang maling sih dia (malingsia)
mlek, apa yg kita takutkan ama MALAYSIA,org MELAYU malaysia itu BODOH n BANYAK OVER ACTING! apa PERLU lg KITA hIDUP kan KEMBALI SLOGAN" GANYANG MALAYSIA" TIDAK PERLU BAIK2 AMA MALAYSIA MEREKA AJA tdk PERNAH BAIK n MENGHORMATI BANGSA INDONESIA..
Indonesia asli, Pak tentara drpd brantem ma polici, drpd ribut ma warga sndiri mending serang aja tuh melayusia. Kita pasti dukung ndan. penjajahan jgn terulang lagi. Presiden jgn kampanye mulu. Hajar melayusia. Habisin, bung!!! Merdeka!!
Bangbross, malaysia emang sialan! muke loe jauhhhh!!!!!!! nyebur ke laut sono, dasar negara maling!!!!!!
Ari S, Ayo Dong Kemana saja Pemuda Pemudi Indonesia Yang lagi duduk dikursi pimpinan negara Masa kita digituin terus sich Komandan !! Udah Pake aja tuch Alat Alat perang kita biar enggak mubadzir ntar khan biar bisa beli yang baru lagi, dari pada di besi tuain atau tetap dipake tapi bikin Celaka kita sendiri mendingan kita pake untuk mengempur musuh yang selalu saja ngeremehin kita Semua Rakyat Indonesia ada dibelakang TNI Kok Jangan takut
jajakajawa, Wah, saya sedang nganggur nih, ga da kerjaan. Mendingan kita serbu aja Malingsia. Daripada bengong, kayaknya asyik tuh nggebukin orang2 Malingsia...
Kateno Sunu Pamungkas, Tanpa bermaksud meremehkan siapapun (bangsa manapun), namun kalau sudah menginjak - injak harga diri bangsa berkali - kali dan didiamkan saja tentunya maka tak salah kalau bangsa ini dianggap KECIL. Aku bangga punya Bung Karno yang punya nyali, \"Iki lho dadaku!. \"Endi dadamu! Ganyang Makaysia !. Ini dadau, mana dadamu. Adakah pemimpin sekarang ini yang seberani beliau? Aku kadang malu kalo lihat tayangan TV yang menayangkan kehebatan semua Angkatan TNI dan Polri. Apa cukup nyali?
Kateno Sunu Pamungkas, Tanpa bermaksud meremehkan bangsa manapun, kalau sudah menginjak - injak harga diri bangsa ini dan tak ada tindakan itu arti bangsa ini dianggap tak punya martabat, kecil, dan pengecut. Aku bangga punya Bung Karno ,\"Iki lho dadaku, Endi dadamu?. Inilah dadaku mana dadamu? Gaaaaaanyang Malaysia. Aku malu kalau melihat tayangan TV yang manayangkan kehebatan semua angkatan TNI maupun Polri ternyata ..............ahhhhhhh. Tak lama lagi Ambalat dan semuaSelasa, 26/05/2009 10:04 WIB
Kateno Sunu Pamungkas, Tanpa bermaksud meremehkan siapapun (bangsa manapun), namun kalau sudah menginjak - injak harga diri bangsa berkali - kali dan didiamkan saja tentunya maka tak salah kalau bangsa ini dianggap KECIL. Aku bangga punya Bung Karno yang punya nyali, \"Iki lho dadaku!. \"Endi dadamu! Ganyang Makaysia !. Ini dadau, mana dadamu. Adakah pemimpin sekarang ini yang seberani beliau? Aku kadang malu kalo lihat tayangan TV yang menayangkan kehebatan semua Angkatan TNI dan Polri. Apa cukup nyali?
daniel, Sudah hilangkah rasa nassionalis bangsa ini.. kasian juga para pejuang yg dl udah cape bikin nih bangsa.. tp sekarang cuma untuk dilecehkan terus.. ada yg bisa bikin facebook buat ngejaring dukungan utk ganyang malaysia.. tolong dibuat.. biar pemerintah n elit politik yg disenayan ngeliat bahwa banyak suara rakyat yg mau dgn sukarela utk ganyang malaysia.. MERDEKA.. HIDUP NKRI..
jangan salahkan Malaysia, Kita sendiri yang salah, mengapa kita bisa dipimpin oleh para pemimpin yang tidak mampu mempertahankan harga diri bangsa besar ini, liat pada masa Bung Karno maupun pak Harto apa ada negara tetangga yang secara langsung ngeledek RI, lebih parah lagi hampir saja ada wilayah kita yang mau disewa buat latihan perang negri tetangga. Kalo mau menyalahkan salahkan saja diri kita sendiri mau memilih pemimpin yangtidak bisa mempertahankan harga diri bangsa. Saya sungguh sangat sangat sedih sudah kehidupan susah eh dipandang sebelah mata sama negri tetangga
Mbah Bei, Sikat aja blehhh ...
Vito Sofyan, dari smua bidang malaysia selalu menginjak-injak harkat da martabat bangsa Indonesia, dari segi budaya, tenaga kerja sampai kepulauanpun ingin dikuasai. pada pak sby, putuskan hub sama malaysia aja kalo didiamkan nampaknya malaysia smagkin menjadi2. dan untuk para AL jangan pulang kerumah dulu pak sebelum ambalat aman trus jaga kepulauan Indonesia dari para maling berprilaku sopan. kepada pemerintah harus beli lg nh kapal2 perang buat bangsa ini dh . peralatan tempur kita sdh pada tua seperti bangsa ini, maju Indonesia.
Didik, Kenapa Sich kita kayaknya takut untuk mengambil sikap tegas kepada MALINGSIA ? Kalo memang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan kehormatan sebagai bangsa yang besar mengapa harus takut ? HARUS kita tunjukkan bahwa bangsa INDONESIA adalah bangsa PEJUANG yang mencintai PERDAMAIAN tapi lebih cinta kepada KEHORMATAN BANGSA.
jarvov, Realistis saja Bos... kekuatan alat utama sistem militer Malaysia lebih baik dan lebih banyak. Coba hitung head to head pesawat, missile, dan kapal perang belum lagi ada cost lain kalau mau nyerang yaitu logistik karen negara bertahan lebih jauh di untungkan daripada negara penyerang. Goblok kalo dengan kekuatan sekarang Indonesia mau nyerang Malaysia. Mending tembak dulu Pejabat dan Jendral2 koruptor agar Militer kita lebih kuat dan memiliki moral yang lebih tinggi. Baru nembak kapal Malaysia..!!! Mau contoh? berapa tahun TNI berangus Fretilin? (dan malah Tim-tim lepas) berapa tahun TNI berangus GAM? apa OPM udah bisa di beresin TNI?
avi, rakyat kita kan lebih banyak, serbu aja malingsial itu. gitu aja kok repot, pake nego, kalo negosiator kita gak kena virus korupsi, contoh kedaulatan udara kita di Batam, dikuasai Singapura. Kenapa? hayu ganyang malingsial dan para penghianat NKRI. masa kita kalah, ratusan juta rakyat Indonesia bo.
ayo hajar, gimana sih tentara kita.. kok negara lain mulai cari gara gara kita diem aja... kenapa jam nsukarno kita lebih hebat sih padahal jaman dulu kita melaratnya minta ampun... mana harga diri dan martabat bangsa, sama melayu kampung aja kita gak berani.
Fernando, pemerintah sibuk ngurusin pemilu...lupa ama yg gituan...ayo mana tajimu!!! hajar saja penyusup2 dari malaysia...save our nation perbatasan akan jadi milik Malaysia.

Muladi : Posisi Indonesia Atas Ambalat Kuat

Rabu, 27/05/2009 16:30 WIB
M. Rizal Maslan - detikNews
Jakarta - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Muladi menilai posisi Indonesia di perairan Ambalat, Kalimantan Timur sangat kuat dibanding Malaysia. Indonesia yang kali pertama mengokupasi (penguasaan wilayah) secara aktif di wilayah itu. "Posisi kita di Ambalat lebih kuat, karena lebih dahulu melakukan okupasi aktif. Berbeda dengan kasus Pulau Sipadan dan Ligitan yang sebelumya. Kita telah proaktif dengan membangun pos perbatasan dan kapal perang," kata Muladi usai Round Table Peningkatan Pengamanan Wilayah Maritim Guna Mencegah Ancaman Asimetrik di Wilayah Laut NKRI, di kantorya Jl Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (27/5/2009). Menurut Muladi, berdasarkan ASEAN Charter dalam mempertahankan integritas teritorial tidak boleh menggunakan kekuatan fisik tapi melalui cara-cara damai dan diplomasi. "Kekerasan harus sangat dihindari, tapi adanya konflik kecil-kecilan wajar terjadi di lapangan," jelasnya.
Meski posisi Indonesia kuat, lanjut Muladi, bila kasus Ambalat sampai dibawa ke jalur hukum dan Mahkamah Internasional, Indonesia harus siap. Indonesia harus menyiapkan diri, jangan terdadak. Gunakan pengacara asing dan dalam negeri yang berpengalaman dalam pengadilan internasional. Melihat keadaan sekarang, ada kemungkinan ke arah Mahkamah Internasional, kalau terjadi perselisihan akan mengerucut ke situ," tegasnya. Oleh sebab itu, Muladi menambahkan, pendekatan diplomasi harus dilakukan dan beri peringatan kepada malaysia bila ada pelanggaran wiayah. "Secara efek tanggal kita harus mengirim lagi kapal ke sana. Ini perpaduan antara diplomasi dan kekuatan itu paling efektif. Perang itu kan langkah terakhir," pungkasnya. (zal/ndr)

Rabu, 27/05/2009 15:38 WIB
Kapal Malaysia Masuk Ambalat
Ambil Langkah Diplomatik, Deplu Tunggu Laporan TNI
Indra Subagja - detikNews
Jakarta - Departemen Luar Negeri (Deplu) belum akan mengambil langkah diplomatik pada Malaysia, terkait masuknya kapal perang negeri jiran itu ke perairan Ambalat, Kalimantan Timur. Deplu menunggu laporan TNI. "Biasanya kalau memang terjadi, kita akan mendapat laporan resmi dari pihak Mabes TNI. Dan berdasarkan laporan resmi baru akan mengambil langkah yang akan dilakukan," kata Direktur Asia Timur dan Pasifik Deplu Kristiarto Legowo saat dihubungi melalui telepon, Rabu (27/5/2009).
Tindakan bisa diambil apabila ada data yang dipegang Deplu. "Kita menunggu penjelasan resmi dari pihak Mabes TNI. Itu SOP yang kita pegang. Tentunya untuk melakukan langkah diplomatik kita menggunakan dasar, dan kita menggunakan laporan pihak Mabes TNI," urainya.
Namun, hingga kini belum ada laporan dari pihak Mabes TNI. "Apa yang bisa kita lakukan tergantung fakta, kita perlu dasar atau rujukan," tutupnya. (ndr/iy)

Rabu, 27/05/2009 06:03 WIB
Kapal Malaysia Masuk Ambalat
Pengamat: Jangan Kambinghitamkan Masalah Anggaran Pertahanan

Anwar Khumaini - detikNews
Armada Malaysia dari jauh (Mayor Salim) Jakarta - Lagi-lagi Kapal militer negeri Jiran, Malaysia masuk ke dalam wilayah perairan Indonesia. Peristiwa seperti ini akan terus terjadi jika pemerintah Indonesia tidak memperhatikan serius masalah anggaran untuk pertahanan. Namun, masalah anggaran ini tidak sertamerta menjadi kambinghitam. "Selama ini masalah anggaran selalu sebagai tertuduh utama. Padahal banyak variabel lain yang juga menentukan," ujar pengamat militer LIPI Jaleswari Kusumawardhani kepada detikcom, Selasa (26/5/2009) malam. Sehingga, menurut Jaleswari, variabel-variabel lain seperti rendahnya komitmen politik pertahanan juga dianggap sebagai hal lain yang harus menjadi faktor penyebab sering dilecehkannya kedaulatan bangsa. "Makanya, presiden terpilih nanti harus konsen dengan masalah ini," pintanya. Menurutnya, sejak tahun 60-an, pemerintah memang terus menurunkan anggaran pertahanan. Dari 29 persen anggaran pertahanan pada tahun 60-an, saat ini tinggal kurang dari 1 persen. "Ini artinya apa? Bukti ini bicara banyak hal," ungkap Jaleswari.
Dia juga menampik anggapan yang menyatakan jika anggaran pertahanan dinaikkan, maka akan memangkas anggaran lain seperti kebutuhan akan bahan pokok. Menurutnya, semua itu bisa berjalan berdampingan tanpa menafikan satu sama lain. "Kesalahkaprahan selama ini, selalu benturkan, kalau pertahanan naik yang lain buruk, padahal tidak demikian. Masalah anggaran dan pangan misalnya, adalah sama-sama kebutuhan yang utama," imbuhnya. (anw/mei)

Selasa, 26/05/2009 19:05 WIB
KSAL: Kapal Malaysia Masuk Ambalat Karena Perbedaan Penafsiran
M. Rizal Maslan - detikNews

Jakarta - Kapal Malaysia kerap masuk ke kawasan Indonesia. Peristiwa ini bisa terjadi karena adanya perbedaan penafsiran mengenai peta wilayah. "Masih terjadi perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Malaysia di Ambalat. Peta yang digunakan berbeda," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno usai menandatangani Perjanjian Pinjam Pakai Lahan dan Bangunan Pertamina di Pangkalan Berandan, di Gedung Pertamina, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Selasa (26/5/2009). Oleh sebab itu,Tedjo mendorong agar Departemen Luar Negeri sebagai penjuru perundingan perbatasan untuk mengintensifkan pembahasan masalah tersebut. "Masalah harus segara diselesaikan, karena aparat di lapangan yang sering bergesekan. Masing-masing militer mendapat tugas untuk mengamankan wilayah. Padahal, secara personal antar petinggi Angkatan Laut berhubungan baik," jelasnya.
Tedjo pun mengatakan, di Ambalat sendiri pihaknya telah menurunkan enam buah kapal perang secara bergiliran. Kapal ini berpatroli dengan kerjasama dengan Kesatuan Patroli Laut dan Pantai, Departemen Kelautan dan Perikanan, serta Polri ikut membantu mengawasi gerak-gerik armada Malaysia. "Belum ada bentrokan. Mereka selalu mau saat diusir keluar," ungkapnya. (zal/ndr)
Kamis, 28/05/2009 12:30 WIB
Kapal Malaysia Masuk Ambalat
Panglima TNI: Bukan Suatu yang Dise
ngaja
M. Rizal Maslan - detikNews
Jakarta - Kapal perang Angkatan Bersenjata Diraja Malaysia masuk wilayah perairan Indonesia di blok Ambalat, Kalimantan Timur. Namun, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menyatakan, hal itu bukanlah sesuatu yang disengaja. ( zal / Rez )
Komentar terkini (17 Komentar)
Ganyang malaysial, Kalau dibiarkan begini malaysia akan ngelunjak.
Pembela TNI, Maksud pak Joko itu TNI punya prosedur bro. So jangan asal ganyang dong. Hargai dong Bapak2 kita itu, jangan asal njeplak. Kalo mereka sudah kompromi mo gimana lagi. Kita jangan jadi bangsa barbar yang suka emosi ngga dikontrol. Pake otak jangan pake otot aja.
tinung, satu lagi pernyataan jendral yg membuat ciut nyali dan menciptakan sikap masabodoh prajurit,
bayukresno, saya heran panglina tentara indonesia kok statemennya lembek kayak gitu, bisa semakin membesarkan kepala tentara malaysia itu !!!!
dodol, ada lagi yg lebih sengaja.. perusahaan Malingsia ngeruk duitnya orang Indonesia dg cara-cara nipu-nipu... itu lho yg namanya INEXTRON dan AOWA ... dg jaringan pemasarannya OMEGA PLUS ... OTO PLUS .... GREEN TECH ..... dasar maling ya tetep aja maling mau dilaut kek mau di darat kek .. belum lagi mindahin tu patok perbatasan di kalimantan........ dasar malingsia
Nelayan, Komentarnya kok seperti itu Pak?,
malingsia, Panglima Ayam sayur........
Jenderal Cobor, Coba gue jadi Panglima TNI, kita jajah sekalian dah...
Hendry, Hati-hati dengan Statement Bapak : "Masalahnya begini, masing-masing baik Malaysia dan Indonesia beda-beda dalam mengklaim satu wilayah, sehingga ada suatu dispute area (batas wilayah terluar). Perasaan dia dan perasaan kita, patroli itu tidak melanggar, tapi sebenarnya melanggar". Sebagai pejabat militer seharusnya Aturan dan Prosedur itu sudah jelas, dan bukan mengada-ada pakai perasaan. Kalau memang UU tentang Batas Zona Maritim Internasional sudah disepakati oleh negara-negara internasional, seharusnya tidak ada istilah "Beda-Beda Dalam Mengklaim Satu Wilayah".
WNI, SETUJU DENGAN YG DIUTARAKAN nasionalisme
P3t3r, Bpk yth, sy tdk se7 klo diblg tdk disengaja tp mmg disengaja. Logikax aja bkn bru kli ini mrka lwt bts tp udh sering,masa msh nda sengaja? Bpk yth, intix bpk2 yth smua tkt melawan.cba aja kirim kami rakyat2 siap membela tanah air indonesia. Gmana mau nda krm..
Nanang Indriyanto, Bilang saja TNI takut sama kapal Diraja Malaysia!!,ingat kejadian F 18 di atas pulau Bawean. Untuk kedaulatan Indonesia harusnya TNI bertindak tegas jika perlu tembak ditempat!!!
nasionalisme, walah, kl yg melanggar kita pasti lgsung ditembak tuh sm malingsia, knp kita tidak tegas, biar malingsia segan sama indonesia, kalau cuma gak disengaja terus dibiarkan parah itu, kalau dalam masalah ini, kita hrs berani dan tegas titik. hidup indonesia.
KETIDAKSENGAJAAN BERULANG-ULANG, Kalau sampai 9 kali masih dianggap ketidaksengajaan, ini sebenarnya TAKUT atau sudah DISUMPAL RINGGIT MALAYSIA? Beginilah kalau PANGLIMA TERTINGGI TNI seorang PERAGU dan PENAKUT.
joko banci, dasar panglima banci.. bilang aja takut nyet!
orang indonesia, jendral guoblok...... bilang aja loh takut sama malingsyia.........
wahyudi jaya, Baru kemarin saya menulis tentang perlunya capres yang memiliki visi bahari. Indonesia adalah negara kepulaun terbesar di dunia, tapi TNI AL kita terlalu sedikit, lemah, dan tertinggal teknologi perangnya. Tidak aneh bila kita sering dipermalukan negara kecil seperti Singapura dan Malaysia. Inilah yang seharusnya jadi isu pilpres mendatang. Kita harus mampu mengembalikan kejayaan bangsa di bidang bahari melalui pilpres mendatang. JALESVEVA JAYAMAHE

Kapal Malaysia Masuk AMBALAT

Kamis, 28/05/2009 12:30 WIB
Panglima TNI: Bukan Suatu yang Disengaja
M. Rizal Maslan - detikNews
Jakarta - Kapal perang Angkatan Bersenjata Diraja Malaysia masuk wilayah perairan Indonesia di blok Ambalat, Kalimantan Timur. Namun, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menyatakan, hal itu bukanlah sesuatu yang disengaja. "Saya kira kesengajaan itu tidak ada. Kita sudah kerjasama tentang prosedur dan mekanisme pengamanan maritim bersama," kata Djoko Santoso usai menghadiri Seminar Perbatasan dalam rangka Koentjaraningrat Memorial Lecture VI/2009 di Kantor Departemen Pertahanan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (28/5/2009).
Djoko lantas menjelaskan, beberapa bulan silam, dirinya bersama Panglima Tentara Diraja Malaysia telah menyusun prosedur bersama tentang operasi laut, keamanan maritim dan patroli laut.
"Masalahnya begini, masing-masing baik Malaysia dan Indonesia beda-beda dalam mengklaim satu wilayah, sehingga ada suatu dispute area (batas wilayah terluar). Perasaan dia dan perasaan kita, patroli itu tidak melanggar, tapi sebenarnya melanggar," jelasnya.
Menurut Djoko, dalam kerjasama itu sudah diatur semua prosedurnya apabila terjadi suatu pelanggaran di perbatasan. "Kita sudah atur semua, bagaimana prosedurnya, bagaimana komunikasi supaya bila terjadi pelanggaran bisa diselesaikan dengan baik," ujarnya. Dalam prosedurnya itu, sambung Djoko, telah dijelaskan secara teknis, bila ada yang melanggar pertama diberi peringatan bahwa kapal yang bersangkutan telah masuk wilayah perairan Indonesia atau Malaysia. Setelah itu disebutkan titik koordinat sekian, sehingga ada yang namanya dispute area atau wilayah terluar suatu perairan suatu negara.
Diakui Djoko, saat ini memang ada kerjasama military to military antara RI dan Malaysia, termasuk goverment to goverment. "Kalau military to military setiap tahun, tapi pemerintah to pemerintah itu dua tahun sekali dan ujung tombaknya ada di Menteri Luar Negeri," pungkasnya. (zal/Rez)

Peraih Academy AWard Puji Laskar Pelangi : Neskutecny!

Rabu, 20/05/2009 17:13 WIB
Eddi Santosa - detikNews
Riri, Salim, Jiri dan peminat (es/detikcom) Praha - Neskutecny, luarbiasa! Mengawali Festival Film Indonesia (FFI) di Praha, Ceko, film Laskar Pelangi langsung banjir apresiasi hangat dari para pemerhati film di Ceko. Tokoh senior perfilman Ceko, Jiří Menzel, merasa hormat dan bangga atas film ini. Jiri Menzel, seorang sutradara masyhur Ceko peraih Academy Award (1967) kategori The Best Foreign Language Film untuk film karyanya, Closely Watched Trains, bahkan memberi dukungan penuh dan bersedia menjadi patron untuk festival film bertajuk Retrospeksi Film Riri Reza ini. Menzel yang memberi sambutan singkat, dengan artikulasi bahasa agak menurun karena usia dan kesehatan, memuji film karya Riri Reza yang mengambil latarbelakang Belitong itu sarat dengan nilai, pertentangan idealisme dan sarkasme hidup di Indonesia, dengan dukungan audio visual begitu kuat dalam seluloid berformat 35mm.
Pembukaan FFI di City Library Hall Praha (19/5/2009) dipadati kalangan diplomat asing di Praha, para pemerhati film, media setempat, mahasiswa akademi perfilman dan beberapa eks Mahasiswa Ikatan Dinas Luar Negeri (Mahid) era Presiden Soekarno.
"Mereka antusias. Seluruh kursi City Library Hall berkapasitas 300 orang ini terisi penuh oleh para peminat film di Ceko, terutama para sineas dan mahasiswa perfilman" ujar Korfungsi Pensosbud Azis Nurwahyudi sambil menyeka keringat.
Film, Intim
Dubes RI Prof. Dr. Salim Said, dalam pengantarnya menjelaskan bahwa FFI ini adalah kali ketiga digelar oleh KBRI Praha, dan menjadi bagian dari rangkaian kegiatan promosi dan diplomasi kebudayaan Indonesia di Ceko, untuk memupuk saling pengertian, kerjasama dan keintiman antara kedua bangsa. "FFI kali ini mengambil tema khusus karya-karya Riri Riza yang sudah mendapat pengakuan internasional, karena mampu bersaing dengan karya para sineas asing," papar Salim, Dubes RI yang namanya lekat sebagai kritikus film, kebudayaan dan juga pengamat militer. Lebih lanjut Salim menjelaskan posisi sineas hebat Ceko, Jiří Menzel, yang menjadi jaminan dan referensi atas keunggulan film-film besutan sineas muda Riri Reza.
FFI di Praha ini terselenggara dengan menggandeng Direktorat Film Debudpar, Miles Production, Sabila Center for Competitiveness, Kompas Gramedia, Nu Green Tea, Imeco, Binus University dan Jamsostek. Jadwal selengkapnya: (19/5, Pembukaan) Laskar Pelangi/Duhove Oddily; (20/5) Gie; Eliana, Eliana; (21/5) Petualangan Sherina/Sherinino Dobrodruzstvi; Untuk Rena/Draha Rena; 3 Hari Untuk Selamanya/3 Dny Navzdy. (es/es)

Prof. Dr. Francois Raillon : PANCASILA LANDASAN KUAT DEMOKRASI MASYARAKAT MAJEMUK

Jumat, 29/05/2009 07:15 WIB
Eddi Santosa - detikNews
Praha - Indonesia contoh negara yang berhasil menjalankan proses demokratisasi. Ini berkat landasan Pancasila, falsafah yang digali dari kebudayaan sendiri. Hal itu dikemukakan Prof. Dr. Francois Raillon, ahli keindonesiaan dari Center Asie du Sud-Est, Paris, dalam seminar bertitel The Elections and Democratization in Indonesia: Comparative Perspective di Czech Academy of Science, Praha (28/5/2009). Menurut Raillon, setelah terjadi reformasi 1999, Indonesia yang penduduknya majemuk dengan cepat berkembang menjadi negara demokratis baru, meskipun perkembangan demokrasi di Indonesia itu mengalami banyak tantangan. "Kemunculan Indonesia sebagai negara demokrasi baru tersebut didukung oleh adanya landasan menuju sistem tersebut, yakni Pancasila," tandas Raillon. Dikatakan bahwa falsafah ini berakar kuat dari kehidupan masyarakat di desa-desa di Indonesia yang tidak hirarkis, kemampuan untuk mengubah berbagai gagasan yang beda dan diintegrasikan dalam nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Sementara itu PhDr. Jan Bures dari Charles University, Praha, menilai bahwa ada kesamaan antara Ceko dan Indonesia dalam proses peralihan menuju negara demokrasi. Kesamaan itu antara lain karena ada faktor menentang rejim yang berkuasa dalam kurun waktu lama, dan ada peran tokoh nasional, yang didukung para pemuda untuk melawan rejim lama. Bures juga menerangkan proses peralihan menuju demokrasi di Ceko yang berjalan dengan damai di 1989.
Diragukan
Pada mulanya Indonesia diragukan bisa muncul sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia seperti sekarang. "Karena dianggap tidak memiliki cukup persyaratan menuju negara demokratis," papar pembicara dari Indonesia, Prof. Dr. Mohtar Masoed. Tapi, lanjut Masoed, walaupun demokratisasi di Indonesia dianggap oleh sebagian orang sebagai non performing dan mengalami derajat kepercayaan sangat rendah, namun pada kenyataannya Indonesia mampu menegakkan sistem demokrasi. Masoed menegaskan bahwa meskipun saat ini masih terdapat banyak kelemahan, masalah dan tantangan, namun pemerintah Indonesia tidak akan kembali ke rezim otoriter. Dubes RI Salim Said dalam sambutannya mengatakan bahwa seminar hasil kerjasama KBRI Praha dengan Center of Global Studies - Charles University ini bertujuan untuk mempromosikan Indonesia di kalangan kaum intelektual Ceko, agar mereka lebih mengenal Indonesia. Ini merupakan seminar tentang Indonesia edisi ketiga di bawah Salim. Seminar yang dibuka oleh Direktur Center of Global Studies Dr. Marek Hrubec ini hadiri oleh sejumlah duta besar negara sahabat di Praha, para peminat keindonesiaan, termasuk Prof. Dr. Bernard Dahm, indonesianis dari Jerman. (es/es)

Demokrat Evaluasi Anggota Koalisi

Demokrat Evaluasi Anggota Koalisi
By redaksi
Rabu, 27-Mei-2009, 08:12:46 302 clicks
JAKARTA - Baru beberapa hari umur koalisi, Partai Demokrat mulai mempertanyakan komitmen partai pendukung.
Sebab, para partai pendukung itu sudah melakukan manuver di DPR yang memusingkan kubu SBY. Realitas politik yang mengecewakan Demokrat tersebut muncul dalam pengambilan keputusan hak angket terhadap pelanggaran hak konstitusional warga negara untuk memilih. Secara mengejutkan, FPPP dan FPAN yang secara resmi menjadi anggota koalisi SBY ternyata ikut menyetujui penyelidikan terhadap carut-marutnya daftar pemilih tetap (DPT) pemilu legislatif lalu. Bukan hanya itu, Demokrat juga mempertanyakan komitmen PKB. Saat voting, mayoritas suara anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB), termasuk Ketua FKB Effendy Choirie, juga menyepakati penggunaan hak angket. “Kami kecewa pada PPP, PAN, dan PKB,” ujar Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) Syarief Hasan setelah sidang paripurna DPR, Selasa (26/5). Dengan nada menyindir, dia menyampaikan bahwa peristiwa tersebut merupakan pelajaran berharga bagi Demokrat. Sebab, koalisi harus diikat dengan komitmen, bukan sekadar kepentingan. “Demokrat akan mengevaluasi ini. Saya segera melaporkan kepada Ketum (Hadi Utomo-red) bagaimana kondisi koalisi sekarang, termasuk koalisi ke depan,” ujarnya. Khusus menyangkut FKB, Syarief mengaku sudah mengklarifikasi langsung kepada Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang juga wakil ketua DPR. Dalam paripurna kemarin, Muhaimin menjadi pemimpin sidang. “Beliau janji segera berkonsolidasi,” tutur Syarief. Meski SBY dan JK sudah pecah kongsi, Demokrat juga kecewa pada Golkar yang ikut mendukung hak angket. Syarief menyatakan, saat ini, posisi politik di parlemen, Golkar tetap berkoalisi dengan Demokrat. “Katanya ingin terdepan mendukung pemerintahan sampai selesai, ternyata tidak konsisten,” kritiknya. Karena tidak tercapai kesepakatan, keputusan diambil melalui voting. Hasilnya, di antara 203 wakil rakyat yang hadir, 129 orang menyetujui, 73 orang menolak, dan satu orang memilih abstain. Seorang yang abstain itu adalah Muhaimin Iskandar. Sikap Muhaimin tersebut juga tak luput dari kritik kubu Demokrat. “Seharusnya dia (Muhaimin-red) juga menentukan pilihan,” tegas Syarief. Bila dirinci, fraksi yang total mendukung angket adalah FPG (34), FPDIP (58), FPPP (11), FPAN (3), dan FBPD (6). Ada pun, PKB terbelah tiga. Enam belas anggotanya yang hadir ikut mendukung, sedangkan Saifullah Maksum bersikukuh tidak setuju. Muhaimin yang sedang memimpin sidang spontan menambahkan, “Satu lagi abstain,” ujarnya lantas tersenyum. Dinamika di FKB itu termasuk menarik. Sebab, sikap resmi fraksi tersebut awalnya menolak hak angket. Sebagai gantinya, mereka menawarkan hak interpelasi. “Hak interpelasi bisa dipertimbangkan, dengan alasan lebih cepat dan efektif. Kami beri keleluasaan kepada pemerintah untuk menjelaskan sejelas-jelasnya,” tutur Jubir FKB Saifudin Zuhri Al Hadi. Fraksi yang juga terbelah saat voting adalah PDS. Meski sikap resmi fraksinya menolak, ada seorang anggotanya yang setuju dan dua orang menolak. Fraksi yang bulat menolak adalah FPD (43), FPKS (21), dan FPBR (5). Ketua FPPP Lukman Hakim Syaifuddin menyampaikan, pihaknya sama sekali tidak berniat memolitisasi hak angket. Menurut dia, penggunaan hak angket semata-mata ditujukan untuk perbaikan DPT, terutama menjelang pelaksanaan pilpres. “Sama sekali tidak berkaitan dengan pilpres, capres, atau cawapres,” tegasnya. Anggota FPAN Zulkifli Halim menyatakan, pemerintah memiliki andil besar terhadap ketidakakuratan DPT untuk pemilu legislatif 9 April lalu. Padahal, pemutakhiran data pemilih telah memakan anggaran besar. “Yang harus bertanggung jawab bukan hanya KPU, melainkan juga pemerintah. Sebab, pemerintah, dalam hal ini Depdagri, memilik andil signifikan. KPU mengambil input data untuk DPT dari Depdagri,” katanya. Pandangan senada disampaikan anggota FPG Joseph T.H. Pati. Menurut dia, KPU memang belum sungguh-sungguh melaksanakan amanat UU Pemilu No 10/2008 khusus menyangkut pemutakhiran data pemilih. Dia mencontohkan fakta bahwa parpol belum menerima salinan daftar pemilih sementara (DPS) dari KPU. Padahal, itu menjadi bagian penting untuk tersusunnya DPT yang valid. “KPU diduga telah membiarkan tidak validnya data pemilih,” jelasnya. (jpnn)

Caleg Sumbang Dana Kampanye Terbesar

By redaksi
Kamis, 28-Mei-2009, 07:56:10 218 clicks
SERANG - Calon anggota legislatif (caleg) memiliki andil paling besar dalam menyumbang dana kampanye masing-masing parpol. Berdasarkan data akuntan publik independen yang melaksanakan audit terhadap rekening dana kampanye parpol peserta pemilu, sumbangan caleg menjadi sumber utama pemasukan dana kampanye. Sumbangan caleg ini besarnya sangat variatif. Ada caleg yang menyetorkan bernilai jutaan, ratusan juta hingga ada juga yang mencapai miliaran rupiah. Uang yang mereka sumbangkan kepada parpol itu masuk dalam dua kategori, pemasukan kas dan pemasukan nonkas. Pemasukan kas itu masuk dalam sumbangan dana kampanye yang dilakukan pada awal-awal masa pendaftaran caleg. Sementara pemasukan nonkas itu dilakukan saat tahapan kampanye mulai bergulir. Hasil audit dana kampanye itu juga menunjukkan bahwa dana kampanye masing-masing parpol tersedot untuk mobilisasi massa saat kampanye terbuka. Mulai dari pengerahan massa, penyewaan angkutan umum, tenda, dan sebagainya. Sementara untuk biaya iklan di media cetak dan elektronik tidak terlalu besar.
Anggota Panwaslu Banten Ahmad Taufik mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap hasil audit dana kampanye parpol itu memang diketahui bahwa penyumbang dana kampanye terbesar berasal dari setoran para caleg. “Hal itu dapat dipahami karena memang parpol punya aturan teknis agar caleg dapat menyumbangkan dana ke parpol untuk kepentingan kampanye,” ujar Taufik saat dihubungi Radar Banten, Rabu (27/5). Taufik menegaskan, seharusnya masing-masing penyumbang (caleg) itu harus diumumkan kepada publik sehingga masyarakat tahu siapa penyumbang terbesar. “Seharusnya diumumkan di media massa hasil audit dana kampanye ini,” imbuhnya. Hal senada juga dikatakan peneliti utama politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Lili Romli. Kata Lili, alur dana kampanye parpol harus jelas. “Karena itu ada kewajiban agar KPU dapat mengumumkan kepada publik. Biar semuanya jelas dan transparan,” pungkasnya. Lili menambahkan, pengumuman itu penting agar tidak menimbulkan kecurigaan dan menepis dana haram dalam pemilu. Data yang dihimpun Radar Banten dari hasil audit dana kampanye, Partai Hanura mengumpulkan dana kampanye sebesar Rp 13.090.274.612 yang berasal dari penerimaan kas dan penerimaan nonkas. Penerimaan dari kas sebesar Rp 1.090.511.000 yang berasal dari sumbangan caleg Rp 1.011.161.000, parpol Rp 65.350.000, dan sumbangan perorangan Rp 14.000.000. Sementara penerimaan dari nonkas, Hanura mendapatkan suntikan dana sebesar Rp 11.999.763.612 yang berasal dari sumbangan caleg sebesar 9.314.233.612, penghasilan lain Rp 1.808.720.000, sumbangan perorangan Rp 554.000.000, dan sumbangan parpol Rp 322.810.000. Hanura masih menyisakan saldo kampanye sebesar Rp 170.306.130. Sementara dana kampanye pemenang pemilu yakni Partai Demokrat hanya Rp 5.728.757.500. Dana itu diperoleh dari sumbangan perseorangan yang dikumpulkan DPC Demokrat kabupaten/kota sebesar Rp 14.250.000. Demokrat pun masih menyisakan saldo kampanye Rp 4.975.000. Dana kampanye Partai Golkar juga hamper sama dengan Demokrat, yakni Rp 4.943.181.814. Sumber dana kampanye Partai Golkar itu berasal dari DPD Golkar Banten yang diperoleh dari DPP Golkar sebesar Rp 1.672.861.320 dan Golkar kabupaten/kota sebesar Rp 4.568.181.814. Saldo masih ada Rp 506.909.578. Setelah Golkar, di bawahnya ada PDIP yang mengumpulkan dana kampanye sebesar Rp 3.510.055.116 yang berasal dari DPD PDIP provinsi Rp 662.491.149 dan DPC PDIP kabupaten/kota sebesar Rp 2.847.563.967. Dana kampanye sebesar itu juga masih tersisa Rp 104.964.891. Pada bagian lain, dana kampanye PKS sebesar Rp 2.729.534.506 yang berasal dari saldo awal Rp 57.032.545 dan penerimaan nonkas yang terdiri dari sumbangan parpol Rp 638.408.943, sumbangan caleg Rp 1.633.617.300, sumbangan perseorangan Rp 446.813.500. PKS masih menyisakan saldo kampanye Rp 25.985.265. (alt)

Gubernur Banten Atut Siap Kampanye Untuk JK-WIN

By redaksi
Jumat, 29-Mei-2009, 07:54:43 7 clicks
PDIP Minta Jaga Netralitas
SERANG – Menjelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres), 2 Juni mendatang, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang juga fungsionaris DPP Partai Golkar menyatakan siap untuk berkampanye bagi pasangan calon presiden (capres) Jusuf Kalla dan calon wakil presiden (cawapres) Wiranto. “Tapi saya belum ditunjuk dan belum ada permintaan. Mungkin nanti dalam rapat (DPP-red) akan ada kepastiannya,” ungkap Atut usai berdialog dengan Pansus DPR RI yang membahas RUU Kawasan Ekonomi Khusus (KEK-red) di Pendopo Pemprov Banten, kemarin (28/5). Kesiapan untuk berkampanye bagi pasangan JK-WIN, kata Atut, merupakan konsekuensi langsung dirinya sebagai pengurus di jajaran DPP Partai Golkar yang juga dipimpin JK sebagai ketua umum. “Yang pasti tidak akan mengganggu tugas-tugas sebagai kepala daerah. Makanya jadwal kampanye saya nanti akan disesuaikan waktunya. Biasanya nanti keluar juga ketentuannya, seperti saat kampanye Pemilu Legislatif, yang hanya mengizinkan kepala daerah cuti kampanye 1 hari kerja, sisanya harus hari libur” terang Wakil Bendahara DPP Partai Golkar ini. Perihal partai politik lain, seperti PDI Perjuangan, yang ikut mengusung dirinya pada saat Pemilihan Gubernur Banten tahun 2006 silam, Atut mengungkapkan, parpol tersebut akan maklum. “Jika ada putaran kedua dan Bu Mega masuk maka saya akan kampanye untuk Bu Mega,” ujar Atut. Dia juga mengaku belum memastikan bakal kampanye di wilayah mana. “Namun akan lebih bijak jika saya berkampanye di luar Banten,” katanya.
Terkait sikap Atut itu, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Ananta Wahana mengungkapkan bahwa hendaknya Atut selaku Gubernur menjaga netralitasnya. “Karena selain jabatan politik, Gubernur juga merupakan Ibu bagi semua. Dan jangan lupa bahwa beliau itu diusung banyak parpol, termasuk PDI Perjuangan,” terang Ananta yang dihubungi semalam. Namun, Ananta tak dengan tegas menyatakan keinginan agar Atut tidak berkampanye untuk JK-WIN. “Soal itu ya haknya Bu Atut. Tapi alangkah lebih baiknya menjaga kesinambungan dan hubungan baik dengan parpol lain yang mengusungnya. Harus diingat bahwa yang pertama kali mengusung Bu Atut pada saat Pilkada dulu kan PDIP,” ujar Ananta. (esl)


Discussion
Latest Post
Latest Response

E-Paper


Link




Gubernur Jangan Dipilih Rakyat

Banyaknya permasalahan dalam pelaksanaan otonomi daerah perlu segera diperbaiki. Salah satunya mengepras tingkatan birokrasi administrasi yang dianggap terlalu panjang. Selain itu, keberanian kepala daerah berinovasi juga menjadi salah satu kuncinya. Topik tersebut dibahas dalam seminar nasional bertajuk Menata Kembali Desentralisasi: Apa Agenda Berikutnya” di The Empire Palace Surabaya kemarin. Seminar itu menghadirkan pembicara Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad, Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi, dan Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal Depkeu Askolani. Dari dialog kemarin disimpulkan bahwa pelaksanaan desentralisasi perlu ditata kembali. Salah satunya menentukan arah baru hubungan pusat dengan daerah untuk meningkatkan kinerja pemda. Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi lebih banyak menyoroti masalah tidak efektifnya keberadaan gubernur. Menurut dia, jika ada daerah yang berhasil, bukan karena provinsi yang berperan besar. Sebab, ada kewenangan bupati dan wali kota yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dia menegaskan, peran provinsi terlalu kecil. Semua perizinan ada di kabupaten/kota kecuali yang lintas wilayah. Karena itulah, peran provinsi selama ini hanya mengoordinasikan. Padahal, menemukan sosok gubernur mengeluarkan biaya yang tidak kecil.
Dia mencontohkan pemilihan gubernur Jatim yang memakan anggaran Rp 800 miliar untuk posisi yang kewenangannya kecil. “Saya menyarankan gubernur dihapus saja. Sumbar bisa diberlakukan yang pertama,” tuturnya yang disambut tepuk tangan peserta. Namun Gamawan kemudian memperlunak usulnya dengan mengatakan, bahwa lebih baik gubernur ditunjuk presiden. Karena, undang-undang menyebut gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Selanjutnya, gubernur menjadi perwakilan pusat di daerah untuk meminimalkan tumpang tindih kewenangan provinsi dan daerah. Salah satu contohnya, sekolah internasional menjadi kewenangan provinsi. Tapi, guru di bawah kendali kabupaten/kota. Selain itu juga mempermudah verifikasi RAPBD yang selama ini dilakukan pusat, padahal jumlahnya sangat banyak. “Sebenarnya itu cukup dilakukan di provinsi,sebagai wakil pusat,” katanya. Agenda selanjutnya adalah meluruskan kembali penyempurnaan undang-undang pemda. Selain itu, perlu batasan yang tegas antara kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintahan. Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad mengatakan, ukuran kinerja pemda harus terlihat. Dia mencontohkan ada gubernur yang mengklaim telah berhasil membangun daerahnya. Untuk membuktikan hal itu, indikatornya tentu saja bukan pembangunan gedung dan sebagainya. Menurut dia, seharusnya tolok ukurnya adalah human development index (HDI). “Kalau tidak ada itu, tidak ada gunanya,” katanya.
Fadel mengatakan, untuk mengukur otoda harus ada variabel. Salah satunya kapasitas manajemen. Menurut dia, 45,5 persen keberhasilan ditentukan oleh kemampuan manajemen pemda. Selain itu, pengaturan budaya organisasi di lingkungan pemerintahan menjadi salah satu variabel yang porsinya mencapai 20 persen. “Bayangkan jika tidak ada budaya birokrasi. Seperti bekerja dengan taat,” tuturnya.
Pria yang telah berkali-kali mendapat penghargaan itu bahkan menegaskan bahwa dari variabel tersebut, yang terpenting adalah kapasitas manajemen. Sebab, hal itu menyangkut pengelolaan keuangan, sumber daya aparatur, dan penggunaan teknologi informasi.
Hanya, ada kekurangan yang harus diperhatikan dan dibenahi. Salah satunya pengelolaan keuangan daerah sering tidak maksimal, baik itu disebabkan penyerapan yang minim ataupun sasaran yang tidak tepat. Meski demikian, pemerintah pusat tetap mengucurkan dana dengan nilai serupa, bahkan lebih tinggi pada tahun berikutnya.
Menurut Fadel, seharusnya uang itu diberikan dengan jumlah lebih besar kepada daerah yang benar-benar bisa mengelolanya. “Seperti yang dilakukan pada manajemen perusahaan. Kalau laporannya kurang lengkap, dananya dikurangi,” ucapnya.
Dia menambahkan, dalam era otoda kepala daerah harus berani berinovasi dalam mengembangkan daerahnya. Salah satu yang dia lakukan di Gorontalo adalah tidak membeli mobil dinas untuk eselon III. Mobil dinas disewa dari pihak ketiga. Ternyata, cara tersebut bisa menghemat hingga 60 persen. Sebab, instansi daerah tidak mengurus perawatan mobil.
Uang penghematan itu dikumpulkan dan dijadikan sebagai bonus bagi pegawai yang berprestasi. “Istilahnya TKD, tunjangan kinerja daerah,” ucapnya. Dia mengakui bahwa kebijakan itu sempat ditegur Men PAN (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara). Tapi, ada aturan yang menyatakan bahwa kepala daerah berhak mengeluarkan kebijakan yang menyejahterakan rakyatnya dan akhirnya dibolehkan.
Menurut Fadel, desentralisasi perlu membuat arah baru. Salah satunya mengelola pemda seperti halnya korporasi. Bedanya, kalau korporasi mengeluarkan produk yang dijual dan mendapat deviden untuk kepentingan pribadi. Sedangkan birokrasi adalah public service, yang menjual social goods. “Devidennya dalam bentuk kepercayaan,” ujarnya.
Di bidang penggunaan anggaran, daerah juga masih menghadapi kendala. Salah satunya pola belanja anggaran pusat yang dilimpahkan ke daerah lebih dominan ke konsumsi, bukan investasi. “Seperti untuk belanja pegawai dan barang,” kata Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal Depkeu Askolani. Bahkan, lanjut dia, banyak daerah yang dananya belum dibelanjakan. Padahal, pusat telah memolakan pembagian dananya dalam hitungan defisit. Tapi, dana yang ada tidak dioptimalkan untuk pembangunan. Buktinya, setiap tahun selalu ada surplus.
Askolani menilai, kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan otonomi daerah antara lain, adanya benturan peraturan pusat dan daerah, perbedaan pandangan mengenai kewenangan, dan multitafsir dalam mengimplementasikan kebijakan. “Salah satu jalan keluarnya adalah komunikasi untuk memperbaiki kebijakan yang ada sekarang,” jelasnya. (jpnn)

Selasa, 26 Mei 2009

Rp. 45 Juta Untuk Sewa Pengacara

By redaksi
Rabu, 27-Mei-2009, 08:07:03 9 clicks
Dampingi KPU Kota Tangerang
TANGERANG - Lima anggota KPU yang dinyatakan tersangka dalam kasus penggelembungan suara, belum memiliki kesamaan persepsi soal kuasa hukum. Anggota KPU Kota Tangerang mengaku belum mengetahui siapa kuasa hukum yang akan mendampingi mereka dalam menjalani masa persidangan mendatang. Sebelumnya, M Ibadi, yang disebut sebagai pengacara Ketua KPU Kota Tangerang mengklaim juga merupakan kuasa hukum seluruh anggota KPU Kota Tangerang. M Ibadi juga mengaku akan meminta pengacara tambahan dalam kasus ini.
Anggota KPU Kota Tangerang, Baehaqi MA mengaku belum menerima konfirmasi apapun dari Ketua KPU Kota Tangerang Imron Khamami berkaitan dengan penetapan M Ibadi sebagai pengacara KPU. Untuk menyewa pengacara sendiri, Baehaqi beserta anggota KPU lainnya mengaku belum memiliki anggaran. “Wah, yang saya tahu Ibadi itu pengacara Ketua KPU. Soalnya saat pemeriksaan tanggal 15 Mei lalu, Ibadi mengaku mendampingi Ketua KPU. Padahal yang diperiksa penyidik semua anggota KPU. Saya juga belum mendapat konfirmasi apakah benar Ibadi itu jadi pengacara KPU Kota karena belum ada pleno untuk itu,” papar Baehaqi. Anggota KPU, Namun Kosasih yang dimintai komentarnya enggan memberikan penegasan terkait kesiapan pengacara untuk melakukan pembelaan kepada anggota KPU di pengadilan. “Kalau soal Ibadi saya belum tahu. Mungkin dua hari ke depan ada keputusan. Saya belum dapat pengacara,” kata Namun Kosasih. Sementara itu, Ketua KPU Kota Tangerang Imron Khamami mengatakan, anggaran yang dimiliki KPU hanya sebesar Rp 45 juta untuk menyewa pengacara. Dikatakan, penambahan pengacara masih akan menunggu pembicaraan dengan seluruh anggota KPU Kota Tangerang. “Anggaran untuk menyewa pengacara diambil dari pos anggaran jasa. Besarannya hanya Rp 45 juta,” kata Imron. (cr-5)

Hakim Harus Netral Dalam Tangani Kasus

By redaksi
Selasa, 26-Mei-2009, 07:53:43 19 clicks
PANDEGLANG – Sedikitnya 30 orang warga yang mengatasnamakan Forum Masyarakat Peduli Hukum (FMPH) mendatangi kantor Pengadilan Negeri (PN) Pandeglang, Senin (25/5). Mereka meminta hakim bersikap netral dalam menangani kasus. Kedatangan tokoh masyarakat yang dipimpin Saris Priada didampingi Yayat Harsat, Edi Suhaedi, Akhmad Baehaki, Asep Saepudin dan beberapa tokoh lainnya langsung menemui pimpinan pengadilan. Mereka ditemui Wakil Ketua PN Pandeglang yang juga Ketua Majelis Hakim perkara suap Yapi SH. Puluhan massa FMPH langsung menggelar audiensi di Aula PN Pandeglang. “Kami kecewa dengan putusan pengadilan yang memvonis bebas HM Acang. Karena sangat tampak kesalahan yang telah dilakukannya,” ujar Yayat Hasrat saat dialog. Vonis bebas yang telah dijatuhkan, lanjutnya, sama sekali tidak adil. Hakim sama sekali tidak melihat fakta yang sebenarnya terjadi di lapangan. “Keyakinan hakim dalam memutuskan perkara itu sangat tidak realistis. Tetapi cenderung berpihak dengan dalih keyakinan,” katanya. Senada dikatakan Akhmad Baehaki. Anggota DPRD Pandeglang yang juga saksi dalam perkara suap ini menilai, niat hakim dalam penegakan hukum masih kecil. Keterangan sejumlah anggota DPRD yang menerangkan adanya kasus suap sama sekali tidak dijadikan acuan. Padahal isu yang terjadi di masyarakat, dengan fakta persidangan sangat relevan. “Saya prihatin dengan sikap majelis. Sebab kalau ditelusuri, tidak akan ada peristiwa yang berdiri sendiri,” ungkapnya. Menanggapi hal ini, Yapi membantah tidak bersikap netral. Kita dia, vonis bebas yang telah dijatuhkannya kepada terdakwa sesuai dengan fakta persidangan. “Saya tahu betul, risiko jika tidak bersikap netral. Karenanya setiap keputusan yang saya lakukan itu berdasarkan fakta persidangan dan keyakinan saya. Bukan intervensi dari pihak luar. Tapi sudah-lah karena hukum bisa diperdebatkan,” ujarnya. (zis)

Perlu Koordinasi Pendukung Koalisi

By redaksi
Selasa, 26-Mei-2009, 07:57:08 4 clicks
SERANG - Menjelang pemungutan suara Pemilu Presiden, 8 Juli mendatang, koordinasi antarparpol peserta koalisi menjadi bagian penting. Koordinasi itu untuk memantapkan langkah-langkah kemenangan pasangan calon presiden/calon wakil presiden yang diusung parpol peserta koalisi. Ketua Dewan Tanfidz DPW Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) Ali Nurdin menegaskan, koordinasi itu menjadi bagian proses politik yang tak terelakkan. “PKNU sudah jelas mendukung pasangan JK-Wiranto bersama dengan parpol lain. Oleh karena itu, perlu ada koordinasi dengan parpol lain yang juga mengusung pasangan ini,” ujar Ali Nurdin, Senin (25/5).
Pasangan JK-Win diusung Partai Golkar dan Hanura. Pasangan ini sudah membentuk berbagai tim sukses untuk kemenangan pasangan ini. “Saya kira selain tim sukses yang sudah dibentuk berbagai elemen, perlu antarparpol, peserta koalisi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota melaksanakan koordinasi,” ujarnya.
SBY-Boediono
Sementara itu, di Kabupaten Tangerang juga telah terbentuk tim sukses pemenangan capres/cawapres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono. Partai-partai koalisi pendukung pasangan capres dan cawapres ini menyepakati Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Tangerang HA Subadri dan Ketua DPD PKS Kabupaten Tangerang H Ruhamaben memimpin tim sukses. HA Subadri didaulat sebagai ketua dan H Ruhamaben sebagai sekretaris.
“Tim sukses untuk kemenangan SBY-Boediono di Kabupaten Tangerang telah terbentuk pada Sabtu (23/5) lalu. Partai-partai koalisi menyepakati saya sebagai ketua dan Pak Ruhamaben sebagai sekretaris,” ujar Badri, sapaan HA Subadri, Minggu (24/5) malam. Badri mengatakan, para pimpinan partai politik berkomitmen seluruh kekuatan mesin partai akan digerakkan untuk memenangkan Pilpres 8 Juli mendatang. Badri menginformasikan, dalam pertemuan pembentukan tim sukes yang digelar di sebuah restoran dihadiri partai-partai pendukung, yakni Partai Demokrat, PKS, PPP, PAN, PBR, dan PKB. “Dalam pertemuan lanjutan nanti, Insyaallah akan dihadiri 24 partai koalisi,” ungkap Badri yang meyakini pasangan SBY-Boediono akan memenangkan pertarungan Pilpres mendatang. (dai)

Dukungan PKS pada SBY Tak Solid

By redaksi
Selasa, 26-Mei-2009, 07:55:48 13 clicks
JAKARTA – Wakil Ketua DPP PKS Zulkiflimansyah menyatakan, dukungan politik PKS ke SBY masih kurang solid. Menurutnya, Selain mendukung duet Megawati-Prabowo, sebagian kader partai dakwah itu juga memberikan dukungan politik pada pasangan JK-Wiranto. “Sebagian kader PKS, hatinya masih mengarah pada JK-Wiranto. Alasannya, istri dari kedua pasangan ini (Mufidah Kalla Rugaya Wiranto-red), sangat serderhana dan berjiblab,” Ujar Wakil Fraksi PKS Zulkieflimansyah saat diskusi Pilpres 2009 dan Dilema Sistem Presidensial di Balai Kartini, Jakarta , Senin (25/5). Kata dia, di akar rumput berpengaruh besar, duet JK-Wiranto juga mendapatkan penerimaan publik yang cukup signifikan saat melakukan kunjungan ke beberapa daerah. “PKS sekarang semakin membesar, tidak semua bisa dikontrol. Kalau kader PKS mungkin saja bisa dikontrol, tapi kalau pemilih tidak mungkin. Pemilih PKS sendiri jauh lebih besar dari kader. Kader PKS jumlahnya 3 jutaan sedangkan pemilih 28 juta.” Terang pria yang akrab dipanggil Zul ini.
Zul menyatakan, pihaknya tidak bisa melarang jika pemilih PKS hadir dan membawa bendera PKS dalam deklarasi Mega-Prabowo, karena siapa saja bisa membawa bendera PKS. “Kalau harus membelot nggak mungkin, tapi kalau simpatisan atau pemilih bisa saja. Karena itu tugas dari DPP, memberikan rasionalitas pada pemilih kenapa harus memilih SBY-Boediono,” ujar mantan calon Gubernur Banten ini. Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Bima Arya, adanya kader PKS yang masih bersimpati mendukung pasangan JK-Wiranto, karena kedua istri pasangan ini mengenakan jilbab, memperkuat isu adanya keraguan simpatisan PKS terhadap keislaman Boediono. “Hal ini menunjukan ada asumsi bahwa Boediono tidak mereferensikan umat Islam masih ada di internal PKS,” ujarnya Karena itu, kata Bima, Boediono harus mampu turun ke basis PKS, sebagai bentuk komunikasi isu yang berkembang di internal PKS. “Boediono harus membangun komunikasi dengan PKS dan partai Islam. Kalau komunikasi tidak ada, militansi koalisi membela SBY-Boediono akan jadi lemah,” ujarnya. (mg-02)

Kepala Daerah Harus Bersikap Netral

By redaksi
Selasa, 26-Mei-2009, 07:55:23 7 clicks
Netralitas TNI, adalah Harga Mati
SERANG – Ketua Pokja Sosialisasi dan Kampanye KPU Kota Serang dr Yuliana Mardhotillah menegaskan, kepala daerah harus bersikap netral pada Pemilihan Presiden, Juli mendatang, mengingat kepala daerah harus menjalankan fungsi sebagai pelayan publik.
“Kalau kita melihat sepintas, ketidaknetralan dari kepala daerah yang juga sebagai pejabat Negara, terjadi karena konsekuensi dari jabatannya itu sendiri yang memiliki dua kapasitas,” ulas Yuliana, Senin (25/5). Diterangkan, dua kapasitas itu, yakni sebagai pejabat publik yang harus bersikap netral sementara di posisi lain ada pejabat privat yang mungkin memiliki kepentingan dalam Pemilu. Untuk itu, ia mengimbau kepala daerah untuk menjaga netralitas.
Diketahui, beberapa kepala daerah yang sudah menyatakan siap menjadi tim sukes capres dan cawapres, yakni Bupati Pandeglang Dimyati Natakusumah dan Walikota Cilegon Tb Aat Syafaat.
Pada bagian lain, di ajang Pilpres 2009 ini sejumlah mantan elit tentara juga terlibat dalm tim sukses capres/cawapres. Menurut Yuliana, beberapa kalangan menilai tentunya mereka memiliki akses yang lebih baik, entah itu kepada TNI secara institusi maupun terhadap intelijen.
Tetapi, lanjut Yuliana, ia berharap sekaligus yakin netralitas TNI dari sisi realitas menjadi harga mati yang tak dapat ditawar-tawar lagi, seperti yang diamanatkan dalam UU Nomor 34 Tahun 2004. “Di dalam UU tersebut dikatakan TNI dalam mereformasi diri sasarannya adalah terciptanya TNI yang tak terlibat politik praktis, taat hukum, sejahtera, dan profesional,” urainya. (cr-2)

Wahidin Halim Belum Bersikap Soal Jurkam Pilpres

By redaksi
Selasa, 26-Mei-2009, 08:05:51 30 clicks
Walikota Tangerang Wahidin Halim mengaku dirinya belum mendapatkan tawaran dari partai politik untuk jadi juru kampanye dalam pemilu presiden mendatang. Wahidin mengatakan, dirinya bukan merupakan kader partai. Meski demikian dalam Pilkada Kota Tangerang lalu, penggagas Perda anti pelacuran dan Miras di Kota Tangerang ini, diusung oleh puluhan Partai Politik. “Belum ada yang nawarin. Saya ini bukan orang Parpol. Lagipula, calonnya (pasangan capres/cawapres-red) juga belum ada yang ditetapkan,” kata Wahidin. Pria yang akrab dipanggil WH ini juga tidak mau berkomentar banyak soal siapa pasangan yang dinilainya akan tampil sebagai pemenang dalam pemilu presiden mendatang. Ditanya soal kemungkinan menjadi jurkam JK-Wiranto, Wahidin malah tersenyum. “Wah, kemarin lo desek gue jadi jurkam SBY. Sekarang jadi Jurkam JK. Bisa aja lo. Belum tau dah siapa yang bakal menang nih,” sahut WH sekenanya. Meski mengaku belum ada tawaran, namun bila partai politik yang tertarik untuk menjadikan Wahidin sebagai jurkam tampaknya harus menyiapkan anggaran yang cukup besar. “Kalau jadi jurkam, tergantung ongkosnya berapa dulu,” kelakar WH di hadapan wartawan.

POSISI JAWARA
Di tempat berbeda, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Lili Romli mengungkapkan mengenai sikap jawara dalam pemilu presiden mendatang. Menurutnya, jawara di Banten tidak akan berdiri dalam satu barisan mendukung salah satu pasangan capres/cawapres. “Jawara akan terpecah-pecah di antara tiga pasangan calon yang ada. Dalam hal ini mereka cenderung pragmatis,” ujar Lili saat dihubungi via telepon genggam, Senin (25/5).
Kata Lili, posisi jawara tetap menjadi penting dalam pilpres sebagaimana pilkada. Kata Lili, jawara sebagai salah satu elemen masyarakat di Banten masih dianggap memiliki pengaruh sehingga kerap dijadikan sebagai basis dukungan pasangan capres/cawapres. “Lantaran itulah jawara akan terpecah-pecah dan menyebar di antara pasangan calon yang ada,” ujarnya. (cr-5/alt)

Minggu, 24 Mei 2009

HASIL AKHIR PEMILU LEGISLATIF 2009

Sumber: KPU
Selasa, 12/05/2009 12:02 WIB
1 Demokrat (31) 21.703.137 20,85%
2 Golkar (23) 15.037.757 14,45%
3 PDIP (28) 14.600.091 14,03%
4 PKS (8) 8.206.955 7,88%
5 PAN (9) 6.254.580 6,01%
6 PPP (24) 5.533.214 5,32%
7 PKB (13) 5.146.122 4,94%
8 Gerindra (5) 4.646.406 4,46%
9 Hanura (1) 3.922.870 3,77%
10 PBB (27) 1.864.752 1,79%
11 PDS (25) 1.541.592 1,48%
12 PKNU (34) 1.527.593 1,47%
13 PKPB (2) 1.461.182 1,40%
14 PBR (29) 1.264.333 1,21%
15 PPRN (4) 1.260.794 1,21%
16 PKPI (7) 934.892 0,90%
17 PDP (16) 896.660 0,86%
18 Barnas (6) 761.086 0,73%
19 PPPI (3) 745.625 0,72%
20 PDK (20) 671.244 0,64%
21 RepublikaN (21) 630.780 0,61%
22 PPD (12) 550.581 0,53%
23 Patriot (30) 547.351 0,53%
24 PNBK (26) 468.696 0,45%
25 Kedaulatan (11) 437.121 0,42%
26 PMB (18) 414.750 0,40%
27 PPI (14) 414.043 0,40%
28 Pakar Pangan (17) 351.440 0,34%
29 Pelopor (22) 342.914 0,33%
30 PKDI (32) 324.553 0,31%
31 PIS (33) 320.665 0,31%
32 PNI M (15) 316.752 0,30%
33 Partai Buruh (44) 265.203 0,25%
34 PPIB (10) 197.371 0,19%
35 PPNUI (42) 142.841 0,14%
36 PSI (43) 140.551 0,14%
37 PPDI (19) 137.727 0,13%
38 Merdeka (41) 111.623 0,11%
39 PDA (36) 0 0,00%
40 Partai SIRA (37) 0 0,00%
41 PRA (38) 0 0,00%
42 Partai Aceh (39) 0 0,00%
43 PBA (40) 0 0,00%
44 PAAS (35) 0 0,00%
Jumlah 104.095.847 100%

Kader Membelot Akibat Elit Parpol Terlalu Dominan

Senin, 25/05/2009 04:16 WIB
Rachmadin Ismail - detikPemilu
Jakarta - Banyaknya kader partai yang 'membelot' dalam pemberian dukungan capres-cawapres tertentu dinilai karena kesalahan elit. Keputusan koalisi diambil semata-mata karena kepentingan, bukan berasal dari aspirasi pendukung. "Terjadi fenomena oligarki elit dalam memimpin partai politik. Keputusan itu diambil semata-mata atas dasar kepentingan elit," kata pengamat politik Syamsudin Haris saat berbincang lewat telepon, Minggu (24/5/2009).Menurut Syamsudin, harus dilakukan langkah-langkah konsolidasi dan sosialisasi bagi kader di tingkat bawah terkait dukungan bagi pasangan capres-cawapres tertentu. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari adanya perpecahan di dalam partai. "Perpecahan yang melanda sebagian partai politik akibat mengentalnya kepentingan elit jangka pendek. Nantinya hal ini akan membuat konstituen bingung dan meninggalkan partai tersebut," pungkasnya. Seperti diketahui, pada deklarasi pasangan Mega-Bowo pada Minggu 24 Mei kemarin di TPA Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, terdapat atribut PAN dan PPP yang berkibar di lokasi. Selain itu, beberapa kader kedua partai tersebut pun tampak memadati lokasi. Padahal DPP PAN dan PPP sudah menegaskan solid mendukung pasangan SBY-Boediono. Hal yang sama terjadi saat pendaftaran pasangan JK-Wiranto ke KPU. Saat itu kader PAN Drajad Wibowo turut hadir mendukung pasangan yang diusung oleh Partai Golkar dan Hanura tersebut. ( mad / van )

Kepala Daerah Tidak Usah Jadi Jurkam

By redaksi
Senin, 25-Mei-2009, 07:59:05 2 clicks
TANGERANG - Kepala Daerah, baik gubernur maupun bupati/walikota, diimbau tidak perlu menjadi juru kampanye (jurkam), pada kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) mendatang. Waktu para kepala daerah lebih baik dimaksimalkan untuk mengurusi kepentingan masyarakat.
Hal itu ditegaskan Ketua DPD II Golkar Kota Tangerang Ebrown Lubuk kepada wartawan terkait kesiapan partai pohon beringin ini menyiapkan jurkam Pilpres di Provinsi Banten. Ebrown menjelaskan, meski beberapa kepala daerah di Banten merupakan kader Golkar, namun dirinya menilai lebih baik para kepala daerah tersebut memikirkan kepentingan daerah yang lebih besar.
“Kader Golkar yang jadi kepala daerah di Banten ini cukup banyak. Karena itu, tidak masalah. Hanya saja, saya melihat kepala daerah tidak perlu lagi ikut-ikutan jadi jurkam. Lebih baik mengurusi kepentingan masyarakat,” kata Ebrown.
Kata dia, mengurusi kepentingan masyarakat dengan benar sudah menjadi kontribusi yang positif dari kepala daerah demi membesarkan Partai Golkar. Ebrown menyebut beberapa kepala daerah yang memang berasal dari Partai Golkar antara lain, Bupati Tangerang Ismet Iskandar, Walikota Tangerang Wahidin Halim, serta Gubernur Banten Rt Atut Chosiyah.
WH Belum Ditawari
Pada bagian lain, Walikota Tangerang Wahidin Halim (WH) mengaku belum mendapatkan tawaran dari partai politik (parpol) untuk mejadi jurkam dalam Pilpres mendatang. Sebagai kepala daerah, Wahidin menegaskan bahwa dirinya bukan kader partai. Dalam Pilkada Kota Tangerang lalu, WH memang diusung puluhan parpol. “Belum ada yang nawarin. Saya ini bukan orang Parpol. Lagipula, calonnya juga belum ada yang ditetapkan,” kata Wahidin. Terpisah, Asda I Pemprov Banten Syaprudin Ismail mengungkapkan bahwa hingga saat ini belum satupun kepala daerah di Banten yang mengirimkan pemberitahuan sebagai jurkam Pilpres. “Belum ada. Mungkin sudah ada yang buat tapi belum dikirimkan,” ujar Syaprudin. Ditanya terkait ajuan dari Gubernur Banten Rt Atut Chosiyah untuk menjadi jurkam, Asda I mengatakan,”Belum.” (cr-5-brp/esl)
By redaksi
Senin, 25-Mei-2009, 07:57:49 2 clicks
SERANG – Memperoleh 7 kursi di DPRD, serta menempati peringkat kedua jumlah perolehan kursi anggota legislatif di Kabupaten Serang, Partai Demokrat dengan mantap berniat meramaikan bursa Ketua DPRD Kabupaten Serang, dengan mengusung salah satu anggota dewan terpilihnya. Hal itu ditegaskan Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Serang Muchyidin Musa saat ditemui usai acara Tasyakuran dan Silaturahmi anggota Partai Demokrat Kabupaten Serang di Hotel Wisata Baru, Minggu (24/5).
“Dalam acara ini, selain kita sesama kader politik bersilaturahmi, kita juga membicarakan tentang pengajuan salah satu anggota dewan terpilih kami untuk maju sebagai ketua dewan Kabupaten Serang periode 2009-2014 mendatang,” ungkapnya.
Berdasarkan acuan, lanjut Musa, kemungkinan dirinya yang akan maju dalam calon ketua dewan dari Partai Demokrat, karena dirinya saat ini menjabat sebagai Ketua DPC Kabupaten Serang. “Mudah-mudahan dalam pemilihan ketua dewan sesama anggota dewan terpilih dari Partai Demokrat bisa satu suara,” lanjutnya.
Dijelaskan Musa, acara tasyakuran dihadiri pula Bupati Serang Taufik Nuriman, Sekretaris DPD Partai Demokrat Banten Aeng Haerudin, Ketua Dewan Pakar Mahyar Musa, dan seluruh Ketua PAC se-Kabupaten Serang. “Beserta anggota terpilih dan anggota dewan yang tidak terpilih, jadi ada sekitar 100 orang yang hadir dalam acara ini,” bebernya.
Ahmad Husni anggota dewan terpilih daerah pemilihan 2, mengatakan bahwa acara tasyakuran untuk menyambung silaturahmi pasca-pemilu legislatif. “Setelah bersama-sama maju dalam Pemilu Legislatif, bisa sama-sama menjalin silaturahmi. Kepala boleh panas tetapi hati harus tetap dingin,” ungkapnya. (mg-01)

Kejari Tangerang Selidiki Motif Gratifikasi

By redaksi
Sabtu, 23-Mei-2009, 05:12:52 14 clicks
TANGERANG – Kejaksaan Negeri (Kejari) Tangerang terus mengusut kemungkinan adanya upaya suap dalam kasus penggelembungan suara yang menguntungkan caleg Golkar nomor urut 2, Krisna Gunata. Apabila ada bukti upaya penyuapan, Kejari menegaskan akan langsung mengambil alih kasus ini. Kasi Pidum Kejari Tangerang M Irfan Jaya di gedung Kejari Tangerang, Jumat (22/5) menyatakan, kemungkinan adanya dugaan tindak pidana lain tidak bisa dihindari dalam kasus ini. Hanya saja, Kejari masih terus mengembangkan dan mengumpulkan bukti-bukti dugaan tersebut. “Saat ini sedang dipelajari berkas dari Polres. Bukan tidak mungkin ada tersangka baru sesudah pemeriksaan berkas oleh kami. Termasuk kemungkinan adanya motif penyuapan di belakang kasus ini. Tapi semua masih dipelajari,” kata Irfan Jaya. Dikatakan, paling lambat Selasa (26/5), pihaknya memutuskan apakah berkas sudah siap dilimpahkan ke pengadilan atau tidak. Paling lambat, pekan depan Irfan memastikan berkas ini sudah harus dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Tangerang.
Sementara itu, Krisna Gunata yang ditemui usai mengikuti rapat Paripurna DPRD Kota Tangerang enggan berkomentar. Ditanya seputar putusan hasil pleno KPU Provinsi yang menetapkannya sebagai caleg terpilih, Krisna menyerahkan dan menghormati sepenuhnya putusan pleno KPU Provinsi Banten. “Apapun putusan pleno, saya menghargainya,” kata Krisna.
Termasuk juga saat ditanyai kesiapan apabila ditetapkan menjadi tersangka baru atas kasus penggelembungan suara yang telah menyeret enam tersangka. “Itu mah diserahkan kepada yang berwenang,” kata Krisna Gunata.
WH ANGKAT BICARA
Pada bagian lain, kasus yang tengah membelit KPU Kota Tangerang juga menarik perhatian Walikota Tangerang Wahidin Halim (WH). WH mengatakan siap melakukan koordinasi dengan KPU Provinsi dan Muspida Kota Tangerang untuk menghasilkan solusi yang tepat demi menjaga kondusifitas suhu politik dan sosial di Kota Tangerang, sekaligus menjaga stabilitas pelaksanaan Pilpres 2009. “Cukup prihatin dengan kondisi dugaan kasus penggelembungan suara di KPU Kota. Koordinasi dengan Muspida dan KPU Provinsi Banten akan dilakukan secepatnya,” kata Wahidin. Wahidin mnyatakan dukungannya terhadap langkah Polres Metro Tangerang dan kejaksaan menyelesaikan kasus ini. “Mekanisme hukum harus tetap berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku,” katanya. (cr-5)

Pelantikan DPRD Banten Tunggu Keputusan MK

By redaksi
Sabtu, 23-Mei-2009, 05:12:34 35 clicks
SERANG - Pelantikan 85 anggota DPRD Banten terpilih masih menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Sebab saat ini, MK masih melayani gugatan beberapa caleg asal Banten yang merasa dirugikan dengan keputusan KPU Banten, terkait perolehan suara dan penetapan caleg terpilih. Anggota KPU Banten Agus Supriyatna saat dikonfirmasi membenarkan. Kata Agus, belum dapat memastikan kepastian pelantikan karena masih menunggu keputusan final MK. “Kita berkepentingan untuk menunggu keputusan dari MK sehingga pelantikan anggota dewan terpilih kelak tidak menimbulkan masalah hukum karena ada gugatan caleg,” ujar Agus kepada Radar Banten, Jumat (22/5). Agus menambahkan, keputusan MK kemungkinan akan cepat, karena MK sudah berkomitmen untuk melangsungkan persidangan dengan cepat sehingga tidak mengganggu jadwal pelantikan. Kata Agus, kalau tidak ada halangan kemungkinan pelantikan baru dapat dilaksanakan pada Agustus mendatang. “Mudah-mudahan tidak molor lagi,” ujar Ketua Pokja Penghitungan dan Pemungutan Suara ini. (alt)