Kamis, 23 April 2009

REFLESIKAN PENGALAMAN ORDE BARU! "Sebaiknya Bangsa Indonesia Tidak Melupakan Orde Baru dan Soeharto".


Oleh :Robert E Elson:
Indonesianis asal Australia Prof Robert E Elson mengemukakan, masyarakat Indonesia sebaiknya tidak melupakan Orde Baru dan Soeharto begitu saja, tetapi sebaliknya merefleksikan dengan serius pengalaman yang baru saja lewat. Orde Baru tidak diragukan lagi memberikan banyak hal kepada masyarakat Indonesia, seperti stabilitas, keamanan, kesejahteraan, dan bisa diprediksi (predictability).
"Sekarang ini seolah-olah ada perasaan di Indonesia bahwa Orde Baru dan Soeharto merupakan sebuah kesalahan besar, sesuatu yang harus disingkirkan dan dilupakan," kata Elson pada acara peluncuran bukunya Suharto: A Political Biography di Jakarta, Senin
Hadir sebagai pembahas dalam acara peluncuran buku yang diselenggarakan Centre for Strategic and International Studies itu mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia Sabam Siagian dan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Mochtar Pabottingi.
Buku biografi ini menceritakan tentang perjalanan Soeharto yang berusaha mentransformasikan Indonesia menjadi sebuah negara bangsa yang kuat, bersatu, dan sejahtera, namun setelah hampir setengah abad pengaruhnya, ia hanya diingat sebagai seorang yang melakukan kejahatan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.
Elson mengungkapkan alasan menulis biografi Soeharto karena Soeharto dapat bertahan pada kekuasaannya selama 32 tahun dan tertarik untuk melihat apa pengaruh kekuasaannya bagi Indonesia kini dan di masa mendatang. Ia bahkan sempat diingatkan oleh seorang koleganya bahwa menulis biografi Soeharto bisa menghancurkan reputasinya sebagai ilmuwan. Namun, seperti dikemukakan Mochtar, Elson menulis buku biografi Soeharto itu dengan tanggung jawabnya yang penuh sebagai seorang ilmuwan. Buku biografi itu, kata Elson, ditulis untuk khalayak di Indonesia dan Australia.
Negara yang diinginkan Elson mengemukakan pentingnya bangsa Indonesia untuk tidak melupakan begitu saja Orde Baru dan Soeharto sebagai pengalaman yang baru saja lewat. Masyarakat Indonesia perlu merefleksikan mengapa kekuasaan Orde Baru bisa bertahan begitu lama, tetapi sekaligus jatuh demikian cepat dengan berbagai persoalan sosial dan ekonomi yang diakibatkannya. Orde Baru dan Soeharto, kata Elson, memberikan banyak hal kepada Indonesia, baik dalam hal stabilitas, keamanan, kesejahteraan, dan kemudahan untuk diprediksi. Namun, harga yang harus dibayar untuk semua itu adalah berbagai persoalan hak asasi manusia dan lemahnya institusionalisasi. Menurut pendapatnya, refleksi tentang masa yang baru lewat itu diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental tetang Indonesia baru macam apa yang ingin diciptakan.
Elson juga mengemukakan isu yang penting berkaitan dengan masalah kepemimpinan, yakni perlunya pemimpin yang kuat dan mampu mengambil keputusan, tetapi sekaligus tidak menyebabkan lemahnya institusi-institusi yang ada. Kekuasaan perlu dihindarkan dari kecenderungan tersentralisasi secara berlebihan, namun juga jangan sampai seluruh kekuasaan didesentralisasikan sehingga kekuasaan negara menjadi lemah.
Perlu ada keseimbangan antara kebutuhan individu dan kebutuhan sosial, tanpa harus menonjolkan yang satu dengan mengorbankan yang lain. Perlu ada identitas nasional yang kuat, tetapi sekaligus menghargai kebebasan dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan etnis dan keagamaan.
Bahaya seumur hidup Mochtar mengemukakan, pelajaran berharga yang dapat ditarik dari Soeharto adalah betapa besar bahaya menjadi presiden seumur hidup. Bahaya presiden seumur hidup, kata Mochtar, praktik itu akan menyebabkan irasionalitas dalam politik. Persoalan sekarang ini, antara lain perpecahan partai politik, merupakan akibat dari praktik presiden seumur hidup.
Dalam hubungan dengan Islam, kata Mochtar, Soeharto melakukan kesalahan dalam memilih kelompok Islam yang diajak bekerja sama. Hasilnya adalah konflik di berbagai daerah. Golkar oleh Soeharto diidentifikasi sebagai partai yang mewakili republik demi mempertahankan kekuasaannya.
Pelajaran berharga yang bisa ditarik dari Soeharto dan Orde Baru, menurut Sabam Siagian, bila demokrasi dikembangkan dengan baik, kebutuhan terhadap orang kuat akan berkurang. (SMC, sumber Kompas)

Tidak ada komentar: