Jumat, 24 April 2009

"SELAMAT JALAN PAK HARTO!",

Pak H.M. Harto
Allah SWT mentakdirkan Pak Harto menjadi pemimpin bangsa Indoenesia, di saat Indonesia menghadapi berbagai gejolak dan kemerosotan ekonomi pada masa pemerintahan sebelumnya.


Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono sedang meletakan karangan bunga di pusara Pak Harto.

KARANG ANYAR, SOLO. Ketika jenazah Pak Harto dimasukan ke liang lahat, Tommy Soeharto membantu menurunkan jenazah ayahandanya, pada prosesi pemakaman di Astana Giri Bangun. Pemakaman HM Soeharto, Senin (28/1) kemarin menyedot perhatian masyarakat luas. Tak hanya di dalam negeri, tetapi juga masyarakat internasional. Mereka mengungkapkan rasa duka lewat shalat gaib, doa bersama, dan tahlil di lingkungan masing-masing. Ada pula yang mendatangi langsung kompleks Astana Giri Bangun, tempat HM Soeharto dimakamkan.
Usai prosesi pemakaman Pak Harto, yang disemayamkan persis di sebelah kanan makam ibu Tien Soeharto, warga sekitar yang hadir di Astana Giri Bangun diperbolehkan masuk selama 30 menit untuk berziarah.
Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono bersama Ibu Ani sedang melayat di rumah duka kediaman (alm) Pak Hato Jl. Cendana No. 8 Menteng, Jakarta Pusat.

Meski hujan deras, warga tidak surut untuk antre satu per satu masuk ke Cungkup Argo Sari, ruangan utama tempat disemayamkannya mantan orang nomor 1 di negeri ini. Namun demikian, bagi peziarah tidak bisa berombongan masuk, hanya rombongan kecil tiga atau empat orang. Itu pun dengan pengawasan ketat petugas keamanan dari Kostrad dan Kodim Karanganyar.
Warga tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Apalagi sebagian keluarga Pak Harto, yakni beberapa putra dan cucunya, masih berada di dalam kompleks pemakaman. Sebagian di antara mereka memberanikan diri bersamalan dengan keluarga Cendana itu.
Pelayat tidak hanya datang dari warga sekitar Giribangun, Matesih, Karanganyar. Tetapi juga datang dari berbagai daerah di Jateng dan Jatim. Bahkan ada rombongan sekeluarga yang datang dari Cukir, Jombang, Jatim dengan mencarter bus mini. Mereka sudah datang sekitar pukul 07.00 di kompleks pemakaman.
''Kami memang berencana hadir memberi penghormatan terakhir kepada Pak harto. Bagi kami, beliau benar-benar Bapak Pembangunan. Jadi kami ingin mengantarkan kepergiannya ke alam kubur dengan berdoa langsung di depan pusaranya. Beruntung usai prosesi pemakaman, kami bisa masuk,'' kata Suyatmi, salah seorang dari mereka.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hadir di kompleks pemakaman pukul 10.30. Dia didampingi Ibu Ani Yudhoyono menggunakan kendaraan Jip BMW. Mobil Mercy kepresidenan diparkir di pendapa rumah dinas Bupati Karanganyar, karena jalan ke Giri Bangun rawan longsor. Terutama untuk kendaraan besar.
Satu jam sebelumnya, Wapres Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah Kalla sudah hadir, juga menggunakan Jip BMW. Para menteri di antaranya Menteri Pemuda dan Olahraga Adyaksa Dault, Menakertrans Erman Suparno, Mendagri Mardiyanto, Mensesneg Hatta Radjasa, terlebih dahulu hadir.
Tak terkecuali para mantan pejabat seperti Ali Alatas, Ismail Saleh, Cosmas Batubara, dan Bustanul Arifin. Mantan mensesneg Moerdiono bahkan satu rombongan dengan keluarga Cendana.
Try Sutrisno, Wismoyo Arismunandar, dan Probosutedjo baru tiba di lokasi pemakaman ketika prosesi upacara pemakaman usai. Mereka datang bersamaan dengan rombongan Presiden SBY hendak meninggalkan lokasi.
Jenazah Pak Harto tiba di Astana Giri Bangun sekitar pukul 11.50. Kedatangannya langsung disambut Presiden SBY bersama Panglima TNI dan tiga kepala Staf TNI dan Kapolri. Setelah itu, peti jenazah dipanggul delapan prajurit Kopassus, Kostrad, Kopaskhas, Marinir dan Brimob.
Sebelumnya, dari Bandara Adisumarmo, jenazah langsung dibawa ke Astana Giri Bangun melalui Jl Adi Soecipto-perempatan Manahan-Balekambang-Ngemplak-Jebres-Jurug-Karanganyar-Karangpandan-Matesih-Giri Bangun. Mobil jenazah beserta rombongan 15 kendaraan kecil berjalan lambat.
Sebelum diturunkan di liang lahat, dilangsungkan upacara militer dengan Inspektur Upacara Presiden SBY. Komandan Upacara Kol Inf Asep Subarkah, Komandan Grup II Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura.
Dalam sambutannya, Presiden mengatakan, seluruh rakyat Indonesia berkabung atas wafatnya Pak Harto. Bangsa ini kehilangan putra terbaik, pejuang setia, prajurit sejati dan negawaran yang sederhana. Jasanya sudah sangat besar, karena sejak remaja, hidupnya dipenuhi dengan perjuangan menegakkan kemerdekaan, menyelamatkan persatuan bangsa, serta membangun negeri ini 32 tahun lamanya.
''Lepas dari itu, Pak Harto hanya manusia biasa, sehingga tidak luput dari kesalahan. Namun sebagai bangsa yang besar, harus bisa melepaskan kepergiannya dengan penuh kerelaan. Semoga kesalahannya diampuni, dan jasanya wajib dikenang seluruh bangsa ini,'' kata Presiden.
Mbak Tutut yang berpidato mewakili keluarga juga tidak bisa menahan tangisnya. Kata-kata meluncur terbata-bata. ''Bapak, selamat jalan, doa kami semua menyertaimu,'' kata putri sulung yang baru saja merayakan ulang tahun ke-59 itu.
Mbak Tutut tak kuasa membendung air matanya, saat mengucapkan kalimat terakir itu, sebelum kemudian menutup dengan salam. Pelayat yang mendengarkan larut dalam kedukaan mendalam.
Setelah itu, perlahan peti jenazah diturunkan, dan diurug dengan tanah oleh Presiden, Wapres, dan keluarga, baru kemudian diratakan oleh petugas makam.
Dielu-elukan
Di sepanjang jalan, dari Bandara Adisumarmo sampai Karanganyar, warga mengelu-elukan kedatangan rombongan pengantar jenazah Pak Harto. Bahkan, beberapa warga mengelus mobil ambulans saat berjalan lambat di depan mereka, sembari menaburkan bunga di sepanjang jalan dan di depan mobil.
Tidak sedikit warga mengucurkan air mata, karena merasa berduka dengan meninggalnya Presiden kedua RI. Mereka merasa selama ini sudah merasakan langsung, betapa Indonesia sangat berubah begitu Pak Harto lengser dari kursi kepresidenan.
Saat jenazah dipanggul melewati gerbang utama Astana Giri Bangun, terdengar suara tangis sesenggukan dari dua lelaki yang hadir di pemakaman itu. Seorang berseragam pramuka, dan seorang lagi memakai kaos putih, warga Girilayu, dusun di sekitar Giri Bangun.
Kedua orang itu tidak kuasa menahan kesedihannya, saat menyaksikan peti jenazah Pak Harto lewat di depan matanya. ''Saya setiap Lebaran selalu mendapatkan jatah sembako, sarung, peci, dan sekardus makanan kecil. Padahal saya orang kecil, tidak pernah kenal dengan Pak Harto. Tapi jatah untuk saya tidak pernah absen,'' kata lelaki itu.
Tidak hanya itu, anak-anaknya ternyata selalu memperoleh beasiswa Supersemar sampai lulus SLTA. Karena itu dia merasa sangat terbantu dengan pendidikan murah, karena dengan beasiswa itu, dia tidak pernah mengongkosi anak-anaknya sekolah.
Sambutan masyarakat juga tampak sejak di Bandara Adisumarmo Solo. Jalan menuju bandara hingga perempatan Colomadu, warga berdesak-desak ingin menyaksikan iring-iringan itu, karena selain mobil jenazah Soeharto sebelumnya tersiar kabar akan bersamaan kendaraan pengangkut Presiden SBY dan Wapres Jusuf Kalla.
Tidak hanya warga, anak-anak sekolah mulai dari SD hingga SMA negeri maupun swasta yang letaknya berdekatan dengan jalan yang dilalui iring-iringan juga dikerahkan untuk menyambut. Sebab itu, selain rute bandara-Colomadu yang masuk wilayah Karanganyar, ketika memasuki batas Kota Solo di tugu Adipura Karangasem hingga patung Wisnu di perempatan Manahan atau sepanjang jalan Adi Sucipto, juga sudah penuh sesak warga yang berbaur dengan anak-anak sekolah.
"Selamat jalan, Pak Harto," ucap sejumlah warga sambil melambaikan tangan, saat mobil VW Caravelle silver yang membawa peti jenazah mantan penguasa rezim Orde Baru itu lewat di depan mereka.
Mbah Wiji Harjanto (63) yang tinggal di Sambeng RT 5 RW I, Banjarsari, mengaku sudah lama kangen tidak melihat Pak Harto di TV. Padahal dulu, menurutnya, sering muncul hingga cukup mengesankan, terutama kalau almarhum tersenyum. Dia ingin melayat dan ikut melepas kepergian tokoh yang dianggapnya pahlawan yang pernah memberinya ''kemakmuran'' di masa Orde Baru.
''Enggih mas, ngantos sepriki kula tasih kelingan kalih Pak Harto. Riyin, pas presidene PHarto, napa-napa kok gampang. Kula sing bakulan enggih gampang. Sakniki napa-napa kok angel. Dodolan kok ora tau payu,'' ujar pengasong makanan di Terminal Bus Tirtonadi. (an,H44,H46,G8,won-60)

Tidak ada komentar: