Sabtu, 15 Agustus 2009

Selasa, 11/08/2009 03:05 WIB
Noordin Atau Bukan, Kerja Polri Perlu Diapresiasi
Hery Winarno - detikNews

Jakarta - Penggerebekan orang yang diduga Noordin M Top burunan teroris nomor wahid di Temanggung masih meninggalkan tanya besar. Benarkah orang yang ditembak mati tim densus 88 tersebut Noordin.

"Walupun belum ada kepastian apakah yang mati itu Noordin atau bukan, paling tidak langkah mereka mereka sudah benar. Kepolisian perlu kita apresiasi," ujar Anggota Komisi I, Yuddy Chrisnandi saat dihubungi detikcom, Senin malam (10/8/2009).

Menurut Yuddy apa yang sudah dilakukan oleh Densus dengan melumpuhkan orang yang diduga Nurdin di Temanggung sudah sesuai dengan prosedur.

"Kalau yang membahayakan itu tidak bisa ditangkap seperti biasa, pilihanya hanya hidup atau mati," terang Yuddy.

Senada dengan Yuddy, anggota komisi kepolisian nasional (Kompolnas) Adnan Pandu Praja juga mengatakan hal yang sama.

"Kalau pakai prosedur biasa, bisa membahayakan nyawa anggota densus, karena dia sempat melakukan penembakan," ujar Adnan saat dihubungi detikcom.

Menurut Adnan pengungkapan teroris memang sangat sulit, hal ini disebabkan tidak ada prosedur yang ketat untuk masuk ke negara ini.

"Karena Indonesia itu ibarat rumah tanpa dinding semua orang bisa masuk dengan mudah. Untuk itu masyarakat perlu membantu Polri," terang Adnan.
(her/rdf)
Selasa, 11/08/2009 08:14 WIB
Polisi Siapkan Reka Ulang Penyergapan Teroris di Jatiasih
Mega Putra Ratya - detikNews

Jakarta - Polisi akan mengadakan rekonstruksi penyergapan kelompok teroris di Perumahan Puri Nusaphala, Jatiasih, Bekasi. Polisi masih mengamankan wilayah tersebut.

"Di sana kan ditemukan banyak barang bukti dan juga ada yang tinggal di sana, jadi dibutuhkan rekonstruksi," kata Kapolres Metro Bekasi Mas Guntur Laope saat dihubungi detikcom, Senin (10/8/2009).

Namun Mas Guntur belum bisa memastikan kapan reka ulang tersebut digelar. "Nanti kita beritahu waktunya," katanya.

Mas Guntur menyatakan, polisi masih mengamankan perumahan tersebut. Polres Metro Bekasi mengerahkan 30 anggotanya untuk mengamankan lokasi.

Mas Guntur menegaskan lokasi penyergapan telah steril dari bahan peledak. "Warga yang rumahnya di sekitar lokasi tidak perlu khawatir," katanya.

Seperti diberitakan, pada Sabtu (8/8/2009) dinihari polisi mengepung rumah kontrakan Ahmad Fery di Jatiasih. Dua orang tersangka tewas dalam insiden itu yaitu Air Setiawan dan Eko Peyang, keduanya asli Solo. Di dalam rumah itu ditemukan sejumlah bom yaitu bom mobil dan bom bunuh diri serta lebih 100 kg bahan baku bom.

(nal/nrl)
Selasa, 11/08/2009 08:20 WIB
Diduga Bom Rakitan, Pipa Berkabel Gemparkan Warga Leles Garut
Mansur Hidayat - detikNews
Garut - Pipa dan kabel saat ini tak bisa dianggap enteng. Sebab tersangka teroris sering merangkai keduanya sebagai onderdil bom.

Alhasil warga Kampung Ciharus RT 06, RW 02, Desa Lembang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat, gempar saat ditemukan 2 pipa paralon sepanjang 20 cm dengan ukuran lingkaran 3/4 inci yang ujungnya terdapat kabel. Benda yang diduga bom rakitan itu ditemukan di sebuah rumah kontrakan milik Solihin, Senin (10/8/2009) sore kemarin.

"Kami mendapatkan laporan dari dua orang warga yang mengontrak di rumah kontrakan Solihin, masing-masing Itan dan Soni bahwa telah menemukan bom rakitan. Namun saat itu warga tidak mempercayai laporan tersebut ", ungkap Ketua RT 06, Iyan kepada wartawan Senin malam.

Akan tetapi, menurut Iyan, di antara warga ada yang menyaksikan tayangan barang bukti bom rakitan di Perum Jatiasih Bekasi yang muncul dalam pemberitaan televisi. Setelah itulah warga mulai mempercayai apa yang disampaikan Itan dan Soni. "Kami pun langsung melaporkan temuan tersebut kepada aparat kepolisian setempat," ungkapnya.

Iyan menuturkan, penemuan pipa paralon tersebut berawal ketika Itan dan Soni yang sehari-hari sebagai penjahit tengah beres-beres di rumah kontrakan, saat itu Itan menemukan 2 pipa paralon yang diduga bom rakitan.

"Sebelumnya, sekitar dua bulan lalu, 2 orang warga yaitu Imed yang mengaku berasal dari Banten dan Heri warga dari Bandung yang mengaku sebagai penjual tas dan dompet tiba-tiba menghilang dari rumah kontrakan Solihin, keduanya mulai mengontrak sejak bulan Januari 2009 lalu," tuturnya.

Sementara itu Senin malam hingga Selasa (11/8/2009) dini hari tadi sejumlah anggota Tim Gegana Polda Jawa Barat 'menjinakkan' barang yang diduga bom tersebut lalu membawanya pergi.

Petugas kepolisian di Markas Polres Garut tidak bersedia memberikan keterangan terkait penemuan benda tersebut. Salah seorang perwira di Polres bahkan menyebutkan itu bukan barang berbahaya. "Bukan apa-apa, itu mainan untuk intercom," ungkapnya.

(nrl/nrl)
Selasa, 11/08/2009 09:35 WIB
Penggerebekan di Jakut
Sejak Digerebek, Orang Tua Yayan Belum Terima Surat dari Polisi
Chazizah Gusnita - detikNews

Jakarta - Keluarga hingga kini tidak tahu di mana keberadaan Suryana alias Yayan alias Gepeng (28). Keluarga belum menerima surat polisi sejak Yayan ditangkap Densus 88 pada 6 Agustus 2009 lalu.

"Belum tahu. Belum ada surat dari Densus," kata Ayah Yayan, Syarifuddin kepada detikcom, Selasa (11/8/2009).

Syarifuddin mengatakan, keluarga dijanjikan selama seminggu baru akan dikabari Densus 88 apakah bisa bertemu dengan anak ketiganya itu.

"Kita dijanjikan seminggu baru ada kabar. Masih dikabari bisa atau nggak ketemu," ujarnya.

(gus/iy)
Selasa, 11/08/2009 09:43 WIB
Di Mana Noordin M Top Berulang Tahun Hari Ini?
Nurul Hidayati - detikNews

Jakarta - Keyakinan bahwa mayat tersangka teroris di Temanggung bukan Noordin M Top semakin besar. Noordin dipercaya masih bebas berkeliaran, termasuk untuk merayakan ulang tahunnya ke-41 pada Selasa (11/8/2009) ini.

Entah bagaimana Noordin merayakan hari kelahirannya. Yang jelas, dialah yang justru memberi 'kado' pada polisi Indonesia untuk bekerja lebih keras lagi guna menangkap pria seharga Rp 1 miliar itu.

Noordin lahir 11 Agustus 1968 di Kluang Johor, Malaysia. Dia adalah sarjana dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Noordin berkenalan dengan gerakan Jamaah Islamiyah (JI) saat mengajar di Ponpes Luqmanul Hakiem di Johor.

Saat Malaysia melakukan penggerebekan besar-besaran pada anggota JI pasca serangan WTC 11 September 2001 , Noordin dan sahabatnya yang dikenal sebagai ahli bom, Dr Azahari, kabur ke Indonesia. Noordin memilih mendarat di Riau, kampung halaman istrinya, Siti Rahma.

Setelah itu, Noordin menghilang sembari mematangkan plot terornya. Belakangan dia diketahui menikahi Munfiatun di Pasuruan pada 2004. Setelah itu Noordin menghilang lagi dan disebut-sebut menikahi Arina, warga Cilacap.

AS mencatat Noordin sebagai 'ahli bahan peledak'. Noordin juga digambarkan sebagai "anggota, perekrut, pembuat bom, dan pelatih di JI". Dia diduga terlibat dalam berbagai pemboman di Indonesia yaitu pemboman JW Marriott pada 2003, Kedubes Australia pada 2004, Bali tahun 2005 dan JW Marriott serta Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009.

Pengamat intelijen Dynno Chressbon meyakini, pantura Jawa -- tepatnya perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat -- adalah lokasi yang disukai Noordin untuk bersembunyi. Wilayah pantura dipercaya membuat Noordin dengan mudah mendapat akses langsung ke basisnya.

Lewat jalur laut, Noordin bisa langsung mengakses basisnya di Banten dan kemudian dari situ dia bisa langsung ke basis di Lampung. Sedangkan lewat jalur darat, Noordin bisa melalui jalur selatan untuk menuju ke basisnya di Yogya.

"Itu menurut dia jalur paling aman, karena ada 400 ponpes eks-Mujahidin Afghanistan di jalur itu," begitu kata Dynno.

(nrl/iy)
Selasa, 11/08/2009 09:50 WIB
Penggerebekan di Jakut
Dalam Proses Perceraian, Yayan Mau Cari Istri Bercadar
Chazizah Gusnita - detikNews

Jakarta - Orang-orang yang direkrut menjadi pelaku bom bunuh diri diduga dalam masa labil. Tersangka teroris Suryana alias Yayan alias Gepeng (28) ternyata juga mengalami masalah perceraiannya yang sedang dalam proses.

"Dia semacam direkrut untuk target berikut. Dia dalam masalah perceraian masih dalam proses di Pengadilan Jakarta Selatan," kata ayah Yayan, Syarifuddin kepada detikcom, Selasa (11/8/2009).

Menurut Syarifuddin, Yayan mengalami masalah pribadi itu sehingga pemikirannya berubah. Namun meski begitu, setiap di depan keluarga, Yayan selalu tampak tegar.

"Karena masalah itulah menekan dia sehingga pemikirannya berubah. Informasi yang berkembang yang kita terima, dia jadi semacam direkrut," ujarnya.

Syarifuddin menceritakan bahkan Yayan pernah berkelakar kalau dirinya ingin mencari istri yang bercadar setelah proses perceraiannya selesai.

"Dia berkelakar saya nggak mau lagi istri yang kayak gini. Saya mau cari istri yang bercadar saja," cerita Syarifuddin menirukan ucapan Yayan.

Yayan mempunyai seorang istri dan 1 orang anak. Istri Yayan saat ini tidak memakai jilbab. Yayan dan istrinya dahulu pernah sama-sama bekerja di satu hotel. Sebelum tertangkap Yayan yang merupakan diploma tiga Akpar Pertiwi ini merupakan kepala koki di Hotel GI.

(gus/iy)
Selasa, 11/08/2009 10:02 WIB
Penggerebekan di Temanggung
Sakit Jantung, Istri Djahri Dilarang Terima Tamu
Parwito - detikNews

Temanggung - Kondisi kesehatan istri Djahri, Endang Istiyaningsih, makin drop sejak sang suami ditangkap Densus 88. Endang kini dilarang menerima tamu.

"Terakhir kabarnya baru sakit, lagi drop. Punya penyakit jantung. 2 Bulan sebelum penggerebekan Endang baru keluar dari rumah sakit akibat terkena serangan jantung," kata seorang tetangga Djahri, Marimah, di Dusun Beji, Desa Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (11/8/2009).

Marimah mengaku tidak tahu keberadaan Endang. "Yang pasti ke tempat saudara, tidak boleh ditemui dan tidak boleh menerima tamu," ujarnya.

Pengamatan detikcom, kediaman Djahri tampak dijaga puluhan polisi dari Polres Temanggung. Rumah yang porak-poranda setelah penggerebekan teroris oleh Densus 88 pada 8 Agustus 2009 itu tampak ditutup seng.

Sedangkan rumah adik ipar Djahri, Darsinah, di Dusun Cingur, Desa Karangtejo, Kedu, Temanggung, tampak terkunci rapat. Rumah itu terletak 500 meter dari rumah Djahri.

Warung milik Darsinah juga tidak buka. Darsinah hanya menerima pembeli dari pintu samping rumahnya.

Djahri diciduk polisi karena di rumahnya terdapat tersangka terorisme. Peran Djahri, pensiunan guru agama, sesungguhnya masih didalami polisi.
(aan/nrl)
Selasa, 11/08/2009 10:04 WIB
Penggerebakan di Jakut
Sebelum Ditangkap Densus 88, Yayan Kenalkan Teman ke Keluarga
Chazizah Gusnita - detikNews

Jakarta - Tersangka teroris Suryana alias Yayan alias Gepeng (28) mengenalkan seorang pria yang baru dikenal kepada ayahnya, Syarifuddin. Pria itu mengaku bernama Joko yang kerja sebagai koki di salah satu hotel di Jakarta.

Setelah berkenalan dengan Syarifudin, Yayan mengantarkan Joko keluar rumah. Setelah Yayan pulang dengan terburu-buru, tidak lama Densus 88 pun menggerebek rumah itu.

"Saya lagi nyantai di depan rumah. Tiba-tiba ditodong sekian banyak orang. Mereka tanya mana yang masuk tadi. Saya bilang itu anak saya di atas. Lagi di kamar sendiri. Dibekuk di kamarnya dengan seorang tentara. Bahkan tentara itu juga dipukul," jelas ayah Yayan, Syarifuddin kepada detikcom, Selasa (11/8/2009).

Saat melihat itu, perasaan Syarifuddin bercampur aduk. Apalagi ia baru pulang dari rumah sakit karena rehabilitasi jantung. Saat itu langsung jantungnya ngedrop. Namun akhirnya ditenangkan dengan diberi air oksi. "Untung saya nggak mati," ketusnya.

Syarifuddin menjelaskan, sebelum Densus tiba, memang Yayan mengenalkan Joko kepada dirinya. Yayan juga tampaknya baru mengenal Joko. Syarifuddin sempat berbincang sebentar dengan Joko.

Joko saat itu mengaku tinggal di Bekasi. Ciri-cirinya gemuk. Joko kerja di Hotel M sebagai koki yang saat itu juga sedang libur kerja.

"Saya juga nggak kenal orang itu. Baru ketemu sekali. Setelah itu Yayan mengantarkannya ke luar. Setelah itu Yayan masuk terburu-buru. Saya tanya kenapa, katanya ingin buang air besar. Baru tiba-tiba Densus pun datang," jelasnya.
(gus/iy)


Tidak ada komentar: