Kamis, 13 Agustus 2009

Senin, 10/08/2009 15:38 WIB
Keluarga Ingin Noordin M Top Hidup Agar Bisa Diadili
Ken Yunita - detikNews

Foto: Dokumen detikcom
Jakarta - Noordin M Top, buron tersangka teroris yang paling diburu diyakini tewas dalam penggerebekan di Temanggung, Jawa Tengah, 8 Agustus lalu. Namun keluarga di Johor, Malaysia berharap, Noordin dapat ditangkap hidup-hidup agar dapat diadili.

"Kalau keluarga ingin, kalau dia masih hidup dapat diadili dengan baik. Lagipula kalau hidup dan ditangkap, dia bisa memberi pembelaan kenapa dia melakukan aksi terorisme selama ini. Kalau tewas kan tidak ada pembelaan," kata juru bicara keluarga Noordin, Badarudin Ismail.

Hal itu disampaikan Badarudin dalam wawancara dengan detikcom, Senin (10/8/2009). Bagaimana kondisi keluarga saat berita tewasnya Noordin menjadi headline di media Indonesia maupun dunia? Berikut bincang-bincang detikcom dengan Badarudin:

Bagaimana respons keluarga dengan pemberitaan Noordin tewas?


Ya keluarga terutama istrinya, Rahmah akan menerima apa yang berlaku. Bahwa kiranya itu benar Noordin tentu keluarga akan menerima dan akan membawa jenazahnya kembali ke Malaysia untuk dimakamkan.

Apakah keluarga yakin itu memang Noordin?


Keluarga masih menunggu hasil tes DNA yang dilakukan polisi Indonesia. 28 Juli lalu kan polisi Indonesia telah datang ke Malaysia untuk mengambil air liur anak Noordin yang 10 tahun.

Mereka datang 5 orang diketuai Usman Nasution. Air liur itu untuk memastikan apakah jenazah yang ditemukan di JW Marriott dan Ritz-Carlton itu ada Noordin atau tidak. Nah sekarang kita masih tunggu laporan.

Jika DNA cocok dengan air liur bagaimana?


Ya nanti keluarganya yaitu istrinya dan tiga anaknya, satu laki-laki dan dua perempuan akan datang ke Indonesia. Kalau diperlukan, mereka akan tes DNA lagi. Kalau cocok, ya jenazahnya akan dibawa.

Bagaimana keadaan istrinya?


Ya kalau istrinya bisa menerima apa yang berlaku. Dia sudah ditinggalkan dan tidak ada komunikasi dengan Noordin sejak tahun 2002. Saat itu, anaknya yang ketiga, Hafzah masih diperut, belum lahir.

Lalu anak-anaknya bagaimana?


Anaknya yang tertua kelihatan sedih sekali, terlihat murung.

Sekarang mereka tinggal di mana?


Di Johor, Malaysia dengan orang tua Rahma.

(ken/iy)
Senin, 10/08/2009 00:40 WIB
Rencana Pengeboman Terhadap SBY Diragukan
Didi Syafirdi - detikNews

Jakarta - Ratusan bahan peledak yang ditemukan di Perumahan Puri Nusa Phala di Jatiasih, Bekasi ditujukan untuk menyerang kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Istana Negara. Rencana pengebomam teroris dalam waktu singkat ini diragukan. Bahkan terkesan hanya pembenaran atas pidato SBY terkait bom di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott beberapa waktu lalu.

"Saya menduga ada upaya pembenaran saja, ternyata SBY memang target teroris," ujar Pengamat Militer dan Intelejen Universitas Parahyangan Anak Agung Banyu Perwita saat dihubungi detikcom, Minggu malam 9/8/2009).

Agung mengaku meragukan pernyataan Kapolri Jendral Pol Bambang Hendarso Danuri kalau kediaman SBY akan dijadikan target pengeboman 2 pekan setelah 1 Agustus. Kecil kemungkinan kalau teroris merubah target serangannya. Selama ini target teroris selalu pihak asing khususnya Amerika Serikat karena ada perbedaan ideologi.

"Sangat kecil kemungkinan target berubah," tegasnya.

Kecenderungan teroris untuk melancarkan aksinya menurut Agung, jarang sekali dilakukan dalam tempo yang singkat. Biasanya setelah melakukan serangan mereka masih harus memikirkan pelarian. Dalam waktu lama baru akan muncul lagi merencanakan serangan berikutnya.

Seperti bom di Ritz Carlton dan JW Marriott, Agung mencontohkan dilakukan setelah hampir 5 tahun terhitung sejak ledakan di JW Marriot pada 2004. "Tidak mungkin dalam 1 bulan akan melakukan serangan lagi," tandasnya.

Pada 17 Juli 2009 setelah ledakan bom, Presiden SBY sempat mengeluarkan pernyataan ada kelompok teroris yang berlatih untuk melakukan tindakan anarkis. Kelompok ini melakukan latihan tembak. Bahkan kelompok itu menjadikan foto SBY sebagai sasaran tembak.

SBY mengaku data tersebut diperoleh intelijen yang dikerahkannya untuk pengamanan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres). Data tersebut selama ini memang tidak dibuka kepada publik. Namun bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton akhirnya membuat SBY memutuskan mengungkap data itu.

Rencana penyerangan kediaman Presiden SBY diungkapkan oleh Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri. Pasca ledakan 17 Juli Noordin sempat datang ke Jatiasih. Ditemukan testimoni kalau di safe house sedang disiapkan perlengkapan bom bunuh diri dengan menggunakan kendaraan yang akan dilakukan setelah tanggal 17 Agustus atau 2 minggu setelah tanggal 1 Agustus.

Lokasi di Jatiasih, Bekasi sengaja dipilih oleh teroris karena berjarak sekitar 12 menit menuju kediaman SBY di Cikeas. Ini merupakan keterangan dan fakta yuridis bahwa yang menjadi sasaran adalah rumah pribadi Presiden SBY.


(did/mad)
Senin, 10/08/2009 02:10 WIB
SBY Target Pengeboman
Pernyataan Kapolri Dinilai Terburu-buru
Didi Syafirdi - detikNews

Jakarta - Pernyataan Kapolri Jendral Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) kalau kediaman SBY di Cikeas dan Istana menjadi target pengeboman teroris dinilai terlalu terburu-buru. Seharusnya polisi lebih berhati-hati menyampakan informasi ke masyarakat, jangan sampai menimbulkan ketidaknyamanan.

"Pernyataan Kapolri terburu-buru," ujar Pengamat Militer dan Intelejen Universitas Parahyangan Anak Agung Banyu Perwita saat dihubungi detikcom, Minggu malam 9/8/2009).

Menurut Agung, bahan peledak yang ditemukan di Jatiasih, Bekasi, belum diketahui secara jelas apakah benar untuk menyerang presiden. Jangan sampai ada upaya pembenaran atas pidato presiden setelah ledakan di Ritz Carlton dan JW Marriott.

Agung mengkhawatirkan ada pemelintiran target teroris sehingga publik menilai kalau presiden memang target teroris. Seharusnya polisi tidak menyimpulkan terlalu cepat, kalau teroris akan menyerang SBY dua pekan setelah 1 Agustus.

"Saya khawatir polisi menjadi alat politik eksekutif, tidak boleh," tegasnya.

Agung menilai, terlalu berlebihan jika pernyataan Kapolri langsung direspon dengan menambah pengamanan di kediaman SBY. Ini akan memberikan image buruk bagaimana seorang presiden menjadi ketakutan sehingga perlu pengamanan lebih.

"Bagaimana dengan publik yang tidak dilindungi. Akan berdampak pada psikologis," tandasnya.
(did/mad)
Senin, 10/08/2009 03:10 WIB
SBY Target Pengeboman
Soeripto: Itu Hanya Gertakan
Rachmadin Ismail - detikNews

Jakarta - Rencana penyerangan teroris terhadap kediaman pribadi SBY di Cikeas, Bogor, masih diragukan kebenarannya. Kemungkinan tersebut dianggap masih berupa gertakan.

"Barangkali itu hanya gertakan, kalau kenyataannya saya masih sangsikan," kata Wakil Ketua Komisi III DPR Soeripto saat berbincang lewat telepon, Minggu (9/8/2009).

Menurut pria pelontos ini, pelaku teror yang ingin menyerang SBY harus mempunyai kekuatan yang luar biasa. Ia meyakini, jaringan teroris Noordin M Top atau kelompok lainnya belum mampu melakukan hal itu.

"Karena yang dihadapi bukan mall, tapi jaringan keamanan negara," jelasnya.

Ia menyarankan, informasi yang dilontarkan oleh Kapolri tersebut harus lebih digali lagi. Terutama mengenai pihak mana saja yang diduga terlibat. Jika Noordin sudah dipastikan tewas, ia menduga ada kelompok baru lagi yang siap mengganggu keamanan Indonesia.

"Apakah mungkin masih ada jaringan lain selain Noordin?," cetusnya.
(mad/did)
Senin, 10/08/2009 08:09 WIB
Noordin M Top Tewas?
Deplu Siap Bantu Polisi Ambil DNA Keluarga Noordin di Malaysia
Rachmadin Ismail - detikNews

Jakarta - Departemen Luar Negeri (Deplu) siap membantu kepolisian dalam proses identifikasi jenazah teroris yang tewas di Temanggung. Termasuk pengambilan sampel DNA keluarga Noordin yang tinggal di Malaysia.

"Jika ada permintaan untuk hal tes DNA dari kepolisian tentunya pihak KBRI akan fasilitasi sepenuhnya," kata Juru Bicara Deplu Teuku Faizasyah kepada detikcom, Senin (9/8/2009).

Menurut Faiz, begitu ia biasa disapa, pihaknya juga siap memfasilitasi keberangkatan keluarga Noordin ke Indonesia. Termasuk dalam hal pemberian visa.

"Tentunya KBRI akan terlibat dalam proses kedatangan, utamanya pengeluaran visa," jelasnya.

Saat dikonfirmasi terkait adanya kabar bahwa polisi sudah memiliki sampel DNA anak Noordin yang difasilitasi pihak KBRI di Malaysia, Faiz belum bisa memastikannya. Ia perlu memeriksa hal tersebut langsung pada pihak KBRI.

"Karena saya sedang tidak di Jakarta, tentunya sulit untuk konfirmasi," tutupnya. (mad/nrl)
Senin, 10/08/2009 09:20 WIB
Penggerebakan di Jatiasih
Dapat Izin Mabes, Keluarga Bisa Lihat Jenazah Air & Eko
Chazizah Gusnita - detikNews

Jakarta - Setelah beberapa jam menunggu izin dari Mabes Polri, akhirnya keluarga bisa melihat jenazah Air Setiawan dan Eko Joko Sarjono (Eko Peyang). Orang tua dari Air dan Eko, Selamet Widodo dan Agus Purwanto, akan mendatangi RS Polri Soekanto Kramat Jati untuk memastikan jenazah tersebut adalah anak mereka.

"Kemarin pukul 20.15 WIB, salah satu anggota Densus 88 berpangkat kombes menelepon saya. Segera pukul 10.00 WIB, Senin pagi sudah bisa ke rumah sakit," kata pengacara keluarga, Muhammad Kurniawan, kepada detikcom, Senin (10/8/2009).

Kurniawan mengatakan, menurut anggota Densus tersebut, bagian forensik rumah sakit sudah siap. Pihak keluarga disuruh menyiapkan segala sesuatunya. Namun pukul 07.30 WIB, anggota Densus tersebut meminta agar keluarga bersiap-siap saja dahulu di penginapan.

"Disuruh standby dulu di penginapan. Tetapi keluarga ini segera ingin ke rumah sakit. Pukul 09.00 WIB kita akan berangkat," tegasnya.

Menurut Kurniawan, keluarga sudah membawa kartu tanda pengenal Air dan Eko, kartu keluarga, foto, dan ijazah yang ada sidik jarinya.

"Orang tuanya juga datang. Yang namanya barang bukti kan bisa pengakuan. Pengakuan orang tua kan bisa karena fisiknya juga tidak hancur masih utuh. Kita akan minta jenazahnya bisa langsung dibawa," pungkasnya.

Eko dan Air didor polisi di rumah kontrakan di Perumahan Puri Nusa Phala, yang merupakan safe house kelompok Noordin. Pelor ditembakkan karena Eko dan Air, menurut polisi, berusaha melawan dengan melemparkan bom pipa.
Senin, 10/08/2009 09:43 WIB
Air Setiawan Terlibat Terorisme Kedua Kalinya, Pembinaan LP Mengkhawatirkan
Didi Syafirdi - detikNews

Jakarta - Air Setiawan yang didor polisi di Jatiasih bukan nama baru bagi polisi. Menurut Kapolri Jenderal BHD dia pernah terlibat bom Kedubes Australia 2004. Kapolri menyebutnya sebagai residivis.

Keterlibatan Air dalam kasus terorisme untuk kedua kalinya membuat pembinaan Air selama dipenjara di lembaga pemasyarakatan (LP) dipertanyakan. Jika pembinaan tidak dibenahi dikhawatirkan seorang napi teror akan semakin radikal setelah bebas .

"Mutu dan pembinaan dalam LP menimbulkan kecemasan," ujar kriminolog UI Adrianus Meliala kepada detikcom, Senin (10/8/2009).

Seharusnya mantan napi teror seperti Air, menurutnya, setelah bebas jangan sampai kembali lagi ke kelompok lamanya. Apalagi Air merencanakan aksi teror lagi. "Perlu dipertanyakan sejauh mana jajaran LP mengubah napi selama di penjara," katanya.

Andrianus mempertanyakan mengapa Air bisa kembali ke kelompoknya tanpa ada monitor. Kegiatan deradikalisasi pasca pidana selama ini memang hampir tidak ada. Sampai saat juga belum ada instansi yang menyentuh sampai sejauh itu.

"Jajaran LP, lagi-lagi hanya memiliki kemampuan terbatas untuk melakukan bimbingan," imbuhnya.

Jika kegiatan deradikalisasi mantan teroris masih dianggap urusan polisi dia menilai, di tubuh Polri tidak ada satuan dan anggaran yang resmi tersedia untuk itu. Ajakan Kapolri agar masyarakat mengawasi bekas napi teror diperkirakan hanya akan menambah label bahkan stigma bagi napi mantan teroris.

"Justru akan makin cepat mendorong mereka kembali ke kelompoknya," kata dia.

"Yang benar adalah seyogyanya masyarakat diajak merangkul dan melibatkan mereka dengan cara dan kemampuan kita masing-masing," tandasnya.


(did/nrl)
Senin, 10/08/2009 11:17 WIB
Tes DNA Keluarga Noordin Butuh Waktu 1 Minggu Dinilai Terlalu Lama
Didi Syafirdi - detikNews

Jakarta - Kepolisian menjanjikan hasil tes DNA keluarga Noordin M Top akan dikeluarkan dalam tempo 1-2 minggu ke depan. Jangka watu ini dinilai terlalu lama. Seharusnya hasil tes DNA dikeluarkan lebih cepat agar publik tidak semakin bertanya-tanya.

"Waktu 1 minggu terlalu lama," ujar pengamat militer dan intelijen Universitas Parahyangan Anak Agung Banyu Perwita saat dihubungi detikcom, Minggu malam 9/8/2009).

Menurut Agung, adanya hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia seharusnya bisa digunakan untuk bekerjasama mempercepat hasil tes DNA. Hubungan regional dengan ASEAN bisa menjadi prioritas karena terkait dengan terorisme.

"Harusnya dipercepat karena bicara ancaman terorisme," imbuhnya.

Jika sudah ada pernyataan kalau Densus 88 sudah memperoleh DNA keluarga Noordin di Malaysia tidak ada lagi alasan bagi Kepolisian untuk mengungkapkan apakah jenazah tersebut Noordin atau bukan.

"Kalau Densus sudah ada, kenapa butuh waktu seminggu," tanya Agung.


(did/iy)
Senin, 10/08/2009 11:45 WIB
Penangkapan Teroris
Keluarga Akan Diberitahu Lokasi Penahanan Yayan 7 Hari Lagi
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Jakarta - Sejak ditangkap 5 Agustus 2009, keluarga belum mengetahui nasib Suryana alias Yayan alias Gepeng (28). Keluarga dijanjikan polisi akan diberitahu 7 hari lagi.

"Sampai saat ini, kita belum mendapat kabar tentang di mana Yayan ditahan. Jadi kita belum tahu di mana dia ditahan," kata juru bicara keluarga Yayan, Sri.

Hal ini disampaikan Sri di kediaman Yayan, Gang Mangga RT 14 RW 3, Kelurahan Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara, Senin (10/8/2009).

Menurut dia, kepolisian berjanji akan memberitahu kondisi Yayan 7 hari lagi. "Kita koordinasi dengan Polsek Koja dan Polres. Nanti, lewat mereka kita koordinasi kapan tahunya keberadaan Yayan," ujar Sri.

Pengamatan detikcom, keluarga Yayan tampak mengurung diri.
Ayah Yayan, Sarifuddin, terlihat duduk di kursi ruang tamu. Dia ditemani sang istri, Sri Lestari. Ayah Yayan tengah sakit. Rumah Yayan yang berlantai 2 dan tampak megah di gang itu terlihat sepi.

Yayan ditangkap 10 pria bersenjata berpakaian preman saat sedang tidur di rumahnya di daerah Koja, Jakarta Utara, pada 5 Agustus 2009. Koki sebuah hotel bintang 5 di Jakarta ini disebut-sebut terlibat ancaman SMS bom di KPU. Keterlibatan Yayan dengan jaringan teroris juga masih didalami.

(aan/nrl)
Senin, 10/08/2009 11:57 WIB
Penggerebekan di Temanggung
Aris dan Indra Diterbangkan ke Jakarta
Bagus Kurniawan - detikNews

dok detikcom (reuters)
Yogyakarta - Dua orang tersangka yang diduga teroris Temanggung, Aris dan Indra, diterbangkan ke Jakarta. Proses pemberangkatan keduanya di bawah pengawalan ketat Densus 88 Mabes Polri dan Brimob Polda Jawa Tengah (Jateng).

Keduanya diberangkatkan dari Mako Brimob Polda Jateng, Jl Mojo, Yogyakarta, sekitar pukul 10.50 WIB, Senin (10/8/2009). Keduanya mengenakan pakaian tahanan berwarna oranye, dengan kedua tangan dan kaki diborgol. Keduanya juga memakai alat penutup kepala dan berkacamata hitam.

Keduanya berjalan tertatih-tatih sambil merunduk saat memasuki mobil Kijang warna silver AA 7714 LK. Masing-masing tersangka diapit dua petugas bersenjata lengkap.

Para tersangka teroris ini kemudian dibawa ke Bandara Adi Sucipto. Jumlah iring-iringan kendaraan pengangkut dua tersangka teroris terdiri dari 7 mobil, di antaranya jenis Kijang kapsul dan Innova, serta sebuah bus polisi.

Keduanya diterbangkan ke Jakarta dengan menggunakan pesawat milik Polri. Belum ada informasi, apakah pesawat tersebut akan mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma atau bandara lainnya.

Informasi lain yang beredar, Mohzahri, pemilik rumah yang menjadi persembunyian tersangka teroris yang sebelumnya diduga Noordin M Top, juga dibawa ke Jakarta. Namun belum ada informasi resmi mengenai hal itu.
(bgs/djo)

Senin, 10/08/2009 12:00 WIB
SBY Jadi Sasaran Teroris
Anggota Komisi I DPR: Statemen Kapolri Asumsi, Perlu Bukti Kuat
Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Kapolri & SBY (Rumgapres)
Jakarta - Statemen Kapolri Jendral Bambang Hendarso Danuri (BHD) bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi sasaran teroris dinilai sebagai asumsi belaka. Kapolri harus menunjukkan bukti kuat untuk mendukung dugaannya.

"Dalam pandangan saya, apa yang disampaikan Kapolri masih merupakan asumsi," ujar anggota Komisi I DPR, Andreas Pareira, saat ditemui wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (10/8/2009).

Menurut Pareira, statemen Kapolri merupakan temuan yuridis yang harus didukung bukti, sehingga tidak berpolemik dengan asumsi. Kapolri dihimbau mengerahkan anak buahnya untuk mengumpulkan fakta pendukung.

"Saya kira Polri harus segera menyertai dengan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung statemen tersebut," ungkap Pareira.

Kalau sampai terbukti demikian, menurut Pareira, bisa jadi benar asumsi yang beredar bahwa teroris telah berganti target.

"Kalau temuan tersebut terbukti artinya telah terjadi pergeseran sasaran para teroris," tegasnya.

(van/irw)
Senin, 10/08/2009 12:21 WIB
Anggota DPR Minta Polisi Publikasikan Foto Teroris Temanggung
Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Polisi diminta menunjukkan foto mayat teroris yang tewas saat penggerebekan di Temanggung, Jawa Tengah pekan lalu. Hal itu untuk menghapus kesan bahwa polisi meragukan teroris tersebut adalah Noordin M Top.

"Ada kesan Polisi ragu jika tidak mirip atau bahkan ternyata bukan Noordin," ujar Anggota DPR, Ferry Mursyidan Baldan, saat ditemui wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (10/8/2009).

Ferry menganggap mudah saja bagi polisi membuka misteri foto teroris Temanggung. Dengan cara ini masyarakat akan tahu siapa yang ditangkap polisi di wilayah itu.

"Tentang korban yang tertembak di Temanggung, seharusnya polisi mem-publish foto wajah orang yang tertembak, toh sebelumnya Polisi juga telah mengedarkan foto-foto Noordin M Top," ungkap Ferry.

Hal ini, menurut Ferry, menjadi nilai plus bagi polisi. "Untuk menghilangkan spekulasi dan kesan misteriusnya hasil opersi kemarin, tes DNA adalah hal lain yang akan membuktikan siapa orang tersebut," imbuh Ferry.

Ferry kemudian mengomentari statemen Kapolri Jendral Bambang Hendarso Danuri mengenai kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai
sasaran bom. Menurutnya, setiap pernyataan Polisi diperlukan bukti pendukung yang kuat.

"Belum ada bukti kuat bom itu mempunyai target SBY, kedua pernyataan itu sebenarnya mengundang pertanyaan apakah pengamanan VVIP yang dilakukan selama ini dipandang masih terlalu lemah," tegasnya.
(van/irw)
Senin, 10/08/2009 12:25 WIB
Polisi Yakin Noordin Tewas
Tubuh Teroris Temanggung Hancur, Kepalanya Rusak Sedikit
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Siapa yang tewas di sebuah rumah di Temanggung, Jawa Tengah? Apakah Noordin M Top? Semuanya masih simpang siur. Tapi polisi yakin pria itu memang Noordin M Top, meski sejumlah pihak masih meragukan.

Informasi yang dikumpulkan, Senin (10/8/2009), pihak kepolisian meyakini bila pria itu Noordin berdasarkan pengakuan tersangka Aris dan Indra yang diduga kuat sebagai kurir Noordin.

Kedua tersangka itu menunjuk rumah tersebut sebagai tempat persembunyian Noordin. "Karena itu diyakini itu Noordin," jelas sumber di kepolisian yang enggan disebutkan namanya saat ditemui di Jakarta.

Sumber di kepolisian juga menjelaskan bila foto yang beredar di masyarakat bukan foto Noordin. Dalam foto yang beredar memperlihatkan mayat dengan kepala terbelah. Ini sangat berbeda dengan kondisi mayat pria yang diduga teroris yang tewas di Temanggung.

"Kondisi jenazah yang di Temanggung, tubuh hancur tapi kepala rusaknya sedikit," ujar sumber itu.

Namun sumber resmi di kepolisian belum bisa memastikan apakah pria tewas itu Noordin, karena masih menunggu kepastian tes DNA yang dilakukan pada anak Noordin di Malaysia. Pihak Mabes Polri sudah mengambil data DNA dari Malaysia.

(ndr/iy)
Senin, 10/08/2009 12:27 WIB
Jaga Kredibilitas, Polisi Harus Jujur Siapa Teroris Temanggung
Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Upaya penyergapan teroris di Temanggung, Jawa Tengah sudah menjadi perhatian publik yang sangat luas. Apalagi diberitakan media secara langsung bahwa sosok yang sedang disergap itu adalah gembong teroris Noordin M Top. Namun sampai saat ini aparat belum mengumumkan siapa sesungguhnya teroris yang tewas itu.

"Untuk menjaga reputasi dan kredibilitas, aparat kepolisian harus segera mengungkap siapa teroris yang tewas di Temanggung itu. Karena proses penyergapannya begitu dramatis sehingga seperti tayangan reality show," kata Wakil Ketua FPPP Lukman Hakiem kepada detikcom, Senin (10/8/2009).

Menurut Lukman, harusnya dalam setiap operasi, polisi lebih mengutamakan hasil daripada publikasinya. Dengan cara disiarkan langsung oleh beberapa TV, proses penyergapan itu hanya akan menjadi beban polisi jika ternyata teroris yang ditangkap bukanlah Noordin M Top.

"Dalam hal ini, sepertinya aparat kepolisian harus belajar kepada Kopassus dalam hal operasi. Diam-diam tapi kena, seperti pas pembebasan pembajakan pesawat woyla. Hanya dalam hitungan menit. Nggak ramai-ramai sampai 17 jam, apalagi kalau ternyata itu bukan target utama," kata Lukman.

Aparat kepolisian diminta lebih berhati-hati dalam menerima informasi soal masukan keberadaan Noordin M. Top. Karena jika informasi yang masuk ditelan mentah-mentah, kejadiannya bisa sangat fatal dan dramatis seperti di Temanggung.

"Saya mengira, banyak tayangan TV yang mengatakan penyergapan di Temanggung itu merupakan Noordin M Top karena info dari Aris dan temannya yang ditangkap sebelumnya. Dalam hal ini polisi harus bisa memilah betul informasi yang masuk," pungkasnya.
(yid/iy)
Senin, 10/08/2009 12:35 WIB
Najib: Malaysia Bukan Tempat Pelatihan Teroris
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Malaysia - Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Razak geram dengan tudingan beberapa pihak yang mengatakan Malaysia adalah tempat pelatihan bagi teroris. Dia mengatakan Malaysia tidak akan terpengaruh oleh hal tersebut.

"Malaysia bukanlah tempat pelatihan bagi para teroris, itulah kenapa Noordin Mat Top pergi dari Malaysia ke Indonesia," kata Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, dalam sebuah konferensi pers di Ampang, Malaysia, Minggu (9/8/2009), seperti dilansir The Malaysian Insider, Senin (10/8/2009).

Sementara itu, terhadap laporan mengenai tewasnya gembong teroris, Noordin M Top, setelah penyergapan oleh kepolisian di Indonesia, Najib bersikukuh dirinya tidak mau terburu-buru menyimpulkan. Dia tetap akan menunggu hasil tes DNA.

"Saya menerima laporan kontra, jadi saya tidak mau menyimpulkan terlebih dahulu," ujarnya.

(nvc/iy)
Senin, 10/08/2009 12:56 WIB
Panglima TNI: Peningkatan Pengamanan Presiden Harus Dirahasiakan
Muchus Budi R. - detikNews

Solo - Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso membenarkan adanya peningkatan pengamanan untuk keselamatan Presiden SBY. Namun Djoko mengatakan titik-titik pengamanan yang diperketat tidak bisa disampaikan secara rinci dengan alasan agar tidak diketahui pihak yang bertujuan buruk.

Hal tersebut disampaikan oleh Djoko Santoso kepada wartawan seusai menandatangani Prasasti Sritex selaku ketua umum PBSI di Arena Hall B Gor Bhineka, Solo, Jawa Tengah, Senin (10/8/2009).

Djoko mengaku hingga saat ini belum ada permintaan khusus dari presiden untuk melakukan peningkatan pengamanan setelah ada informasi dirinya dan kediamannya dijadikan sasaran aksi teror. Namun, menurut Djoko, meskipun tidak ada ada permintaan, pengamanan harus ditingkatkan berkaitan dengan informasi itu.

"Karena ada informasi yang diberikan oleh Kepolisian maka selaku penanggung jawab keselamatan presiden dan wakil presiden saya melakukan peningkatan pengamanan," ujar Djoko Santoso.

Djoko enggan memberikan penjelasan rinci pada titik-titik mana saja peningkatan pengamanan itu dilakukan. Menurutnya, jika titik-titik pengamanan yang ditingkatkan itu disampaikan ke publik maka sama saja dengan memberitahukanya kepada yang hendak berbuat jahat.

Lebih lanjut, Djoko mengatakan situasi keamanan di Indonesia, terutama di Jawa Tengah, hingga saat ini masih terkendali. Dalam tertib sipil, penanggung jawab keamanan adalah pihak Kepolisian. Tugas TNI hanyalah sebatas memberi bantuan.
(mbr/irw)
Senin, 10/08/2009 13:04 WIB
Pasca Penemuan Bom
Pengamanan Istana Negara Biasa-biasa Saja
Anwar Khumaini - detikNews
Jakarta - Pascapenemuan ratusan kilo bahan peledak di daerah Jatiasih, Bekasi, pengamanan di Istana Kepresidenan, Jakarta tampak biasa-biasa saja. Tidak nampak pengamanan yang begitu menyolok di tempat yang dikabarkan jadi sasaran peledakan berikutnya ini.

Pantauan detikcom, Senin (10/8/2009), setiap hendak masuk ke lingkungan Istana, seperti biasa para pengunjung diperiksa dengan metal detector. Sementara di sepanjang jalan di depan, samping dan belakang Istana yakni Jl Medan Merdeka Utara, Jl Veteran dan dan Jl Veteran III juga tidak terlalu ketat pengamanannya.

Yang tampak justru berbagai persiapan menjelang upacara peringatan HUT RI 17 Agustus mendatang. Beberapa tenda lengkap dengan umbul-umbul merah putih tampak sudah dipasang di Istana Merdeka. Satu panser dan water canon juga tampak diparkir di depan Istana Merdeka.

Menurut Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri saat jumpa pers Sabtu 8 Agustus lalu, Istana Merdeka akan menjadi salah satu tempat yang akan diledakkan oleh para teroris. Rencananya, bom akan diledakkan saat peringatan detik-detik proklamasi pada 17 Agustus nanti.

(anw/lrn)
Senin, 10/08/2009 13:07 WIB
Penggerebekan di Jatiasih
Terbentur 3 Syarat, Keluarga Batal Lihat Jenazah Air & Eko
Mega Putra Ratya - detikNews

Jakarta - Keluarga Ari Setiawan dan Eko Joko Sarjono terpaksa gigit jari. Keluarga belum dapat melihat langsung jenazah anak mereka. Usapan jari, gigi dan DNA itulah syarat yang harus dipenuhi keluarga.

"Kita minta polisi untuk melihat. Ternyata, ada beberapa identifikasi standar yang harus dijalankan. Pertama, usapan sidik jari, usapan gigi, dan DNA," kata kuasa hukum keluarga Air dan Eko, Muhammad Kurniawan.

Hal ini disampaikan dia di RS Polri Dr Sukanto, Jalan Raya Bogor, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (10/8/2009).

Dikatakan dia, usapan jari sudah diambil di Solo. "Barusan tadi pagi masuk ke sini," ujarnya.

Kurniawan mengatakan, tes DNA membutuhkan waktu 3-5 hari.

"Sehingga nanti 3-5 hari apabila sudah selesai. Maka yang berhak mendapat izin dan mengambil jenazah adalah Bareskrim Mabes Polri. Jadi RS tidak berwenang untuk memberikan izin.

"Sampai saat ini, kami tidak diizinkan melihat jenazah. Karena ada 3 aturan yang tadi itu. Menurut Pak Aidy (Kepala RS Polisi Pusat Brigjen Pol Aidy Rawat), mengingat itu harus dilakukan. Pak Aidy khawatir karena itu jadi pandangan internasional," papar dia.

Menurut dia, keluarga tadi menyerahkan sidik jari dari ijazah asli. "Nanti usapan gigi dari ayahnya," kata Kurniawan.

Langkah berikutnya, lanjut dia, keluarga menunggu yang dilakukan dokter polisi. "Ini harus dilalui walaupun membutuhkan waktu 3-5 hari," cetus dia.

Keluarga Ari dan Eko menyambangi RS Polri untuk memastikan jenazah anak mereka. Keluarga tiba di RS Polri pukul 09.50 WIB.

(aan/iy)
Senin, 10/08/2009 13:25 WIB
Penggerebekan di Jatiasih
Tak Ada Nama Air dan Eko, Cuma Inisial A dan E
Mega Putra Ratya - detikNews

Jakarta - Keluarga belum yakin jenazah yang tewas di Jatiasih, Bekasi, itu Air Setiawan dan Eko Joko Sarjono alias Eko Peyang. Saat dicek, dalam blangko yang disodorkan RS Polri, tidak ada nama Air dan Eko. Hanya ada inisial A dan E.

"Keluarga tidak merasa keberatan karena belum yakin itu Air dan Eko. Kondisi keluarga menunggu. Karena tadi dicek pengisian blanko, tidak ada nama Air dan Eko, yang ada inisial A dan E. Jadi belum jelas itu Air dan Eko," kata kuasa hukum keluarga Air dan Eko, Muhammad Kurniawan.

Hal ini disampaikan dia di RS Polri Dr Sukanto, Jalan Raya Bogor, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (10/8/2009).

Selain itu, kata dia, dokter pun tidak berani meyakinkan. "Tetapi mengatakan bahwa harus diidentifikasi dan dicocokan dengan keluarga di Solo dan juga dicocokkan dan diambil dari jenazah di sini," ujar dia.

Kurniawan menambahkan, keluarga belum yakin 50 persen karena foto yang di media, bukan foto yang ada di Polri. "Karena Polri tidak memiliki foto itu. Pihak Polri meminta keluarga menyerahkan foto," kata Kurniawan.

Keluarga batal memastikan jenazah Air dan Eko. Mereka terbentur syarat asupan jari, asupan gigi dan DNA.

(aan/iy)
Senin, 10/08/2009 13:25 WIB
Penggerebekan di Jatiasih
Tak Ada Nama Air dan Eko, Cuma Inisial A dan E
Mega Putra Ratya - detikNews

Jakarta - Keluarga belum yakin jenazah yang tewas di Jatiasih, Bekasi, itu Air Setiawan dan Eko Joko Sarjono alias Eko Peyang. Saat dicek, dalam blangko yang disodorkan RS Polri, tidak ada nama Air dan Eko. Hanya ada inisial A dan E.

"Keluarga tidak merasa keberatan karena belum yakin itu Air dan Eko. Kondisi keluarga menunggu. Karena tadi dicek pengisian blanko, tidak ada nama Air dan Eko, yang ada inisial A dan E. Jadi belum jelas itu Air dan Eko," kata kuasa hukum keluarga Air dan Eko, Muhammad Kurniawan.

Hal ini disampaikan dia di RS Polri Dr Sukanto, Jalan Raya Bogor, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (10/8/2009).

Selain itu, kata dia, dokter pun tidak berani meyakinkan. "Tetapi mengatakan bahwa harus diidentifikasi dan dicocokan dengan keluarga di Solo dan juga dicocokkan dan diambil dari jenazah di sini," ujar dia.

Kurniawan menambahkan, keluarga belum yakin 50 persen karena foto yang di media, bukan foto yang ada di Polri. "Karena Polri tidak memiliki foto itu. Pihak Polri meminta keluarga menyerahkan foto," kata Kurniawan.

Keluarga batal memastikan jenazah Air dan Eko. Mereka terbentur syarat asupan jari, asupan gigi dan DNA.

(aan/iy)
enin, 10/08/2009 13:27 WIB
Indonesia Jadi Tuan Rumah Sidang Parlemen Asia
Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Indonesia menjadi tuan rumah sidang eksekutif Majelis Parlemen AsiA (Asian Parliamentary Assembly - APA) yang pertama. Sidang yang rencananya akan dihadiri 16 negara asia akan bertempat di Sultan Hotel Jakarta, 11-12 Agustus 2009.

"Sidang eksekutif Majelis Parlemen Asia untuk pertama kalinya digelar di Indonesia sebagai bentuk keinginan bersatupadunya parlemen dalam mempromosikan perdamaian dan hak asasi manusia," ujar Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Abdillah Toha dalam konferensi pers di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (10/8/2009)

Menurut politisi PAN yang gagal masuk ke Senayan kembali ini, poin-poin penting yang akan dibahas dalam sidang parlemen Asia besok adalah isu-isu regional Asia.

"Akan dibahas draft resolusi integrasi pasar energi Asia, pemberantasan korupsi, pengentasan kemiskinan di Asia, isu lingkungan, isu globalisasi, krisis keuangan, kesehatan, kebudayaan, serta persahabatan antar negara Asia," ungkap Toha.

Menurut Abdillah, beberapa tamu yang akan hadir dalam acara ini berjumlah sekitar 56 orang dari 16 parlemen anggota APA. "Afganistan, Bahrain, Bangladesh, Kamboja, China, Indonesia, Lebanon, Malaysia, Pakistan, dan lain-lain," papar dia.

Hasil dari sidang eksekutif APA ini rencananya akan disampaikan dalam sidang pleno yang akan diselenggarakan bulan November atau Desember 2009 di Indonesia.

(van/yid)
Senin, 10/08/2009 13:30 WIB
Penggerebekan di Temanggung
Melewati Pintu Kargo, Dua Teroris Keluar Dari Halim
Reza Yunanto - detikNews

Jakarta - Pesawat Fokker yang membawa dua orang tersangka yang diduga teroris Temanggung, Aris dan Indra, tiba di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Melewati pintu kargo pesawat, keduanya diduga keluar dalam sebuah mobil.

Fokker bertuliskan polisi di lambung mendarat di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, pukul 13.00 WIB, Senin (10/8/2009),

Sekitar pukul 13.05 WIB, keluar dari pintu kargo 5 iring-iringan 5 mobil. Iring-iringan paling depan sedan patwal, iringan kedua mini bus ELV silver, iringan ketiga mobil Kijang Innnova hitam, iringan mobil keempat mobil box dan iringan kelima mobil patwal.

Kelima mobil itu keluar dari pintu kargo dan belum diketahui ke mana tujuan mereka. Diduga dua tersangka teroris Indra dan Aris berada di mobil Kijang Innova hitam sebab kaca mobil gelap.

Sopir patwal depan tidak mau memberitahukan ke mana rombongan itu pergi.
(nik/iy)
Senin, 10/08/2009 13:34 WIB
Pengebom JW Marriott, Dani Siswa Pintar di Sekolah
Anwar Hidayat - detikNews

Bogor - Dani Dwi Perdana pelaku bom bunuh diri di hotel JW Mariot pada 17 Juli lalu ternyata memiliki prestasi yang baik di sekolahnya. Dani yang bersekolah di SMA YADIKA 7 Bogor ini bahkan belum sempat membubuhkan sidik jari dan menandatangani ijazahnya sampai akhirnya tewas.

Dani lahir di Jakarta 17 Agustus 1991. Ia termasuk pemuda yang aktif baik di lingkungan rumah maupun sekolahnya. Yulianto, teman satu sekolah Dani, mengatakan Dani adalah orang yang baik dan taat beribadah.

"Emang baik sih anaknya, di sekolah aja dia jadi Ketua Rohis (Rohani Islam, red) dan
menjadi Ketua Basket," tutur Yulianto saat ditemui di SMA Yadika 7 Bogor, Jl Raya Kemang, Bogor, Senin (10/8/2009).

Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Yadika 7, Uum Umiyati juga mengatakan hal yang serupa. Menurutnya, Dani tidak hanya berprestasi di bidang akademis, tetapi juga memiliki sejumlah prestasi di bidang lain.

"Dani sudah seperti anak kandung kami sendiri. Dani memang anak rajin. Sepertinya di depan kami Dani anak yang nggak ada cacatnya," ucap Uum seraya mengecam orang yang telah merekrut Dani menjadi pengebom bunuh diri.
(lrn/djo)
Senin, 10/08/2009 13:35 WIB
Penggerebekan di Temanggung
Polisi Ambil Sampel Air Liur Anak Noordin 28 Juli
Ken Yunita - detikNews

Foto: Reuters
Jakarta - Untuk keperluan tes DNA, polisi telah mengambil sampel air liur anak pertama Noordin M Top, Muawwids di Johor, Malaysia. Pengambilan itu dilakukan pada 28 Juli 2009 atau sebelum penggerebekan di Temanggung, Jawa Tengah.

"28 Juli lalu, polisi Indonesia 5 orang datang ke rumah istri Noordin. Mereka mengambil sampel air liur anaknya (Noordin) yang umur 10 tahun," kata juru bicara keluarga Noordin, Badarudin Ismail saat dihubungi detikcom, Senin (10/8/2009).

Badarudin mengatakan, pengambilan sampel air liur itu awalnya akan digunakan untuk tes DNA jenazah yang ditemukan di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. Polisi ingin memastikan apakah Noordin adalah salah satu dari dua jenazah korban tewas bom di hotel mewah itu.

"Kan habis bom di Marriott itu ada jenazah yang ketemu, nah sampel air liur itu untuk mencocokkan apakah ada Noordin atau tidak," katanya.

Sebelumnya diberitakan, polisi akan mencocokkan DNA jenazah tersangka teroris yang tewas di Temanggung, Jawa Tengah dengan keluarga Noordin M Top. Polisi baru akan mengumumkan siapa yang tewas dalam penggerebekan selama 18 jam itu setelah hasil tes DNA keluar. (ken/iy)
Senin, 10/08/2009 13:40 WIB
Mayat di Temanggung Diduga Baridin, Mertua Noordin M Top
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Identitas jasad teroris di Temanggung, Jawa Tengah masih simpang siur. Ada yang menduga bila jasad itu Noordin M Top, ada juga yang meyakini bila jasad itu hanya mertuanya, Baridin. Namun ada juga yang menyebut bila jasad itu Ibrohim.

Informasi yang dikumpulkan detikcom, Senin (10/8/2009) sejumlah sumber di kepolisian juga meyakini bila teroris itu sebagai Baridin. Melihat dari bentuk wajahnya, diyakini dia adalah Baridin.

"Ciri-cirinya mirip Baridin, tapi tunggu saja nanti hasil DNA," jelas sumber di kepolisian yang enggan disebutkan namanya, saat ditemui di Jakarta.

Baridin, dikenal sebagai mertua Noordin M Top. Putrinya Arina dinikahi Noordin di Cilacap, Jawa Tengah pada 2006 lalu. Baridin menghilang bersama Noordin ketika polisi melakukan operasi di Cilacap pada Juni 2009.

Namun sumber resmi di kepolisian belum bisa memastikan identitas teroris di Temanggung itu. Mabes polri dalam pernyataan resminya masih menunggu hasil tes DNA.

(ndr/iy)
Senin, 10/08/2009 13:40 WIB
Mayat di Temanggung Diduga Baridin, Mertua Noordin M Top
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Identitas jasad teroris di Temanggung, Jawa Tengah masih simpang siur. Ada yang menduga bila jasad itu Noordin M Top, ada juga yang meyakini bila jasad itu hanya mertuanya, Baridin. Namun ada juga yang menyebut bila jasad itu Ibrohim.

Informasi yang dikumpulkan detikcom, Senin (10/8/2009) sejumlah sumber di kepolisian juga meyakini bila teroris itu sebagai Baridin. Melihat dari bentuk wajahnya, diyakini dia adalah Baridin.

"Ciri-cirinya mirip Baridin, tapi tunggu saja nanti hasil DNA," jelas sumber di kepolisian yang enggan disebutkan namanya, saat ditemui di Jakarta.

Baridin, dikenal sebagai mertua Noordin M Top. Putrinya Arina dinikahi Noordin di Cilacap, Jawa Tengah pada 2006 lalu. Baridin menghilang bersama Noordin ketika polisi melakukan operasi di Cilacap pada Juni 2009.

Namun sumber resmi di kepolisian belum bisa memastikan identitas teroris di Temanggung itu. Mabes polri dalam pernyataan resminya masih menunggu hasil tes DNA.

(ndr/iy)
Senin, 10/08/2009 13:41 WIB
Penggerebekan di Temanggung
Istri Djahri Minta Suaminya Dipulangkan Karena Tak Tahu Apa-apa
Parwito - detikNews

dok detikcom (reuters)
Temanggung - Endang Istiyaningsih menilai suaminya, Djahri (sebelumnya ditulis Mohzahri), tidak mengerti apa-apa soal penggerebekan terorisme di Temanggung. Karena itu Endang berharap suaminya segera dipulangkan polisi.

Hal itu dituturkan Darsinah yang merupakan adik kandung Endang Istiyaningsih. Pasca penggerebekan Endang memang mengungsi ke rumah Darsinah di Dusun Siwur, Desa Karangtejo, Kelurahan Kedu, Temanggung, Jawa Tengah (Jateng).

"Mbak Enang sangat mengaharapkan suaminya segera dipulangkan. Menurut dia, suaminya tidak tahu apa-apa soal orang yang bersembunyi di rumahnya," kata Darsinah, Senin (10/8/2009).

Darsinah menambahkan, Endang juga menceritakan tersangka terorisme itu tiba di rumahnya sekitar pukul 03.00 WIB, Jumat 7 Agustus. Orang tersebut tiba bersama Aris Susanto (tersangka yang ditangkap di Pasar Parakan Temanggung).

Kedatangan Aris dan orang tersebut diterima oleh Djahri. Pensiunan guru tersebut membukakan pintu dan mempersilakan kedua tamunya masuk. Mohzahri mengira orang tersebut hanya teman biasa Aris, yang tak lain adalah keponakannya sendiri. Endang sendiri tetap tertidur.

"Pagi harinya Mbak Endang diminta suaminya membuat teh. Tapi Mbak Endang tidak melihat tamunya, dia hanya menaruh teh di depan kamar tamunya itu tidur," tutur Darsinah.

Siang harinya, Djahri pergi untuk menjadi khatib Jumat di masjid setempat. Usai salat Jumat, Djahri dan istrinya pergi ke sawah. Namun saat akan pulang ke rumah sekitar pukul 15.00 WIB, keduanya dihadang oleh polisi. Mereka dilarang ke rumah karena akan ada penggerebekan.

"Jadi Mbak Endang tidak pernah melihat tamunya itu. Dia hanya mengira itu temannya Aris saja," ujar Darsinah.

Menurut Darsinah, Endang juga sangat berharap polisi memberikan ganti rugi atas kerusakan rumahnya. Sebab rumah tersebut merupakan milik keluarga besar Endang. "Rumah itu warisan dari orang tua kami," ungkap Darsinah.

(djo/djo) Senin, 10/08/2009 13:48 WIB
Penggerebekan di Temanggung
Ketua DPR Minta Polri Segera Pastikan Identitas Teroris
Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Ketua DPR Agung Laksono meminta Polri segera membuka identitas tersangka teroris yang tewas di Temanggung, Jawa Tengah. Hal ini penting untuk mencegah asumsi liar di kalangan masyarakat.

"Mengenai kepastian yang belum ada, supaya lebih cepat lebih lebih baik. Apakah yang ditembak di Temanggung, Noordin atau bukan? Kalau bukan, supaya diidentifikasi melalui tes DNA," ujar Agung saat berbincang dengan wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (10/8/2009).

Menurut Agung, hal ini penting agar spekulasi liar di masyarakat mengenai siapa yang disergap Densus 88 itu, berhenti sendirinya.

"Supaya tidak terus ada spekulasi macam-macam apalagi ancamannya macam-macam," cetusnya.

Agung juga meminta Polri serius menanggapi isu SBY sebagai target teroris. Ia pun minta kepala negara dijaga ketat.

"Pengamanan beliau, Pak SBY, sebagai lambang negara harus ditingkatkan," tegasnya.

(van/lrn)
Senin, 10/08/2009 13:50 WIB
Penggerebekan di Temanggung
Jika DNA Cocok, Keluarga Noordin Akan Terbang ke Jakarta
Ken Yunita - detikNews

Foto: Dokumen detikcom
Jakarta - Polisi akan mencocokkan DNA jenazah tersangka teroris yang tewas di Temanggung, Jawa Tengah dengan air liur anak Noordin M Top, Muawwids. Jika keduanya cocok, keluarga gembong teroris paling dicari itu akan terbang ke Jakarta, Indonesia.

"Kiranya jenazah dengan air liur itu cocok nanti istrinya dan ketiga anaknya (Noordin) akan ke Indonesia," kata juru bicara keluarga Noordin M Top, Badarudin Ismail saat dikonfirmasi detikcom, Senin (10/8/2009).

Keluarga Noordin yang akan ke Indonesia adalah istrinya, Rahmah dan ketiga anaknya Muawwids (10), Labibah (9), dan Hafzah (8). Jika diperlukan, keempatnya akan bersedia melakukan tes DNA.

"Nanti kalau memang diperlukan, mereka akan tes DNA lagi," kata Badarudin dengan logat Malaysia yang masih kental.

Siapa tersangka teroris yang tewas di Temanggung, Jawa Tengah, masih simpang siur. Polisi akan mencocokkan DNA jenazah tersangka teroris yang tewas itu dengan keluarga Noordin M Top. Polisi baru akan mengumumkan siapa yang tewas dalam penggerebekan selama 18 jam itu setelah hasil tes DNA keluar. (ken/iy)
Senin, 10/08/2009 13:52 WIB
Jadi Sasaran Bom, Ketua DPR Minta SBY Dijaga Ketat
Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Ketua DPR Agung Laksono meminta Polisi menjaga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dijaga ketat. Sebagai kepala negara, SBY harus diamankan dari ancaman terorisme.

"Pengamanan beliau, Pak SBY, sebagai lambang negara harus ditingkatkan. Sebagai Presiden harus diamankan," ujar Agung, berbincang dengan wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (10/8/2009).

Agung juga meminta polisi segera merilis hasil otopsi teroris Temanggung. Dengan demikian spekulasi miring di masyarakat dapat dibenamkan.

"Mengenai kepastian yang belum ada suapaya lebih cepat lebih lebih baik apakah yang ditembak di Temanggung Noordin atau bukan. Supaya tidak terus ada spekulasi macam-macam apalagi ancamannya macam-macam," ungkap Agung.

Apabila diperlukan langkah lanjutan, tes DNA misalnya, Agung berharap polisi segera menyelesaikannya.

"Kalau bukan siapa supaya diidentifikasi melalui tes DNA, segera," tegasnya.

(van/irw)
Senin, 10/08/2009 13:59 WIB
Polisi Tak Tangkap Noordin di Jatiasih Sebab Ikuti Prosedur
Didit Tri Kertapati - detikNews

Jakarta - Kelakuan gembong teroris asal Malaysia, Noordin M Top, yang hobi menebar bom membuat jajaran Kepolisian gemas. Namun polisi tidak bisa main tangkap saat mengidentifikasi Noordin ada di Jatiasih, Bekasi.

"Kita sudah gemas sama Noordin. Siapa yang tidak atau Anda tidak gemas sama Noordin. Artinya, kalau sudah pasti, pasti kita ambil," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Nanan Soekarna.

Hal itu disampaikan Nanan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (10/8/2009).

Menurut dia, polisi tidak bisa main tangkap teroris. "Itu sudah teknis. Ada mekanismenya," ujarnya

Nanan pun meminta masyarakat menjadikan teroris musuh bersama. "
Contoh, di Malang dan Wonosobo. Saya bukan yang melaksanakan. Yang pasti, mari jadikan Noordin kek, siapa kek, teroris menjadi musuh bersama. Sekali lagi mohon bantuan, mari jadikan teroris musuh bersama untuk ditindak," kata Nanan.

Noordin sempat singgah di Jatiasih setelah peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Rizt-Carlton pada 17 Juli 2009. Kematian Noordin hingga kini masih simpang siur. Kepolisian yakin Noordin tewas di Temanggung. Namun, beberapa pengamat meragukannya.
(aan/iy)
enin, 10/08/2009 14:01 WIB
Tingkatkan Kewaspadaan, Semua Kapolsek di Jateng Dikumpulkan
Triono Wahyu Sudibyo - detikNews

dok detikcom
Semarang - Pasca penyergapan tersangka teroris di Temanggung, kewaspadaan terhadap teroris kian digalakkan di Jateng. Kapolsek se-Jateng pun dikumpulkan.

Acara pengarahan terhadap kapolsek digelar sekitar pukul 13.30 WIB di Ruang Borobudur, Mapolda Jateng, Jl. Pahlawan Semarang, Senin (10/8/2009). Selain kapolsek, tampak hadir sejumlah kapolres dan kapolwil.

Kapolda Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo enggan mengaku pengarahan itu terorisme. "Saya kan belum pernah ketemu mereka (semuap kapolsek)," katanya sambil berjalan menuju ruang pengarahan.

Alex mengatakan, sejak dulu, polisi selalu waspada. "Jadi tidak ada isitlah peningkatan kewaspadaan. Dari dulu sudah waspada," imbuh pucuk pimpinan polisi di Jateng yang dikenal murah senyum ini.

Apakah ada penambahan personel di lapangan? Alex tidak mengiyakan. Menurut dia, sejauh ini jumlah personel masih standar sebagaimana status siaga satu pemilu.

Alex juga tidak menjawab secara tegas apakah operasi yang dilakukan kepolisian terkait dengan terorism. "Itu kan operasi biasa. Ya, agenda rutin kepolisian," katanya.

Saat dikejar beberapa wartawan, Alex berkali-kali mengatakan, informasi mengenai terorisme harus satu pintu, yakni melalui Mabes Polri. Dia sama sekali tak menjawab seputar penyergapan di Temanggung, pengamanan wilayah, hingga daerah-daerah yang mungkin jadi tempat persembunyian teroris.

(try/djo)

Senin, 10/08/2009 14:03 WIB
Bom Marriott dan Ritz-Carlton
SJ Kader Lama yang Baru Dimunculkan, Umur 32 Tahun
Arifin Asydhad, Gagah Wijoseno - detikNews

Rumah yang Ditinggali SJ (foto: Arifin A/detikcom)
Jakarta - Saifuddin Jaelani (SJ) di Perumahan Telaga Kahuripan, Kemang, Bogor, memang begitu memesona. Dia yang masih muda, berumur 32 tahun, bisa bergaul dengan para remaja di perumahan itu. Dia diduga kader lama yang selama ini belum dilibatkan dalam kasus-kasus sebelumnya.

Informasi yang didapatkan detikcom, nama SJ belum ada di data teroris di Mabes Polri. Karena itu, polisi masih mendalami identitas sebenarnya SJ, meski Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri sudah menyatakan bahwa dia adalah murid Dr Azahari yang merekrut dua pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton.

Ali Imron alias Ale dan Mubarok, dua terpidana kasus terorisme seangkatan Amrozi, mengaku tidak mengenal SJ. "Saat saya tanya siapa SJ, keduanya tidak mengenal. Bahkan saat ditanya SJ adalah Saifuddin Jaelani, keduanya mengaku tidak tahu," ujar sumber detikcom yang berhasil menghubungi Mubarok, Senin (10/8/2009).

Ale maupun Mubarok, yang saat ini sedang dalam pembinaan Polri, menduga bahwa SJ merupakan kader yang baru dimunculkan. Sebab, saat aktif di jaringan Azahari dan Noordin Moh Top, keduanya mengaku tidak pernah mendengar nama itu.

Sumber detikcom di polisi juga mengaku sempat ragu bahwa SJ terlibat dalam aksi bom di Marriott dan Ritz-Carlton. Namun, setelah polisi mendalami dan mengintai sangat lama, polisi yakin bahwa SJ merupakan jaringan Noordin Moh Top yang bertugas khusus merekrut para calon 'pengantin' untuk menjadi pelaku bom bunuh diri.

Intelijen sebenarnya sudah mencurigai SJ sejak lama. Namun, indikasi-indikasi yang menguatkan bahwa SJ masuk dalam jaringan Noordin diketahui hanya beberapa hari sebelum bom meledak di Marriott dan Ritz-Carlton 17 Juli 2009 lalu.

SJ tinggal di Perumahan Telaga Kahuripan sejak akhir 2007. Namun, sekitar 3 atau 4 bulan lalu, SJ menghilang tanpa jejak. Jadi, SJ berada di Telaga Kahuripan sekitar 1,5 tahun.

Sikap SJ di tengah masyarakat yang sopan, penuh senyum, dan ramah ini membuat banyak warga yang terpikat. Dia mengaku bertitel LC dari Yaman dan penghafal Al Quran yang bagus. Karena dianggap bisa menghafal surat-surat Al Quran lebih banyak dibanding ustad-ustad yang sebelumnya berada di perumahan itu, SJ kemudian dinobatkan sebagai imam di Masjid As Surur yang berada di Gugus Candraloka perumahan itu.

Dia tinggal di Telaga Kahuripan bersama istrinya, yang menggunakan cadar, dan memiliki 1 anak. Usianya yang masih muda, membuat banyak remaja, terutama remaja masjid, yang terpikat dengan SJ, termasuk Dani Dwi Permana, yang kemudian diketahui sebagai pelaku bom bunuh diri di JW Marriott.
(asy/nrl)
Senin, 10/08/2009 14:06 WIB
Indonesia Minta Terorisme Dibahas Dalam Sidang Parlemen Asia
Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Sebagai tuan rumah sidang perdana Asian Parliementary Assembly (APA), Indonesia memiliki permintaan khusus. Indonesia akan mengajukan isu terorisme dibahas dalam sidang parlemen Asia ini.

"Salah satu yang kami minta dibahas adalah masalah terorisme," kata Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP), Abdillah Toha dalam konferensi pers di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (10/8/2009).

Menurut Abdillah, Indonesia mengharap kerjasama dunia internasional dalam pemberantasan terorisme. Melalui jalan parlemen, masalah terorisme diharapkan akan dibahas tuntas sampai jalan keluar bersamanya.

"Harus ada kerjasama yang baik antar negara supaya bagaimana penyelundupan senjata dan sumber dana teroris dapat terungkap," ungkap politisi PAN ini.

Selain membahas terorisme, isu krisis keuangan global, masalah kesehatan, pemberantasan korupsi, dan penuntasan kemiskinan juga diagendakan dalam sidang APA.

Sidang APA akan digelar di Hotel Sultan, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, tanggal 11-12 Agustus 2009. Sidang ini dihadiri 56 orang dari 16 negara anggota APA.

(van/yid)












Tidak ada komentar: