Kamis, 13 Agustus 2009

Senin, 10/08/2009 18:26 WIB
Jadi Target Serangan Bom, Warga Cikeas Ketakutan
Anwar Khumaini - detikNews

Bogor - Warga Cikeas kini ketakutan. Mereka was-was kompleks tempat tinggal mereka benar-benar akan menjadi sasaran teroris. Hal ini terkait ditemukannya 500 kilogram bahan peledak di Jati Asih Bekasi yang rencananya akan diledakan di kediaman SBY.

"Kita takut di sini," ujar Encih, pedagang kelontong yang setiap hari menjual dagangannya di depan gerbang Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Senin (10/8/2009).

Menurut Encih, meskipun pembawa bom telah tertangkap, namun dirinya mengaku masih was-was karena belum ada jaminan wilayahnya akan bebas dari bom.

"Kita kan di Cikeas, dengan Ciangsana (lokasi ditemukan bahan peledak) satu arah. Jadi kita masih takut," ujar wanita 35 tahun ini.

Encih pun merasa bersyukur karena saat ini pengamanan di Cikeas lebih diperketat. Setiap harinya sekitar 3 peleton polisi disiagakan di tempat-tempat tertentu.

Senada dengan Encih, Nancy,seorang pelajar SMA mengaku takut juga kampungnya menjadi target serangan bom. "Ya takutlah namanya juga bom," ujar gadis manis ini.

Pantauan detikcom, pengamanan di seitar Puri Cikeas tampak diperketat. Untuk bisa masuk ke kediaman SBY, harus melalui 3 pemeriksaan. Saat ini SBY sedang menerima ratusan anggota DPR terpilih periode 2009-2014 di kediamannya.


(rdf/iy)
Senin, 10/08/2009 17:43 WIB
JK: Konflik Bisa Ciptakan Teroris
Gunawan Mashar - detikNews

Palu - Konflik yang berbau SARA yang terjadi di sejumlah daerah beberapa tahun lalu, dinilai bisa menciptakan teroris. Medan konflik dijadikan ajang latihan, sebelum melakukan aksi teror.

"Kalau kita ikuti pemberitaan dan kesaksian di pengadilan, Noordin M Top ternyata pernah ke Poso. Jadi konflik bisa menciptakan teror," ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).

Hal ini dikatakan JK saat berbicara di Simposium Refleksi 10 Tahun Perdamaian Poso di Hotel Swiss Bell, Jl Malonda, Palu, Senin (10/08/2009).

Bahkan menurut JK, daerah konflik malah dijadikan lahan
untuk merekrut anggota-anggota baru untuk melakukan aksi teror.

JK juga mengatakan bahwa akar munculnya konflik dan teror adalah ketidakadilan dan ekonomi. Karena itu diperlukan kepemimpinan yang adil dan kesetaraan ekonomi.

Dalam kesempatan itu, JK juga menuturkan bahwa konflik di Poso dan Ambon beberapa tahun silam, adalah imbas dari demokrasi yang terlalu terbuka.

Dia membandingkan saat Orde Baru, jabatan gubernur dan wakil gubernur di daerah konflik telah diatur agar mewakili agama yang dianut warga. Namun saat reformasi, demokrasi memunculkan bahwa pemenanglah yang menentukan.

Gubernur yang terpilih bisa saja memilih wakil yang agamanya sama. "Sehingga tidak terjadi disharmonisasi. Jadi konflik ini sebenarnya politik yang ditarik ke agama," kata JK.
(gun/nik)
Senin, 10/08/2009 17:41 WIB
Teriakan 'Saya Noordin' Bikin Lucu Drama Penggerebekan Teroris
Amanda Ferdina - detikNews

Jakarta - 18 Jam tim Densus 88 Mabes Polri berjibaku melumpuhkan teroris yang bersembunyi di sebuah rumah di Temanggung, Jawa Tengah. Namun, drama penangkapan teroris yang menegangkan itu dinilai cacat.

"Apa yang sudah kita saksikan adalah drama sinetron pembunuhan yang nggak jelas. Yang dikonotasikan ada Noordin (Noordin M Top) tidak jelas juga," kata mantan anggota Komando Jihad Umar Abduh.

Hal itu disampaikan dia dalam diskusi "Membongkar Jaringan Perdagangan Komoditi Terorisme yang Menzalimi Wong Cilik" di Doekoen Coffee, Jl Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (10/8/2009).

Umar menangkap pula adanya hal yang lucu dalam penggerebekan selama dua hari itu. Yakni teriakan orang dari dalam rumah yang menyebutkan diri sebagai Noordin. Orang itu seperti ketakutan, padahal sebelumnya dia digambarkan sebagai teroris.

"Jadi drama itu cacat saya kira. Justru orang nggak percaya," jelasnya.

Tidak cuma sampai di situ saja. Menurut Umar, Polri menyimpulkan tewasnya teroris yang disangka Noordin dan penangkapan dua pelaku lainnya membuat kasus bom JW Marriott dan Ritz-Carlton terungkap. Padahal, lanjutnya, antara berbagai peristiwa tersebut tidak saling berkaitan.

Wakil Ketua Dewan Syuro DPP PKB Lily Wahid juga sependapat dengan Umar. Kata dia, seharusnya polisi berpikir bagaimana menenangkan masyarakat, bukan malah menampilkan pertunjukkan di Temanggung, yang juga dinilainya mirip adegan sinetron.

"Harusnya polisi berpikir bagaimana menenangkan masyarakat dengan kondisi ekonomi seperti ini, jangan ditambah dengan kondisi seperti sinetron ini," jelasnya di tempat yang sama.

Ketua PPMI Eggi Sudjana menyebut aksi Densus 88 di Temanggung tidak masuk akal dan hanya rekayasa. Lebih jauh lagi, kata dia, penggerebekan itu untuk mengaburkan pelaksanaan Pilpres yang diketahui banyak kecurangan.

"Jadi harus ada manuver alihkan situasi," ujarnya singkat. (irw/iy)

Tidak ada komentar: