Selasa, 28 Juli 2009

Abu Bakar Ba'asyir, BOM J.W. Marriot, DetikNews.com, Minggu 26 Juli 2009

Minggu, 26/07/2009 00:09 WIB
Geram, Ba'asyir Sebut Abdurrahman Assegaf Preman
Triono Wahyu Sudibyo - detikNews

Semarang - Pimpinan Ponpes Ngruki, Sukoharjo, Jateng, Abu Bakar Ba'asyir, geram dengan Abdurrahman Assegaf karena menuding pelaku bom Marriott dan Ritz Carlton adalah alumni Ngruki. Ba'asyir menyebut Ketua Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) itu preman.

"Dia (Abdurrahman Assegaf) bukan habib, tapi preman," kata Ba'asyir usai mengisi pengajian di Masjid Al Ikhlas, Jl Dr Cipto, Semarang, Sabtu (25/7/2009) malam.

Ba'asyir mengaku tidak terima alumni ponpesnya, Nur Sahid, dituduh sebagai pelaku bom Marriott-Ritz. Apalagi pada akhirnya terbukti bahwa Nur Sahid bukan pelakunya.

"Tes DNA membuktikan dia (Nur Sahid) bukan pelakunya. Ya, keliru itu biasa. Nggak apa-apa, asal jujur," katanya.

Karena itu, mantan pimpinan MMI ini menuding Abdurrahman Assegaf yang menyebut alumni Ponpes Ngruki adalah pelaku bom Marriott-Ritz sebagai fitnah besar.

"(Abdurrahman) itu orang jelek dan diduga informan atau orang yang dimanfaatkan kelompok lain," jelasnya.

Tak banyak yang hadir dalam pengajian Ba'asyir di Semarang. Yang hadiri hanya sekitar 40 orang. Menurut panitia, tiap bulan Ba'asyir menyempatkan diri mengisi pengajian di masjid tersebut.
(try/sho)
Minggu, 26/07/2009 01:06 WIB
Ba'asyir: Kalau Meledakkan Bom di Amerika Saja!
Triono Wahyu Sudibyo - detikNews

Semarang - Pimpinan Ponpes Ngruki, Sukoharjo, Jateng, Abu Bakar Ba'asyir lebih setuju pelaku bom beraksi di Amerika Serikat, bukan di wilayah yang tidak ada perang seperti Indonesia. Sebab selama ini para pengebom itu mendaklarasikan perang melawan Amerika.

"Silahkan dilakukan di Amerika saja. Itu karena mereka (pelaku bom) mengumumkan perang melawan Amerika," kata Ba'asyir usai mengisi pengajian di Masjid Al Ikhlas Semarang, Jl Dr Cipto, Sabtu (25/7/2009) malam.

Ba'asyir mengatakan tujuan peledakan bom Marriott-Ritz sebetulnya bukan Indonesia, tapi Amerika. Menurut dia, Amerika dianggap musuh Islam sehingga harus dilawan melalui berbagai cara. Salah satunya dengan meledakkan bom.

"Sebaiknya, bom memang tidak digunakan dalam wilayah yang tidak sedang perang seperti Indonesia. Tapi mungkin pelaku punya pertimbangan lain," paparnya.

Mantan pimpinan MMI itu menuding pelaku bom di Indonesia ditunggangi kelompok lain, seperti intelijen AS CIA. Tujuannya agar Indonesia terus menekan kelompok Islam.

"Omong kosong kalau orang kita bisa merakit dan meledakkan bom di dalam hotel. Membawa satu paku ke hotel saja ketahuan kok, apalagi bom," tegasnya.

Ba'asyir enggan menyebut pelaku bom adalah orang yang berjihad. Dia hanya yakin bahwa mereka melakukan itu demi membela umat Islam. Salah satu dari mereka adalah Noordin M Top, sosok yang paling dicari polisi.
(try/sho)
Minggu, 26/07/2009 11:50 WIB
Memburu Noordin M Top
Diduga Teroris, Pasutri di Malang Diusir Warga
Muhammad Aminudin - detikNews

Gambar Noordin M Top (detikcom)
Malang - Diduga terkait pelaku teroris, pasangan suami istri diusir warga di Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Tindakan pengusiran ini setelah keduanya menolak menunjukkan surat pindah dan surat nikah saat akan mendiami rumah salah satu warga.

Dari informasi yang diperoleh detikcom kedua pasangan suami berinisial Hn (45), dan istri berinisial Wn (40), berasal dari Jember.

Tindakan pengusiran warga ini juga dibenarkan oleh Kapolsekta Kedungkandang AKP Anang Tri Hananta ditemui di Mapolsekta Kedungkandang Jalan Kiai Ageng Gribig, Malang, Jawa Timur, Minggu (26/7/2009).

Mantan Kapolsek Ngantang ini menuturkan, tindakan warga itu karena menilai
pasutri tidak kooperatif dan cenderung melawan warga ketika dimintai keterangan surat kepindahan.

Terlebih pasutri yang telah tinggal beberapa hari itu banyak diketahui berperilaku mencurigakan layaknya pelaku terorisme.

"Mereka pun diusir, warga curiga dalam penampilan dan perilakunya mirip dengan Hendrawan yang ditangkap Densus 88 sebulan lalu," ujarnya.

Secara terpisah Kasatintelkam Polresta Malang AKP Zainuri mengatakan, perilaku aneh memang pernah ditunjukkan kedua pasangan suami istri itu. Ketika warga ramai meminta kejelasan surat kepindahan. Mereka malah berbalik menjawab untuk menyuruh warga menanyakan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Jangan tanya saya, tanya kepada Allah Yang Maha Mengetahui," kata Zainuri
menirukan perkataan Hn saat diminta menunjukkan surat pindah dan surat nikah.

Hal aneh dan tak pernah terjadi dilakukan oleh Hn. Ketika mengikuti ibadah salat Jumat di masjid setempat. Saat imam salat Jumat memberikan khotbah, mendadak Hn beranjak dari tempat duduknya dan menginterupsi apa yang disampaikan khotib.

Kontan saja perilaku Hn ini mengagetkan jamaah lain. Terlebih Hn mengomentari apa yang disampaikan khotib.

"Khotib saat memberikan khotbah jumat diinterupsi.Karena menilai tidak sesuai dengan yang dia diketahui," ungkap Zainuri menceritakan.

Kini pasutri itu telah meninggalkan wilayah Bumiayu. Seperti diketahui aparat kepolisian terus memperketat pengawasan di kawasan Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

Hal itu setelah Hendrawan (50), warga Perum Pesona Buring Indah, Kelurahan Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, ditangkap Densus 88 Anti Teror di Solo bulan lalu. Karena terkait jaringan Jamaah Islamiyah yang kabur dari Singapura Tahun 2003 lalu.

(nwk/nwk)
Minggu, 26/07/2009 13:25 WIB
Hukuman Cambuk Kartika Sari Dewi Shukarno Tuai Perdebatan
Nograhany Widhi K - detikNews

Kartika Sari Dewi Shukarno (AFP)
Kuala Lumpur - Pekan lalu Pengadilan Syariah di Malaysia mengeksekusi 6 kali hukuman cambuk bagi seorang model muslim yang kedapatan minum bir di pub. Hukuman cambuk itu menuai perdebatan karena sebagian menganggap tak manusiawi.

Kartika (32), yang mengantongi permanent resident selain dikenai 6 kali hukuman cambuk juga dikenai denda sekitar RM 5 ribu setelah dinyatakan bersalah minum alkohol di kawasan negara bagian Pahang, tahun lalu.

Pro kontra ini terjadi di negara jiran yang mayoritas warganya beragama Islam. Karena minuman beralkohol tersedia hampir di semua tempat di Malaysia, dan selama ini jarang terjadi seorang Muslim yang minum alkohol dikenai hukuman cambuk.

"Hukuman cambuk itu sama dengan penyiksaan dan mulai sekarang kita seharusnya kita tidak menutup mata atas hal itu," ujar Direktur Eksekutif Amnesty International Malaysia Nora Murat seperti dilansir dari AFP, Minggu (26/7/2009).

Menurut Murat, hukuman cambuk karena minum alkohol adalah cara yang salah untuk memberi pelajaran tentang agama. "Ketika dosa adalah antara dia dan Tuhan, selalu ada pilihan untuk taubat. Itu terserah Tuhan yang dipercayainya, bukan manusia," tukasnya.

Selebihnya dibuat kaget atas hukuman cambuk bagi wanita diizinkan di Pengadilan Syariah, yang dioperasikan pengadilan di bawah sistem ganda. Kekagetan itu seperti ditunjukkan Menteri Perempuan Shahrizat Abdul Jalil, juga aktivis HAM Malaysia Ivy Josiah.

"Itu tidak saja kasar, tapi juga tidak adil," tukas Josiah.

Sementara cendekiawan muslim Harussani Zakaria mengatakan hukuman itu penting untuk membuat efek jera bagi muslim yang lain. Zakaria juga mengatakan hukuman cambuk 6 kali itu sudah sangat toleran. Karena hukum Islam sebenarnya membolehkan cambuk sampai 40 kali bagi muslim yang minum alkohol.

"Hukuman itu untuk mempermalukan dan mendidik dia (Kartika). Hakim sudah melakukan hal yang benar," ujar Zakaria.

Zakaria menambahkan jika hakim hanya memberi hukuman denda, efeknya tidak akan bertahan lama untuk mencegah umat Muslim minum alkohol.

Di pengadilan sipil Malaysia, cambuk adalah hukuman umum untuk tindak kriminal berat seperti pemerkosaan. Hukuman dilakukan dengan rotan tebal yang bisa mengakibatkan rasa sakit, membuat kulit terkelupas dan meninggalkan bekas luka.

Rotan yang digunakan Kartika dilaporkan panjangnya kurang dari 1,2 meter dengan ketebalan 1 cm lebih. Efek rotan ini tidak meninggalkan bekas luka di kulit.

Nah tentang perdebatan ini, Kartika tampaknya sudah pasrah. "Saya menerima hukuman di dunia ini, biar Allah yang memutuskan hukumanku di hari kemudian. Saya ingin mengimbau kaum muda untuk belajar dari pengalamanku dan tidak mempermalukan diri dan keluarga mereka," ujar ibu dari 2 anak yang bersuamikan warga Singapura ini.

(nwk/nrl)
Minggu, 26/07/2009 11:14 WIB
250 Abang-None Sambangi TKP Bom
Ari Saputra - detikNews

Jakarta - Sebanyak 250 Abang None se-Jakarta menuju Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz-Carlton. Mereka menunjukkan rasa duka citanya dengan menggelar aksi damai, membagi stiker dan berdoa.

"Kami mengutuk apa pun bentuk terorisme. Itu tindakan pengecut," kata Abang Jakarta
2009 Ahmad Murthado di depan Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Minggu (26/7/2009).

Para muda-mudi berpenampilan cakep tersebut berkumpul dan berdoa sekitar satu jam. Juga bergantian berpidato mengutuk tindakan yang menewaskan 9 orang tersebut.

Mereka mengenakan kaos bertuliskan "We are Brave, Jakarta save, fighting for humanity" sebagai bentuk dukungan untuk mengungkap tragedi tersebut. Mereka juga membawa ratusan tanda-tangan di spanduk putih dan poster bertuliskan "Save Jakarta".

Pukul 10.15 WIB aksi damai Abnon bubar dengan tertib. Tidak ada penjagaan berarti
untuk aksi ini.

(Ari/nrl)
Minggu, 26/07/2009 14:51 WIB
Hidayat: Teroris Beragama Secara Egois
Nurul Hidayati - detikNews

Jakarta - Salah satu hikmah dari peringatan Isra’ Mi’raj adalah mengajarkan agar kita berislam yang sosial bukan Islam yang egois. Salah satu pemikiran Islam egois adalah adanya pemahaman yang menyimpang seperti perilaku para teroris yang melakukan pengeboman. Apa pun agama mereka itu sebenarnya menggambarkan bahwa mereka melakukan perilaku beragama yang egois.

“Mereka berharap dengan bunuh diri akan mati syahid dan akan masuk syurga. Padahal perilaku mereka menyusahkan banyak pihak, merugikan kepentingan umum, yang menjadi korban adalah saudara mereka sendiri, saudara semuslim,” kata Ketua MPR Hidayat Nur Wahid.

Hidayat mengungkapkan hal tersebut saat menyampaikan hikmah Isra' Mi'raj usai shalat subuh berjamaah di Masjid Nurul Yaqin, Kebon Jeruk Jakarta Barat, Minggu (26/7/2009) pagi sebagaimana yang tertuang dalam rilis yang diterima detikcom.

Hidayat yang sedang mengisi masa resesnya itu menambahkan, justru dengan adanya ledakan itu bahkan menghadirkan fitnah yang baru terhadap umat Islam. Padahal peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan kepada kita untuk selalu mementingkan kepentingan umum. Bukan kepentingan diri sendiri.

"Salah satu upaya yang efektif untuk memerangi terorisme adalah dengan mengajarkan perilaku beragama yang baik sehingga membawa kemashlahatan umum. Dengan itu pula, diharapkan dapat menghadirkan keshalihan sosial dan bukan egoisme seperti teroris itu,” katanya di hadapan ratusan masyarakat yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masjid dan Musholla se-Jakarta Barat itu.

Kembalinya Rasulullah SAW usai perjalanan dari Masjidil Haram(Makkah)-Masjid Al Aqsha(Palestina)-Sidratul Muntaha(langit ketujuh) adalah salah satu bukti Islam mengajarkan keshalihan sosial bukan individualis.

“Kalau Rasulullah mau, tentu Beliau tidak akan kembali kedunia untuk mengajarkan beragam kebaikan, kedamaian dan kemaslahatan umum. Tentu Rasulullah akan tetap di langit ketujuh dengan nyamannya,” urai Hidayat yang juga anggota DPR RI FPKS.

Salah satu latar belakang peristiwa Isra’ Mi’raj adalah Allah ingin menghibur Rasulullah usai Khadijah(istri Rasulullah) dan Abu Thalib (Paman Rasulullah) meninggal dunia.

Faktanya, Rasulullah kembali ke bumi untuk mengajarkan kedamaian, kerukunan, kebahagiaan dan tidak hidup egois serta individualisis. Karena itulah yang terjadi pada para teroris yang ingin hidup seenaknya sendiri. Terorisme adalah bentuk dari individualis.

Mayoritas masayarakat kita menginginkan hidup beragama yang dapat menghadirkan kemashalatan umum. “Untuk itulah, penyimpangan yang terjadi hendaknya disikapi dengan proporsional, tidak mengkaitkannya dengan agama apa pun. Karena semua agama tidak mengajarkan penyimpangan dan menolak segala macam bentuk terorisme.

Ketua MPR berharap dengan hasil Pilpres yang sudah ditetapkan KPU membawa maslahat yang lebih besar bagi bangsa dan negara Indonesia. Jangan menghadirkan laknat, beban karena sideback sejarah yang represif dalam menangani segala permasalahan.

“Semoga pemerintahan yang akan datang menjadi pemerintahan yang kuat dan membawa rahmat untuk semua ummat,” harapnya.

(nrl/nwk)
Minggu, 26/07/2009 22:25 WIB
Masih Adakah Jaringan Teroris JI di Sumsel?
Taufik Wijaya - detikNews

Palembang - Ada pihak yang percaya bahwa teroris Jamaah Islamiyah (JI) di bawah pimpinan Noerdin M. Top di Sumatra Selatan, masih ada. Para teroris yang ditangkap beberapa waktu lalu, baru sebagian kecil dari teroris JI di Sumatra Selatan. Para teroris JI ini diperkirakan menyusup ke sejumlah organisasi Islam yang terbuka.

Tapi kabar itu dibantah mantan kuasa hukum sejumlah terdakwa teroris Palembang Bahrul Ilmi Yacub, Minggu (26/07/2009). Kata Bahrul, sejak teroris Palembang ditangkap pada 2 Juli 2008 lalu, jaringan teroris JI di Sumsel terhenti atau tidak berkembang lagi.

“Mereka kan sudah ditangkap, dan tidak ada lagi anggotanya di Sumsel,” kata Bahrul.

Di sisi lain, kata Bahrul, pemikiran Islam yang berkembang di Sumsel, khususnya di Palembang, lebih moderat dan lebih rasional.

“Wong Sumsel memandang Islam itu lebih rasional. Mereka tidak begitu senang dengan pemikiran-pemikiran yang tidak rasional. Mereka memandang Islam sebagai sesuatu yang berguna bagi kehidupan sehari-hari, yang lebih mementingkan kasih dan sayang,” kata Bahrul.

Hal yang sama dikatakan Fauzi, mantan Ketua Forum Anti Kegiatan Pemurtadan (Fakta) Sumsel.

“Tidak ada lagi. Saya yakin hanya dua orang itu yang masuk ke Fakta,” kata Fauzi (56), yang ditemui di rumahnya, kompleks Demang Azhar Blok F1, Demang Lebar Daun, Ilir Barat, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (24/07/2009) lalu.

Dua orang anggota Fakta yang merupakan jaringan JI itu adalah Abdurrohman Toib dan Agustiarwarman yang kini telah ditangkap dan menunggu vonis pengadilan.

Dijelaskan Fauzi, dua orang itu juga jarang mengikuti kegiatan yang dilakukan Fakta. “Kalaupun ikut dia hanya diam. Tidak banyak bicara,” katanya.

Di sisi lain, jelas Fauzi, pesantren kecil di Lempuing, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, yang menjadi tempat mengajar Ani Sugandhi, bersama Sugiarto, Heri Purwanto, dan Ki Agus M Toni, kini sudah tutup.

“Pesantren itu sudah tutup, dan Fakta Sumsel juga telah dibekukan,” kata Fauzi.

Kabar itu, menyebutkan apa yang diajarkan oleh Ani Sugandhi (anggota JI) maupun Fajar Taslim (jaringan Noerdin M. Top) mengenai keyakinan akan tindak teroris sudah banyak menyebar di Sumsel. Beberapa daerah yang dicurigai atau mungkin menjadi lokasi persembunyian para teroris baru, antara lain di Banyuasin, Mesuji, dan Palembang.

“Sulitlah mereka berkembang di Palembang. Wong Palembang ini lebih rasional. Kecuali mereka itu para pendatang dari daerah lain. Saya yakin tidak ada lagi jaringan itu di Sumsel. Sekarang para ulama dan orangtua, serta aparat keamanan, sangat menjaga persoalan tersebut,” kata Bahrul.

(tw/lrn)

Tidak ada komentar: