Sabtu, 04 Juli 2009

Berapakah Harga tertinggi Minyak?

Berapakah Harga Tertinggi Minyak?
Selasa, 6 November 2007 - 10:18 wib
Meroketnya harga minyak mentah dunia tentu akan berdampak besar bagi semua negara, termasuk Indonesia. APBN kita amat tergantung pada harga tersebut, apalagi saat ini kita bukanlah net-exporter lagi. Dengan sendirinya, kita bertanya sampai harga manakah minyak dunia akan naik? Apa saja yang membuat harga minyak mentah dunia meroket? Apakah peningkatan harga produksi? Apakah faktor supply-demand semata? Apakah permainan para spekulan yang melakukan hedging? Apakah gabungan semua itu? Tidak mudah untuk menjawabnya. Yang jelas, harga telah meroket dan akan terus meroket. Saat harga minyak dunia mulai melambung (2005), Stephen Leeb Ph D dalam The Oil Factor(2004) menyatakan bahwa harga minyak bisa mencapai angka USD100/barel. Kini harga USD100/barel sudah hampir tercapai. Februari 2006, Leeb menerbitkan buku The Coming Economic Collapse, yang memperkirakan bahwa harga minyak dunia akan mencapai USD200/barel (2010).Menurutnya, para pemimpin AS bukannya mengantisipasi perkiraannya itu, bahkan tidak mau mengakuinya. Dia mengingatkan bahwa kelangkaan energi bisa membawa bangsa Amerika ke arah krisis ekonomi terparah, bahkan peradaban Amerika bisa kolaps. Tulisan ini mengutip bagian-bagian penting dari buku itu. *****Pada 1950-an, ahli geologi King Hubbert mengamati bahwa begitu separuh dari sebuah lapangan tertentu dikuras, maka produksi akan mulai menurun. Hubbert menyimpulkan bahwa produksi minyak di AS akan mencapai puncaknya pada awal 1970-an. Kesimpulan itu terbukti benar. Tahun 1970-an, produksi minyak AS mencapai puncaknya sepanjang sejarah, sedikit di atas 9 juta barrel per day (bpd), setelah itu menurun. Saat ini, AS memproduksi sekitar 5,5 juta bpd. Awal 1970-an adalah saat pertama AS mulai mengonsumsi lebih banyak impor minyak- dari Arab Saudi dan negara sekutunya-daripada produksi sendiri. Matthew Simmons, penulis Twilight in the Desert, mengemukakan bahwa cadangan minyak Saudi (1979) yang telah terbukti adalah 110 miliar barel. Sejak itu Saudi telah mengisap sekitar 60 miliar barel, lebih dari separuh. Produksi Saudi mungkin telah mencapai puncaknya dan akan menurun. Kebutuhan minyak dunia meningkat 1,5-2 million barrels a day (mbd)/tahun. Departemen Energi AS (DOE) dan Badan Energi Internasional membuat proyeksi bahwa kebutuhan minyak dunia bisa meningkat dari 77 mbd (2000) menuju 120 mbd dalam 20 tahun.Kedua badan itu menganggap bahwa sebagian besar pasokan yang dibutuhkan berasal dari OPEC yang produksinya diharapkan melompat dari 28 mbd (1998) ke 60 mbd (2020), berasal dari negara Timur Tengah, terutama Arab Saudi. Padahal, Arab Saudi selama 20 tahun tidak pernah bisa meningkatkan produksinya. DOE menganggap Rusia dan AS akan mampu memproduksi lebih besar dibanding perkiraan awal. Diperkirakan produksi AS akan naik 7% selama 5 tahun. Asumsi itu terlalu optimistis karena selama 35 tahun terakhir produksi AS justru menurun. Demikian juga dengan perkiraan produksi Rusia. Untuk sesaat Rusia tampak menjanjikan. Antara 1995-1998, produksi minyak Rusia berkisar 6 mbd. Mulai 1999 produksi meningkat dan mencapai angka 11 mbd (2004). Tahun 2005 produksi minyak Rusia tidak meningkat lagi. Kebutuhan internal minyak Rusia meningkat sehingga mengurangi ekspor. Empat tahun lalu, DOE memperkirakan kebutuhan minyak dunia akan mencapai 89,7 mbd pada 2010. Tetapi perkiraan DOE 2005 mendekati 95 mbd. Dengan kenyataan tersebut, perkiraan harga USD100/barrel pada 2010 menjadi terlalu optimistis. Ternyata, sekarang harga sudah akan mencapai USD100/barrel. Sejak 1970-1982, harga minyak melonjak dari USD1,35/barel mencapai hampir USD35.Lonjakan 26 kali lipat dalam 12 tahun. Tahun 1998, harga minyak USD10/ barel. Lalu, 12 tahun kemudian (2010),kalau dikalikan 26 kali mencapai USD260/ barel. Tentu, sejarah tidak berulang secara tepat. Leeb juga tidak menyatakan bahwa USD260 adalah target yang pasti. Hanya bisa dicatat bahwa harga minyak akan mencapai tingkat yang amat menyakitkan. Dia menentukan perkiraan USD200/barel tidak mustahil tercapai. Leeb mengingatkan bahwa AS dan dunia menghadapi krisis energi paling serius sepanjang sejarah. Krisis yang kita sepenuhnya tidak siap untuk menghadapinya. Tampaknya, kekhawatiran Leeb itu tidak mendapat perhatian memadai dari Pemerintah AS dan pakar. Oktober 2005, website DOE membuat prediksi berikut: "Harga rata-rata tahunan minyak dunia diukur dalam nilai riil dolar 2003 (disesuaikan inflasi) akan naik dari USD27,73/barel (2003) menjadi USD35/barel (2004), lalu turun menjadi USD25 (2010) ketika pasokan baru dari domestik dan impor memasuki pasar." *****Leeb menyatakan bahwa krisis minyak mendatang akan menjadi tantangan terberat yang pernah dihadapi AS. Apakah peradaban AS telah mengembangkan kebijaksanaan dan skill yang dibutuhkan untuk mengatasinya? Kalau tidak, peradaban AS akan runtuh atau kolaps. Hanya dengan usia 229 tahun, peradaban AS terlalu muda untuk menunjukkan suatu kelebihan khusus yang dapat menjamin survival jangka panjang. Peradaban besar masa lalu seperti Kekaisaran Roma mencapai usia hampir seribu tahun, kekhilafahan Islam hampir 700 tahun. Leeb memperingatkan rakyat AS bahwa sebenarnya AS tidak terlalu hebat. Para antropolog memberi informasi bahwa banyak dari peradaban yang runtuh dalam sejarah juga berkeyakinan mereka superior. Perkiraan ilmiah mendukung pendapat bahwa peradaban kita lebih rapuh daripada dugaan kita. Leeb mengutip Michael Shermer yang menulis di Scientific American tentang penelitian terhadap 60 peradaban, kuno maupun modern. Untuk yang sudah punah, dihitung berapa lama eksistensinya dan bagi yang masih eksis digunakan usia yang nyata ada.Disimpulkan bahwa rata-rata usia peradaban hanya 421 tahun. Lebih mengejutkan, peradaban modern tidak lebih lama daripada peradaban kuno. Dari 28 peradaban mutakhir, yaitu yang muncul setelah kejatuhan Roma, rata-rata usianya hanya 305 tahun. Peradaban modern lebih kompleks, harus berkompetisi dengan peradaban lain sehingga membutuhkan lebih banyak SDA untuk mempertahankan eksistensi dan melindungi teritori. Jelas hal itu amat mahal. Hanya karena telah eksis selama dua atau tiga ratus tahun, tidak berarti satu peradaban akan bertahan selamanya. Kalau cukup banyak cendekiawan AS yang khawatir akan kepunahan peradaban mereka dan menyerukan kewaspadaan, tentunya kita harus lebih khawatir dan lebih waspada. Kalau peradaban kita ingin menjaga masa depannya, kita tidak boleh membiarkan (banyak) krisis yang sedang menghampiri bisa memerangkap kita tanpa persiapan. Jelas krisis kita lebih berat daripada yang dihadapi AS.Jared Diamond dalam Collapse menyimpulkan, negara kita punya kecenderungan kuat menjadi negara gagal. Kita tidak bisa mengabaikan begitu saja peringatan dari para pakar itu. Semestinya, kita tahu bagaimana menyusun langkah antisipatif. Tetapi, kemauan sebagian besar dari kita untuk melakukannya yang belum kelihatan. Bio-fuel yang pernah dicanangkan pada 2005 oleh Presiden ternyata tidak jelas bagaimana kelanjutannya. Kini,pemerintah lebih tertarik dengan tenaga nuklir yang memancing penolakan dari banyak pihak,termasuk sejumlah pakar. Pikiran seorang awam seperti saya sederhana saja: mengapa dana untuk pembangunan nuklir itu, yang tentu berjumlah amat besar, tidak digunakan untuk pengembangan bio-fuel? (*) Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng(//mbs)

Tidak ada komentar: