Kamis, 20 Agustus 2009

Kamis, 20/08/2009 13:11 WIB
SBY: Keterlibatan TNI Perangi Teroris Bukan Kemunduran Demokrasi
Ramadhian Fadillah - detikNews

Jakarta - Keterlibatan TNI dalam memerangi teroris tidak berarti kemunduran demokrasi. Untuk melawan teroris segenap kekuatan harus dikerahkan.

"Contohnya yang terjadi beberapa bulan lalu di Bombay, India. Saya mengikuti perkembangannya setiap jam. Di situ ada peranan polisi dan tentara untuk sama-sama memerangi teroris," kata Presiden SBY.

SBY mengatakan itu dalam penyematan Brevet Komando Kopassus di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Kamis (20/8/2009).

SBY pun menambahkan, tugas memerangi teroris masuk dalam ranah penegakan hukum. Polri berada di depan dan TNI memback-up. Namun SBY menegaskan satuan antiteror TNI harus siap kapan pun dan di mana pun.

"Kopassus harus siap dikerahkan dalam hitungan jam dan hari. Tidak bisa dalam hitungan minggu atau bulan," ujar SBY yang menjadi anggota kehormatan korps baret merah ini.

(nik/iy)
Kamis, 20/08/2009 13:17 WIB
Bom JW Marriott & Ritz-Carlton
Alamat Ario Sudarso Palsu
Hery Winarno - detikNews

Foto: Dickhy Sasra
Jakarta - Salah satu dari empat tersangka teroris yang diburu polisi, Ario Sudarso, beralamat di RT 10/RW 05 Kampung Pisangan, Kelurahan Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Namun diduga Ario menggunakan alamat palsu.

"Itu mungkin palsu mas atau informasi dari pihak kepolisian tidak benar. Karena tidak ada warga saya yang namanya Ario maupun alias aliasnya," ujar Ketua RT 10/05, Hadi, Kamis (20/8/2009).

"Mas juga sudah keliling kan sama temen-temen wartawan lain. Dan warga juga tidak kenal dan tidak pernah melihat orang yang mirip Ario di sini. Mungkin alamat itu fiktif," tebak pria paruh baya tersebut.

Di Kampung Pisangan sendiri, khususnya di RT 10/RW 5 setiap warga ramai menggunjingkan Ario. Hampir setiap kerumunan warga membicarakan buronan teroris pelaku peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton tersebut.

"Kita benar-benar nggak tahu bang. Kalau ada malah kita tangkap sendiri nggak usah pakai polisi. Kan lumayan dapat duit," ujar salah seorang warga, Ahmadi, saat berbincang dengan detikcom di sebuah posko keamanan setempat.

Menurut pria yang suka nongkrong di pos tersebut, warga sangat asing dengan foto atau gambar Ario yang ditunjukkan detikcom ke mereka. "Nggak ada orang sini yang mukanya begini," ujar Ahmadi yang diamini temannya.

Warga juga mempertanyakan perihal alamat Ario yang menurut Mabes Polri beralamat di lingkungan tersebut. "Memang polisi tahu dari mana alamatnya ada di sini? Saya dari orok di sini, tapi nggak pernah lihat tuh," kata warga lainnya.

(anw/iy)
Kamis, 20/08/2009 13:23 WIB
Polri Belum Pastikan Noordin M Top Bergerak di Perbatasan RI-Malaysia
Aprizal Rahmatullah - detikNews

Jakarta - Polisi belum bisa memastikan gembong teroris Noordin M Top telah berada di perbatasan atau tidak. Polisi mengaku belum mendapatkan laporan mengenai pergerakan Noordin yang disebut-sebut hendak lari ke Malaysia itu.

"Belum dapat kabar," Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna usai diskusi di Kampus Unversitas Indonesia (UI), Depok, Kamis (20/8/2009).

Informasi yang merebak Noordin telah lari ke Malaysia, tidak lama setelah pemboman di Hotel JW Marriott pada 17 Juli 2009. Ada 2 versi mengenai pelarian Noordin, ada yang menyebut dia lari ke Jawa Timur kemudian naik kapal ke Kalimantan, dan kemudian menyeberang.

Sedang informasi lain, Noordin lari melalui jalur lama para pelaku teror karena sudah tidak diawasi lagi kepolisian. Jalur yang dia tempuh yakni melalui Dumai, Riau kemudian menyeberang ke Malaysia.

(ndr/iy)
Kamis, 20/08/2009 13:35 WIB
Mengaku Noordin M Top, Ronny Ditangkap Densus 88
Robert - detikNews

Samarinda - Ronny, remaja berusia 18 tahun yang tinggal di Kecamatan Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) ditangkap Densus 88 Antiteror. Dia ditangkap lantaran iseng mengirimkan pesan singkat ke teman wanitanya, mengaku sebagai Noordin M Top.

Ronny ditangkap Rabu (20/8/2009) sekitar pukul 23.00 Wita. Sebelumnya Ronny mengirimkan pesan singkat melalui nomor baru telepon selularnya kepada teman wanitanya, Septi Riana (16), yang tinggal di Kelurahan Loa Buah, Kecamatan Sungai Kunjang. Pesan singkat itu berisi Ronny mengaku sebagai Noordin M Top dan ingin menjadikan Septi sebagai pengantinnya untuk meledakkan pusat perbelanjaan Samarinda Central Plaza (SCP) di Jl Pulau Irian.

SMS tersebut kontan membuat Septi ketakutan dan melaporkannya ke Polsek Sungai Kunjang. Usai menerima pengaduan Septi, kepolisian pun bergegas menindaklanjutinya dengan menghubungi Densus 88 Antiteror Polda Kaltim.

''Kita pancing dia (Ronny) untuk menemui Septi di rumah Septi. Di rumah itu kita tangkap,'' kata seorang petugas kepolisian di Polsek Sungai Kunjang Jl Jakarta, Kamis (20/8/2009).

Ronny mengakui perbuatan isengnya. Kendati iseng,dia kini harus meringkuk di sel tahanan Polsek Sungai Kunjang. ''Saya iseng saja, Pak. Karena saya suka dengan dia (Septi),'' kata Ronny saat ditemui wartawan.

Dikonfirmasi terpisah Kapolda Kaltim Irjen Polisi Andi Masmiyat melalui telepon selularnya membenarkan penangkapan Ronny. Menurutnya, penyidik saat ini masih memintai keterangan untuk membuktikan motif sebenarnya.

''Ya benar (penangkapan Ronny) oleh Densus dan Polsek Kunjang. Saat ini dia masih diperiksa penyidik,'' kata Andi.

(nrl/nrl)
Kamis, 20/08/2009 13:37 WIB
Kapolda Jateng: Jamaah Tabligh Filipina Menyalahi Visa
Muchus Budi R. - detikNews

dok detikcom
Solo - Kapolda Jateng, Irjen (Pol) Alex Bambang Riatmodjo mengatakan, 18 orang anggota jamaah tabligh asal Filipina yang ditahan di Polda Jateng telah melakukan penyalahgunaan visa wisata untuk melakukan kegiatan lain. Namun dari pemeriksaan, belum ada indikasi keterlibatan mereka dalam kegiatan teror.

"Mereka masuk ke Indonesia menggunakan visa kunjungan singkat untuk wisata, namun mereka melakukan kegiatan di luar peruntukan visa tersebut dengan melakukan kegiatan keagamaan. Karenanya mereka kami amankan," ujarnya seusai memimpin sertijab Kapolwil Surakarta di Lapangan Kotabarat, Solo, Kamis (20/8/2009).

Alex memaparkan, dari pengakuan 18 orang tersebut, sebelum masuk daerah Jateng mereka lebih dulu singgah di Jakarta. Dari Jakarta mereka naik kereta api, sebagian turun di wilayah Banyumas dan sebagian lainnya turun di wilayah Surakarta. Setelah itu mereka melakukan kegiatan dakwah keliling di banyak tempat.

Karena situasi psikologis masyarakat pasca peledakan bom di Jakarta, keberadaan mereka mendapat perhatian khusus sehingga ada yang melaporkannya ke polisi. Sembilan orang ditangkap polisi di wilayah Banyumas, delapan lainnya ditangkap polisi di Solo. Selanjutnya mereka dikirim ke Polda Jateng.

Alex mengatakan, 18 orang tersebut mengaku tidak punya kaitan dengan kegiatan teror di Indonesia. Mereka juga mengaku datang tanpa diundang ataupun mempunyai hubungan khusus dengan organisasi keagaman apapun di Indonesia. Namun demikian mereka masih harus menjalani serangkaian pemeriksaan.

"Sejauh ini belum kita temukan kaitannya (dengan aksi teror). Tapi kami masih akan terus mendalami lagi dengan melakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada mereka," ujar Alex.

Kapolda juga belum bisa memastikan apakah 18 orang tersebut nantinya akan disidangkan ke pengadilan karena melanggar UU keimigrasian atau dideportasi. "Nanti kita pelajari dulu. Bisa saja nanti kita kenakan sanksi hukumnya atau kita deportasi," lanjutnya.

Ditemui terpisah, Kapoltabes Surakarta Kombes (Pol) Joko Irwanto memaparkan pada hari Selasa lalu pihaknya menangkap delapan orang warga Philipina di sebuah masjid di Tanjunganom, Solo. Setelah diperiksa, mereka langsung diserahkan ke Polda Jateng
untuk penanganan lebih lanjut.

"Mereka mengaku sebagai Jamaah Jaulah yang telah berkeliling ke sejumlah masjid di Solo dan sekitarnya untuk berdakwah. Padahal mereka menggunakan visa wisata. Mereka melanggar Pasal 50 UU Keimigrasian. Namun penanganannya sepenuhnya telah kami
serahkan ke Polda Jateng," papar Joko.

(mbr/djo)
Kamis, 20/08/2009 13:44 WIB
Dana Bom Marriott Kemungkinan dari Dalam Negeri
Aprizal Rahmatullah - detikNews

Jakarta - Dari mana dana para pelaku teroris memperoleh dana untuk pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton? Kuat dugaan dana bukan berasal dari luar negeri, tetapi dikumpulkan dari sejumlah orang di dalam negeri.

"Untuk Marriot ini bisa saja dari dalam negeri karena dananya tidak terlalu besar," kata Kepala Desk Antiteror Polhukam Ansyaad Mbai dalam diskusi di Kampus Unversitas Indonesia (UI), Depok, Kamis (20/8/2009).

Ansyaad menjelaskan, biasanya dana teroris ejak dahulu berasal dari luar negeri yang dikirimkan melalui jalur tradisional atau uang langsung dalam bentuk tunai. Namun juga dalam bentuk barang, yakni barang dikirim ke dalam Indonesia dari suatu negera tertentu, lalu oleh para pelaku teror dijual.

"Ya itu memang andalannya, biasanya dalam bentuk uang," tambah Ansyaad.

(ndr/iy)

Kamis, 20/08/2009 13:45 WIB
Berat di Syarat, Tommy Diimbau Gabung Ical Saja
Muhammad Nur Hayid - detikNews

Jakarta - Rencana Tommy Soeharto maju dalam perebutan kursi ketua umum Partai Golkar membuat dunia politik di internal partai itu geger. Karena Tommy merupakan sosok baru yang belum berkiprah banyak di Golkar, persyaratan menjadi ketua umum akan berat. Untuk menyiasati hal itu, Tommy disarankan bergabung dengan Ical.

"Kita menghargai hak politik Mas Tommy untuk maju. Tetapi karena syaratnya berat yang harus dipenuhi Mas Tommy jika nyalon, sebaiknya mas Tommy bergabung saja dengan calon yang sudah kuat, yaitu Bang Ical," kata fungsionaris DPP Golkar Leo Nababan kepada detikcom, Kamis (20/8/2009).

Menurut Ketua AMPI ini, dengan cara bergabung dengan Ical yang diprediksi berpeluang besar memenangkan pertarungan di Munas Riau, Tommy bisa menjadi bagian dari pengurus harian DPP Golkar. Saat itulah Tommy bisa belajar banyak untuk menjadi pemimpin parpol untuk bekal menjadi calon ketua umum dalam Munas selanjutnya 2014.

"Kalau gabung dengan calon pemenang, nanti kan bisa menjadi pengurus. Nah selama menjadi pengurus itulah, Mas Tommy bisa mempersiapkan diri untuk merebut Golkar 5 tahun lagi. Sedap itu," paparnya.

Namun demikian, Leo tetap mengapresiasi langkah Tommy yang siap mengorbankan diri untuk mengurus Partai Golkar. Langkah Tommy mengajukan diri sebagai calon ketua umum membuktikan arah politik keluarga Cendana masih tetap bersama Partai Golkar, bukan yang lainnya.

"Apapun polemik yang muncul akibat pencalonan mas Tommy, kita layak mengapresiasi langkah beliau. Hal ini sekaligus menepis keragu-raguan masyarakat akan arah politik keluarga Cendana. Dengan ini kan jelas, keluarga Cendana masih cinta Golkar," pungkas orang dekat Agung Laksono ini.

(yid/iy)
Kamis, 20/08/2009 14:02 WIB
Tak Didekati Pemerintah, Anak Teroris Bisa Ikuti Jejak Ayahnya
Aprizal Rahmatullah - detikNews

Jakarta - Banyak di antara pelaku teror memiliki hubungan kekerabatan satu sama lain. Kenapa ini bisa terjadi, adik terpidana mati bom Bali Amrozi, Ali Fauzi, punya jawaban. Keluarga yang dicap teroris tidak mendapat perhatian pemerintah atau diabaikan.

"Karena tidak ada pendekatan kepada keluarga yang dicap teroris, sekadar melakukan edukasi atau pendekatan," kata Ali saat ditemui usai diskusi di kampus UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (20/8/2009).

Ali memberi contoh, misalnya saja Abu Rusdan yang juga mantan petinggi Jamaah Islamiyah (JI) yang telah kembali ke masyarakat ini, ayahnya dulu pernah ditangkap karena kasus tindak pidana terorisme.

"Sehingga tidak menutup kemungkinan ada anak yang juga ikut mengikuti perilaku bapaknya atau bahkan lebih dari bapaknya," tambahnya.

Bahkan, Ali menjelaskan, keluarganya juga, yang notabene kakaknya Amrozi dan Muklas adalah terpidana mati bom Bali, tidak pernah didekati.

"Tidak ada instansi pemerintah yang mendekati. Ini masalah pola pikir dan kita harus cegah," tutupnya.

(ndr/iy)
Kamis, 20/08/2009 14:03 WIB
Berebut Ketum Golkar
Tommy Akan Terganjal Syarat Tidak Pernah Jadi Pengurus
Reza Yunanto - detikNews

Jakarta - Keinginan Tommy Soeharto untuk maju dalam bursa ketua umum Partai Golkar bakal terganjal. Tommy belum pernah menjadi pengurus DPP Partai Golkar dalam satu periode.

"Saya kira Tommy itu memang anggota Partai Golkar. Tetapi salah satu syarat ketentuan organisasi kita bahwa untuk jadi ketua umum partai dia harus sudah pernah menjadi pengurus satu periode, dan dia belum pernah menjadi pengurus," ujar Ketua DPP Partai Golkar Theo L Sambuaga kepada detikcom sebelum mengikuti Rapat Paripurna di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (20/8/2009).

Selain tak pernah menjadi pengurus partai, Theo menambahkan, putra mantan Presiden Soeharto itu selama ini juga tidak pernah aktif mengurus partai. Menurutnya Tommy hanya pernah menjadi anggota fraksi Golkar di MPR saat masih bernama Fraksi Karya Pembangunan (FKP).

"Semua orang Golkar juga tahu itu dia tidak pernah aktif di Golkar," ujar ketua Komisi I ini.

Theo mengatakan jika keinginan Tommy untuk masuk bursa ketum Golkar bakal sulit dengan ganjalan-ganjalan itu. Terkait status Tommy yang mantan terpidana, Theo enggan berkomentar. Namun dia tidak menampik jika hal itu bisa juga mengganjal Tommy.

"Lepas dari soal itu, dari dua hal syarat organisasi tadi saja sudah tidak bisa" tandas Theo.

(Rez/yid)
Kamis, 20/08/2009 14:07 WIB
Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton
Aparat Desa Sesalkan Tak Pernah Dikabari Bebasnya Bagus
Rosidi - detikNews

dok detikcom
Kudus - Bagus Budi Pranoto, DPO kasus terorisme, pernah dipenjara selama 3,5 tahun karena menyembunyikan gembong teroris Noordin M Top. Namun saat dibebaskan pada tahun 2007 lalu, aparat Desa tempat asalnya tak pernah dikasih tahu.

"Andai Desa dikasih pemberitahuan, kan kita bisa memantau," ujar Subroto, Carik Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, di rumah orang tua Bagus, Kamis (20/8/2009).

Seperti diketahui, hukuman terhadap Bagus dijatuhkan dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, 17 Mei 2005. Dia dinilai bersalah karena membantu dan menyembunyikan 2 buronan asal Malaysia yang terlibat dalam pengeboman Hotel Marriott tahun 2003 lalu. Dia dijerat dengan pasal 13 huruf b Perpu RI No. 1/2002 jo pasal 1 UU No. 15/2003 tentang Tindak Pidana Terorisme.

"Keluarnya tahun 2007, tapi pihak Desa tidak pernah mendapatkan surat atau minimal informasi bebasnya Bagus baik dari Mabes Polri maupun LP," ungkap Subroto.

Kini, pihak Desa pun ikut sibuk akibat tersebarnya kabar keterlibatan Bagus dalam kasus terorisme. Pada saat Detikcom bertandang ke Kantor Kepala Desa Mijen di Jalan Raya Kudus – Jepara, wajah para aparat desa tampak tegang.

"Pak Kepala Desa sedang ke Kabupaten, mas,” kata salah seorang staf kantor kepala Desa Mijen .

Sementara Polres Kudus hingga kini juga masih sibuk mengumpulkan data dan melakukan pelacakan Bagus. "Kami masih mengumpulkan data sebanyak-banyaknya," kata salah seorang anggota Reskrim Polres Kudus di depan rumah orang tua Bagus.

(djo/djo)
Kamis, 20/08/2009 14:10 WIB
Berebut Ketum Golkar
Priyo: Masuknya Tommy Tak Mengubah Peta Dukungan
Reza Yunanto - detikNews

Jakarta - Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengaku kaget dengan masuknya Tommy Soeharto dalam bursa calon ketua umum. Masuknya Tommy dinilai tidak akan mengubah peta dukungan yang sudah ada.

"Saya agak terperanjat membaca itu di media. Tapi masuknya Tommy tidak secara serius mengubah peta dukungan yang sekarang ada di Golkar. Karena kita organisasi yang demokratis," ujar Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso di sela-sela Rapat Paripurna di Gedung DPR, Jakarta, Kamis(20/8/2009).

Menurut Priyo tidak mungkin hanya karena ada satu tokoh yang masuk dalam bursa ketua umum lalu bisa secara tiba-tiba mengubah konstelasi dukungan begitu saja. Sebab dalam Golkar, kata Priyo, butuh proses panjang untuk menumbuhkan satu tokoh.

"Sudah tentu boleh-boleh saja semua kader Golkar yang memenuhi syarat termasuk Mas Tommy mencalonkan diri. Tapi tentu ada syarat-syarat khusus bagi kader yang ingin maju," papar Priyo.

Sebagai ketua DPP, Priyo pun menyatakan dirinya menyambut baik keinginan Tommy untuk kembali ke Golkar. "Welcome home, Mas Tommy. silahkan Kembali bergabung dengan kami," tandasnya.

(Rez/yid)
Kamis, 20/08/2009 14:15 WIB
Kopassus Siap 100 Persen Hadapi Teroris
Ramadhian Fadillah - detikNews

Foto: Ramadhian Fadillah/detikcom
Jakarta - Satuan Antiteror Komando Pasukan Khusus (Kopassus) siap memerangi ancaman di tanah air. Termasuk menanggulangi aksi-aksi terorisme.

"Kita siap 100 persen, tidak boleh hanya 30 persen," ujar Komandan Jenderal Kopassus, Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo.

Hal ini dikatakan Pramono usai upacara penganugerahan brevet komando Kopassus di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Kamis (20/8/2009).

Pramono menambahkan kesiapan itu meliputi sumber daya manusia, para prajurit yang terlatih serta peralatan yang menunjang berbagai operasi.

"Ada alat-alat khusus yang tentunya tidak boleh saya buka-buka," ungkapnya.

Menurut Pramono, Kopassus selalu terbuka terhadap pengembangan teknologi militer. Pihaknya pun menjalin kerjasama dengan berbagai BUMN strategis untuk mengembangkan teknologi militer.

"Kami mengembangkan diri juga dengan PT Pindad dan PT DI, kalau bisa kita buat sendiri kenapa tidak," pungkasnya.

(rdf/anw)
Kamis, 20/08/2009 14:25 WIB
Tak Bisa Disadarkan dengan Dalil, Jadikan Teroris Teman
Novia Chandra Dewi - detikNews

Foto: Dikhy Sasra/detikcom
Jakarta - Para teroris tidak mudah disadarkan dari pemahamannya. 'Keyakinan' itu seakan telah terpatri dalam diri setiap individu yang percaya soal jihad dengan kekerasan. Bahkan dengan dalil-dalil agama Islam, keyakinan teroris tidak akan luntur.

"Jangan mencoba menghentikan dengan dalil. Yang bisa dilakukan adalah hidup bersama mereka," kata mantan Kepala Densus 88 Brigjen (purn) Surya Darma Salim.

Hal itu disampaikan Surya dalam peluncuran buku 'Deradikalisasi Terorisme: Humanis Soul Approach dan Menyentuh Akar Rumput' di kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Kamis (20/8/2009).

Surya mengatakan, sejumlah ahli telah menuangkan cara-cara untuk menyadarkan para teroris tersebut. Namun Surya menilai, buku-buku itu belum tentu bisa mempengaruhi pemahaman para teroris.

"Bara api teroris bukan dipadamkan dengan keliling Indonesia (penggerebekan), tetapi berkomunikasilah sebanyak mungkin dengan mereka," kata Surya.

Surya pun berharap, polisi dapat menjadikan para tahanan teroris sebagai teman. "Siapapun yang ditahan jadikan sahabatmu," lanjutnya. (ken/iy)
Kamis, 20/08/2009 14:37 WIB
Bom Marriott & Ritz Carlton
Pemuda Mengaku Bertemu Syaifudin di Yogya Kini Linglung
Didi Syafirdi - detikNews

Didi Syafirdi/detikcom
Jakarta - Tjitra Rahardja (sebelumnya ditulis berinisial C), pemuda yang mengaku bertemu buronan teroris Syaifudin Zuhri di Yogyakarta, sedikit linglung. Kondisi pemuda 23 tahun itu banyak tertawa, tidak seperti 2 bulan lalu yang normal-normal saja.

"Kondisi Tjitra agak sedikit linglung seperti kayak dicuci otaknya. Padahal dulu sebelum pergi dia normal-normal saja," ujar Ketua RT 9/10, Sutarmanto, di Jl Giring-giring II, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, Kamis (20/8/2009).

Pantauan detikcom, pemuda kelahiran 1986 itu kini masih diperiksa 3 polisi di rumah Sutarmanto.

Tjitra berciri-ciri yakni tinggi 160 cm, kulit hitam, rambut ikal dengan potongan cepak. Tjitra mengenakan celana pendek dan kaos.

Lucunya, sepanjang diperiksa polisi, dia lebih banyak tertawa. Pertanyaan polisi dia jawab sembari merokok dan minum kopi.

Syaifudin Zuhri adalah tersangka teroris yang sedang diburu. Nama aliasnya adalah Ustad Syaifudin Zuhri alias Udin alias Soleh. Perannya adalah merekrut 'pengantin'. Belasan tahun Syaifudin menetap di Jl Giring-giring II, bertetangga dengan Tjitra, sebelum pindah ke Kuningan, Jabar.
(nik/nrl)
Kamis, 20/08/2009 15:16 WIB
Bom Marriott dan Ritz-Carlton
Tjitra Hanya Sambil Lalu Bertemu Syaifudin di Malioboro
Didi Syafirdi - detikNews

Tjitra Rahardja (Didi Syafirdi/detikcom)
Jakarta - Tjitra Rahardja (23) mengaku bertemu tersangka teroris Syaifudin Zuhri di Jl Malioboro, Yogyakarta. Tidak ada yang dilakukan Tjitra selain sekadar bertemu sambil lalu saja.

"Di sana saya nggak ngapa-ngapain, hanya ketemu," ujar Tjitra saat ditanya Ketua RT 9/10 Sutarmanto di Jl Giring-giring II, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, Kamis (20/8/2009).

Syaifudin Zuhri adalah tersangka teroris yang sedang diburu. Nama aliasnya adalah Ustad Syaifudin Zuhri alias Udin alias Soleh. Perannya adalah merekrut 'pengantin'. Belasan tahun Syaifudin menetap di Jl Giring-giring II, bertetangga dengan Tjitra, sebelum pindah ke Kuningan, Jabar.

Pengakuan Tjitra pernah bertemu Syaifudin Zuhri bermula dari kedatangan Tjitra di rumahnya sendiri di di Jl Giring-Giring II RT 9/10 No 102-103 hari ini pukul 04.00 WIB.

Kedatangan Tjitra cukup spesial mengingat dia telah menghilang sejak 2 bulan lalu. Sutarmanto mengetahui Tjitra telah 'mudik' dari anaknya yang mengetahui kedatangan pemuda berkulit hitam itu.

Karena ingin mengorek cerita Tjitra, Sutarmanto mengundang Tjitra datang ke rumahnya dengan alasan minta diurut. Sembari diurut, keduanya bercerita. Dari situlah keluar pengakuan Tjitra bahwa dia pernah bertemu dengan Syaifudin di Yogyakarta.

Tertarik dengan cerita Tjitra, Sutarmanto lalu memanggil polisi. Akhirnya 3 polisi datang dan memeriksa Tjitra hingga kini di rumah Sutarmanto.

Menurut Sutarmanto, Tjitra telah banyak berubah dibandingkan saat sebelum menghilang. Tjitra seperti orang linglung dan banyak tertawa saat ditanya. (nik/nrl)
Kamis, 20/08/2009 15:29 WIB
Bom Marriott & Ritz-Carlton
Hilang 2 Bulan, Tjitra Sibuk Mengurut dan Cari Tokek
Didi Syafirdi - detikNews

Tjitra Rahardja (Didi Syafirdi/detikcom)
Jakarta - Tidak ada yang dilakukan Tjitra Rahardja (23) selama menghilang 2 bulan selain mengurut dari kota ke kota sembari mencari tokek.

"Dia bilang selama berkeliling hanya obatin orang, ngurut, dia juga cari tokek untuk obat," kata Sutarmanto, Ketua RT 9/10, di Jl Giring-giring II, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, Kamis (20/8/2009).

Menurut Sutarmanto, Tjitra mengurut ke Yogyakarta, Garut, Batam, Bali, dan Irian. Bahkan sebelum pulang ke Depok, Tjitra sempat mampir ke Tebet, Jakarta Selatan.

Tjitra mengaku biaya selama dia berkeliling didapatnya dari temannya. Namun dia tidak memberitahu siapa temannya itu.

Saat melakukan perjalanan di Yogyakarta, Tjitra mengaku bertemu Syaifudin Zuhri di Jl Malioboro.

Syaifudin Zuhri adalah tersangka teroris yang sedang diburu. Nama aliasnya adalah Ustad Syaifudin Zuhri alias Udin alias Soleh. Perannya adalah merekrut 'pengantin'. Belasan tahun Syaifudin menetap di Jl Giring-giring II, bertetangga dengan Tjitra, sebelum pindah ke Kuningan, Jabar.

Karena ceritanya itu, Tjitra harus berurusan dengan polisi. Sembari menjawab pertanyaan 3 polisi di rumah Sutarmanto, Tjitra banyak tertawa sembari merokok dan mengopi.

(nik/nrl)
Kamis, 20/08/2009 16:03 WIB
Bom JW Marriott dan Rizt-Carlton
Mantan Menlu Australia Tanyakan Keamanan Bali
Gede Suardana - detikNews

dok detikcom
Denpasar - Mantan Menteri Luar Negeri Alexander Downer bertemu Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Ia mempertanyakan keamaan Bali pasca ledakan di hotel JW Marriott dan Rizt-Carlton.

"Dia (Downer) tanyakan keamanan Bali. Ingin tahu keamanan Bali pasca serangan teroris, wabah flu babi dan krisis ekonomi global," kata Pastika usai bertemu Downer di kantornya, jalan Basuki Rahmat, Denpasar, Kamis (20/8/2009).

Pastika meyakinkan kepada Downer bahwa Bali tak terlalu terpengaruh dengan peristiwa tersebut. Bali tetap aman dikunjungi pasca serangan bom, krisis keuangan global, serta merebaknya virus flu babi.

"Kita lihat, turis tetap banyak datang ke Bali, hotel selalu penuh, penerbangan tetap lancar. Namun itu tidak membuat kita mengendorkan keamanan. Kita sedang membangun kapasitas agar keamanan semakin baik," kata Pastika.

Sementara itu, Downer mengakui kunjungannya hanya sebagai teman lama. "Saya cukup kenal lama dengan Jenderal Pastika. Tidak ada yang spesial dalam kunjungan ini. Saya ingin tahu keadaan Jenderal Pastika," katanya.

Namun, Downer tidak menampik bahwa ia menanyakan situasi keamanan terkini Bali. Pasalnya, Bali merupakan daerah kunjungan utama warga Australia. Meskipun, Bali sempat meninggalkan trauma bagi warga Australia karena sebanyak 88 warganya meninggal pada bom Bali I 2002 serta dua orang menjadi korban pada bom Bali II 2005.

"Pemerintah Australia berkewajiban tetap memberikan peringatan perjalanan ke beberapa wilayah, termasuk Indonesia karena terorisme di negeri ini tetap ada meski tidak mendapatkan dukungan dari masyarakatnya. Terserah warga kami mau mengindahkan peringatan itu atau tidak," Kata Downer.


(gds/djo)
Kamis, 20/08/2009 16:22 WIB
Bom Marriott & Ritz-Carlton
Syaifudin Ajak Tjitra Jadi Pengurus Ponpes di Tangerang
Didi Syafirdi - detikNews

Tjitra Rahardja (Didi Syafirdi/detikcom)
Jakarta - Syaifudin Zuhri (32) dan Tjitra Rahardja (23) sering pergi ke Bogor untuk mengurut. Keduanya juga sering pergi ke Tangerang, tempat Syaifudin akan mendirikan pondok pesantren.

"Saya diajak ke Tangerang karena Si Udin mau buat pondok pesantren. Saya disuruh jadi pengurus," ujar Tjitra kepada wartawan di rumah Ketua RT 9/10, Sutarmanto, di Giring-giring II, Sukmajaya, Depok, Jabar, Kamis (20/8/2009).

Menurut Tjitra, biaya membuat pesantren berasal dari honor Syaifudin saat ceramah. Selain itu Syaifudin mengajukan proposal ke pabrik-pabrik di Tangerang.

"Saya tahu Si Udin mau buat ponpes karena kasihan melihat anak yatim dan anak jalanan sehingga ingin ditampung," ungkap Tjitra.

Sebelumnya Tjitra menghilang dari rumahnya selama 2 bulan karena mengurut dari kota ke kota dan mencari tokek. Dia mengaku pergi sendiri, tidak bersama Syaifudin. Namun di Jl Malioboro, Yogyakarta, Tjitra bertemu sambil lalu dengan Syaifudin.

Setelah dua bulan berkelana, Tjitra yang banyak tertawa saat diperiksa polisi, memutuskan mudik. "Sekarang baru pulang karena kemarin-kemarin mau pulang nggak punya ongkos," alasannya.

Syaifudin Zuhri adalah tersangka teroris yang sedang diburu. Nama aliasnya adalah Ustad Syaifudin Zuhri alias Udin alias Soleh. Perannya adalah merekrut 'pengantin'. Belasan tahun Syaifudin menetap di Jl Giring-giring II, bertetangga dengan Tjitra, sebelum pindah ke Kuningan, Jabar.

(nik/nrl)

Tidak ada komentar: