Kamis, 20 Agustus 2009

Kamis, 20/08/2009 16:44 WIB
Bom Marriott & Ritz Carlton
Tjitra Tak Pernah Diajak Syaifudin Ngebom
Didi Syafirdi - detikNews

Tjitra Rahardja (Didi Syafirdi/detikcom)
Jakarta - Meski mempunyai relasi cukup dekat dan bertetangga di Depok, Syaifudin Zuhri (32) tidak pernah mengajak Tjitra Rahardja (23) melakukan aksi terorisme. Kalau pun diajak, Tjitra akan menolaknya.

"Selama kenal sama dia saya tidak pernah diajak. Kalau pun diajak saya pasti tidak mau," ujar Tjitra sambil tertawa kepada wartawan di rumah Ketua RT 9/10, Sutarmanto, di Giring-giring II, Kamis (20/8/2009).

Tjitra mengaku kaget saat Syaifudin dinyatakan polisi terlibat pengeboman di dua hotel mewah.

Pemuda yang baru pulang setelah menghilang 2 bulan ini mengaku 9 bulan sebelum pengeboman, Syaifudin pernah menginap di rumahnya.

"2003-2009 Paling hanya sesekali bertemu Syaifudin. Yang saya ingat 9 bulan sebelum ada ledakan bom dia pernah menginap di rumah saya," papar Tjitra.

Syaifudin Zuhri adalah tersangka teroris yang sedang diburu. Nama aliasnya adalah Ustad Syaifudin Zuhri alias Udin alias Soleh. Perannya adalah merekrut 'pengantin'. Belasan tahun Syaifudin menetap di Jl Giring-giring II, bertetangga dengan Tjitra, sebelum pindah ke Kuningan, Jabar.

(nik/nrl)
Kamis, 20/08/2009 16:54 WIB
Dr Azahari Janjikan Rp 2 M Bagi Pelaku Jihad
Didi Syafirdi - detikNews

Foto: Didi Syafirdi/detikcom
Depok - Dr Azahari memberikan iming-iming menggiurkan pada calon pengikutnya. Calon pengikut yang bersedia berjihad akan diberikan uang Rp 2 miliar. Bila si pengikut tewas, keluarga akan mendapat Rp 10 juta per bulan.

Iming-iming Dr Azahari terungkap dari pengakuan Tjitra Rahardja (23), warga Depok yang diperiksa polisi terkait dengan buron tersangka kasus bom JW Marriott dan Ritz-Carton, Syaifudin Zuhri .

Tjitra mengaku bertemu dengan Syaifudin Zuhri. Tidak hanya itu, Tjitra juga mengaku pernah bertemu dengan Dr Azahari, gembong teroris yang tewas dengan bom bunuh diri saat digerebek Densus 88 di Batu, Jawa Timur, pada 2005 lalu .

Pertemuan Tjitra dengan teroris yang ahli merakit bom itu terjadi pada tahun 2002 sebelum bom Bali. Saat itu, Tjitra diajak temannya ke rumah ustad Kholik di Serang, Banten.

"Saya diajak sama teman. Di situ ada sekitar 14 orang, termasuk saya bertemu dengan Dr Azahari," kata Tjitra di Jl Giring-giring II, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, Kamis (20/8/2009).

Pada pertemuan itu, menurut Tjitra, Dr Azahari sempet mengatakan, siapa saja yang mau masuk ajarannya untuk berjihad, akan diberi uang Rp 1 miliar. "Apabila nanti meninggal dunia karena berjihad, setiap bulan keluarganya akan diberi uang sekitar Rp 10 juta," janji Azahari seperti ditirukan Tjitra.

Dari 14 orang itu, akhirnya cuma satu orang yang masuk ajaran Azahari. Pria itu adalah Asmar Latinsani yang melakukan aksi bom bunuh diri dengan menggunakan mobil Toyota Kijang di depan Hotel JW Marriott pada 5 Agustus 2003.

Tjitra yakin pria yang ditemuinya Dr Azahari dari kartu anggota yang menempel di bajunya. "Saya melihat ada semacam kartu anggota yang menempel di baju Dr Azahari. Di situ ada tulisan Dr Azahari beserta fotonya," jawab pria berusia 23 tahun tersebut yakin.

Azahari yang dia kenal, imbuhnya selalu berpakaian biasa saja dengan menggunakan peci, kemeja, dengan jenggot tipis dan kumis tidak terlalu tebal. "Kalau saya secara pribadi menolak ajakan Dr Azahari," pungkas Tjitra.

Ketua RT 9/10, tempat Tjitra tinggal, Sutarmanto menjelaskan, Tjitra sempat menghilang 2 bulan. Karena ingin mengorek cerita Tjitra, Sutarmanto mengundang Tjitra datang ke rumahnya dengan alasan minta diurut.

Sembari diurut, keduanya bercerita. Dari situlah keluar pengakuan Tjitra bahwa dia pernah bertemu dengan Syaifudin di Yogyakarta.

Tertarik dengan cerita Tjitra, Sutarmanto lalu memanggil polisi. Akhirnya 3 polisi datang dan memeriksa Tjitra hingga kini di rumah Sutarmanto.

Menurut Sutarmanto, Tjitra telah banyak berubah dibandingkan saat sebelum menghilang. Tjitra seperti orang linglung dan banyak tertawa saat ditanya.
(anw/iy)
Kamis, 20/08/2009 17:56 WIB
Akrab dengan PD, PDIP Konsisten Oposisi
Reza Yunanto - detikNews

Jakarta - PDIP dan Partai Demokrat (PD) saling mendukung dalam perebutan kursi Ketua DPR dan Ketua MPR. Meskipun begitu, PDIP konsisten menjadi oposisi. Hal itu penting agar pemerintahan SBY tetap bisa dikritisi.

"PDIP selalu konsisten untuk tidak tergoda dan tetap beroposisi, meskipun sikap ini membuat banyak pihak terus menggoda," ujar sekretaris FPDIP Ganjar Pranowo di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (20/8/2009).

Ganjar menegaskan bahwa sikap oposisi PDIP inilah yang mendapat dukungan paling banyak dari DPD dan arus massa tingkat bawah PDIP. Sebanyak 31 DPD, kata Ganjar, tetap menghendaki PDIP menjadi oposisi.

Keputusan untuk beroposisi itu, karena PDIP berkeyakinan perlu adanya check and balances antara pemerintah dan parlemen. Apalagi dengan keberhasilan PD memperoleh kursi terbanyak di parlemen, maka harus ada kekuatan penyeimbang agar pemerintahan SBY tetap bisa dikritisi.

"Jadi menurut saya PDIP harusnya tetap beroposisi," ujar anggota DPR yang kembali terpilih ini.

Senada dengan Ganjar, Ketua DPP PDIP Effendi Simbolon juga memastikan bahwa PDIP tetap akan berperan sebagai oposisi ke depannya, meskipun telah membuka komunikasi dengan PD sebagai partai pemerintah.

Bahkan, anggota Komisi VII DPR ini memastikan partainya tetap akan bersikap 'galak' terhadap kebijakan pemerintah. "Oh tentu. Malah kita akan lebih galak lagi," pungkasnya.

(Rez/yid)
Kamis, 20/08/2009 18:03 WIB
Hidayat Nilai Alasan TK Nyalon Ketua MPR Tidak Rasional
Andri Haryanto - detikNews

Bandung - Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menilai pernyataan Taufiq Kiemas yang siap maju menjadi Ketua MPR dengan mengatakan siap menjaga UUD'45 dan Pancasila sebagai pernyataan yang tidak rasional dan faktual. Hidayat merasa tersinggung.

Hal itu disampaikan Hidayat seusai penandatanganan serah terima pengembalian aset Sekjen MPR RI dan aset pemerintahan Pemprov Jabar, di Gedung Sate, Kamis (20/8/2009).

Ia mengatakan ketidaksetujuannya dengan pernyataan Taufiq Kiemas (TK) yang siap menjadi ketua MPR karena alasan untuk menjaga UUD'45 dan Pancasila.

"Kalau alasan demikian seolah-olah menuduh bahwa pimpinan MPR sebelumnya, yakni pada periode kami tidak berhasil menjaga UUD'45 dan Pancasila," keluh Hidayat.

"Itu sesuatu yang tidak benar sama sekali," sambungnya.

Ia mencontohkan 'tragedi' Indonesia Raya beberapa waktu lalu di mana yang mengingatkan akan alpanya lagu Indonesia Raya dalam pembukaan rapat di Gedung DPR RI yang dihadiri Presiden SBY, adalah anggota MPR sendiri.

"Apa yang menginterupsinya Bapak Taufik Kiemas? Bukan, tapi dari MPR sendiri yaitu AM Fatwa," jelasnya membenarkan.

"Silakan kalau Bapak Taufik ingin maju, tapi tentunya dengan alasan yang faktual dan rasional," katanya

Dirinya menyayangkan jika semangat yang dimunculkan TK dalam pencalonannya menjadi Ketua MPR RI hanya sekadar semangat oposisi kekuasaan. "Kalau seperti itu tidak akan membangun demokratisasi," ujarnya.

(ern/anw)
Kamis, 20/08/2009 18:07 WIB
PDIP Incar Ketua MPR
Tidak Ada Kesepakatan PD Dukung Taufik Kiemas
Luhur Hertanto - detikNews

Jakarta - Ketum DPP PD Hadi Utomo menegaskan maksud kunjungannya ke rumah Megawati untuk keperluan silahturahmi. Tidak ada kesepakatan khusus mendukung Taufik Kiemas sebagai bakal calon ketua MPR 2009-2014.

"Tidak ada tawar menawar. Ketua MPR akan ditentukan anggota legislatif di Senayan," ujar Hadi Utomo sebelum pidato penerimaan SBY-Boediono di Arena PRJ, Jakarta, Kamis (20/8/2009).

Menurut Hadi, dalam UU Susduk jelas dinyatakan bahwa mekanisme penentuan Ketua MPR merupakan kewenangan antara para anggota DPD dan DPR terpilih periode 2009-2014. Karena itu proses penetapannya akan sangat dipengaruhi dinamika politik hasil Pemilu 2009.

"Ketua mungkin oleh parpol yang memperoleh suara terbanyak," imbuh Hadi.

Namun demikian dia mengakui bahwa silahturahmi ke rumah Mega semalam terkait dengan target politik tertentu, yakni membuka peluang kerjasama antara dua parpol di dalam parlemen lima tahun mendatang.

"Silahturahmi supaya nantinya ada kerjasama yang baik di Senayan sana," pungkas Hadi.

(lh/yid)
Kamis, 20/08/2009 18:13 WIB
Pertemuan Tommy-Yuddy Untuk Bangun Kesepakatan Kerjasama
Reza Yunanto - detikNews

Jakarta - Fungsioanris DPP Partai Golkar Zainal Bintang membenarkan adanya pertemuan antara Tommy Soeharto dan Yuddy Chrisnandi. Pertemuan tersebut terkait persiapan Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar di Riau 4 Oktober mendatang.

"Betul ketemu kemarin sore," ujar Zainal saat dihubungi detikcom, Kamis (20/8/2009).

Pertemuan itu, kata Zainal berlangsung secara empat mata. Namun ketika ditanya apakah pertemuan itu berlangsung di Gedung Granadi, Kuningan, ketua tim pemenangan Yuddy ini enggan menjawab. "Di suatu tempat di Jakarta," elaknya.

Mengenai isi pertemuan itu, Zainal menerangkan bahwa pertemuan itu terkait dengan rencana persiapan Musyawarah Nasional Golkar

"Saya dilapori intinya ada kesepakatan membuka jalan di Munas, untuk tidak saling menjegal dan tidak black campaign," jelasnya.

Menurut Zainal, jika keduanya berkoalisi tentunya akan menarik dalam konstelasi Munas yang saat ini didominasi Ical dan Paloh saja. "Tentu saja ini menarik masyarakat, apakah ini akan mengubah konstelasi," tutupnya.

(Rez/yid)
Kamis, 20/08/2009 19:34 WIB
Hidayat Sayangkan Politik Dagang Sapi Soal Kursi Ketua MPR
Andri Haryanto - detikNews

Batang - Isu telah terjadi kesepakatan politik antara PDIP dengan Partai demokrat (PD) soal jatah kursi MPR disayangkan Ketua MPR Hidayat Nurwahid. Hidayat Nur Wahid menilai, deal politik seperti itu tak ubahnya mempraktekkan politik dagang sapi.

Hal itu disampaikan Hidayat seusai penandatanganan serah terima pengembalian aset Sekjen MPR dan aset pemerintahan Pemprov Jabar, di Gedung Sate, Kamis (20/8/2009).

"Kalau begitu kan jadi kayak dagang sapi. Undang-undang dibuat hanya untuk barter kekuasaan," ketus mantan Presiden PKS itu.

Hidayat menambahkan, jika benar telah terjadi deal politik seperti itu, publik akan menyayangkan dan mengecam praktek politik yang demikian. "Banyak orang menyayangkan, kok undang-undang dijadikan barter kekuasaan. Kalau begitu, dimana makna dari kedaulatan undang-undang DPR-MPR," ujarnya.

Hidayat menilai, bukan hanya Taufik Kiemas (TK) yang mencalonkan diri menjadi ketua MPR untuk periode mendatang. "Dengan itu, menunjukan bahwa jabatan ketua MPR bergengsi dan prestisius,"
kata Hidayat.

Dalam kesempatan itu, Hidayat juga menyampaikan kekecewaanya terhadap alasan yang diajukan TK dalam pencalonannya menjadi ketua MPR. "Kalau alasan demikian seolah-olah menuduh bahwa pimpinan MPR sebelumnya, yakni pada periode kami tidak berhasil menjaga UUD'45 dan Pancasila," keluh Hidayat.

"Kalau semangatnya hanya dengan semangat kekuasaan atau cape dengan oposisi itu tidak akan bangun demokrasi," ujarnya.

Apakah PKS akan mengambil jalan oposisi dengan PD? "PKS tentu terikat koalisi dengan Demokrat, sampai saat ini belum ada keputusan yang berubah soal itu," jawab Hidayat.

(ahy/yid)
Kamis, 20/08/2009 20:34 WIB
SB Tak Nongol di Acara Pidato Penerimaan SBY-Boediono
Luhur Hertanto - detikNews

Jakarta - Penyampaian pidato penerimaan SBY-Boediono atas hasil Pilpres 2009 mengundang seluruh pimpinan parpol anggota koalisi. Tapi ternyata tidak semua yang diundang memenuhi undangan untuk hadiri acara penting tersebut.

Penyampaian pidato penerimaan oleh SBY-Boediono sebagai pasangan terpilih Pilpres 2009, berlangsung Kamis (20/8/2008) malam. Acara digelar di arena PRJ, Kemayoran Jakarta.

Di barisan kursi terdepan yang berhadapan langusng dengan podium telah hadir seluruh pimpinan parpol anggota koalisi pendukung pasangan SBY-Boediono. Di antaranya tampak Ketum DPP PKS Tiffatul Sembiring, Ketum DPP PKB Muhaimin Iskandar, Ketum DPP PDS Ruyandi Hutasoit dan Ketum DPP PKPI Meutia Hatta.

Namun Ketum DPP PAN Soetrisno Bachir tidak tampak di antara mereka. Seperti sebelum-sebelumnya, petinggi PAN yang hadir dalam berbagai acara SBY-Boediono adalah Sekjen PAN Zulkifli Hasan.

Padahal ssesaat sebelumnya Ketum DPP PD Hadi Utomo menyatakan bahwa seluruh pimpinan parpol koalisi memastikan untuk hadir. "Kan semuanya berdomisili di Jakarta, jadi semua bisa hadir malam ini," ujar dia.

Tata lokasi pidato penerimaan kurang lebih mirip dengan saat kampanye. Podium didirikan di atas panggung pendek yang dikelilingi oleh podium bagi para hadirin.

Di bagian belakang panggung adalah backdrop warna putih polos dan barisan bendera Merah Putih. Panggung pendek dan lebar itu berdiri tanpa atap, hanya podium bagi para undangan yang dinaungi atap.

Hadirin dari acara ini adalah wakil dari seluruh tim pemenangan nasional dan daerah dari setiap parpol pendukung koalisi. Jumlah yang hadir mencapai lebih dari tiga ribuan orang.

Pasangan SBY-Boediono dan istrinya masing-masing, memasuki lokasi tepat pukul 19.15 WIB. Inti dari pidato penerimaan yang mereka akan sampaikan adalah rasa syukur dan terimakasih pada seluruh rakyat Indonesia terhadap keperceyaan yang diberikan untuk menjadi pucuk pemerintahan Indonesia 2009-2014.

"Terimakasih pada seluruh rakyat atas kontribusinya terhadap pelaksanaan pilpres yang demokratis, tertib dan aman. Penghargaan saya terhadap kekompakan dan kerja keras partai koalisi. Kini perjuangan besar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat menanti di depan kita," ujar Hadi Utomo sebagai koordinator partai koalisi dalam pidato sambutannya.

(lh/ndr)
Kamis, 20/08/2009 20:55 WIB
SBY-Boediono Siapkan Progam 100 Hari Pertama
Luhur Hertanto - detikNews

Jakarta - Pasangan SBY-Boediono dalam waktu dua bulan ke depan akan menyiapkan rencana aksi bagi pemerintahannya. Termasuk di antaranya adalah program 100 hari pertama, agenda prioritas lima tahun dan tim kabinet 2009-2014.

Demikian ungkap SBY selaku capres terpilih hasil Pilpres 2009. Hal ini dia sampaikan dalam pidato penerimaan, Kamis (20/8/2009), di Arena PRJ, Kemayoran, Jakarta.

"Dalam dua bulan ke depan kami siapkan rencana aksi, termasuk program 100 hari pertama dan agenda lima tahun ke depan," tegas SBY.

Materi program 100 hari pertama dan agenda prioritas merupakan penjabaran dari visi dan misi yang selama ini disampaikan dalam sesi kampanye Pilres 2009. Intinya adalah penyiapan infrastruktur fisik dan sosial bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Menyinggung pembentukan tim kabinet, SBY menegaskan akan merekrut semua yang ternaik dan kompeten. Baik dari kalangan partai politik maupun profesional.

Ada syarat penting bagi para calon anggota kabinet, yaitu komitmen untuk jujur dan anti korupsi. Menurutnya dua kriteria tersebut sangat penting untuk menciptakan pemerintahan bersih dan punya kredibilitas di mata rakyat.

"Integritas akan menjadi bagian penting dari kontrak kinerja kabinet. Saya pastikan kabinet akan siap bekerja sejak hari pertama sejak dilantik," tegas SBY.


(lh/mad)
Kamis, 20/08/2009 21:30 WIB
Temui Mega, Hadi Utomo Tidak Diutus SBY
Luhur Hertanto - detikNews

Jakarta - Ketua Dewan Pembina PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak pernah mengutus Ketum DPP PD Hadi Utomo menemui Megawati Soekarnoputri. Kunjungan silahturahmi semalam adalah untuk memenuhi undangan dari pihak DPP PDI Perjuangan.

Demikian papar Ketua DPP PD Andi Mallarangeng mengenai kronologis pertemuan Ketum DPP PD dan Ketum DPP PDIP. Hal ini disampaikannya di sela pidato penerimaan SBY-Boediono di Arena PRJ, Kemayoran, Jakarta.

"Pak Hadi menerima undangan dan karena diundang, beliau melapor ke Pak SBY," kata Mallarangeng, Kamis (20/8/2009).

Menurutnya, undangan silahturahmi itu dari DPP PDIP kepada PD adalah hal
baik untuk menjaga hubungan dua parpol. Terlebih pertemuan silahturahmi berlangsung menjelang datangnya bulan suci Ramadhan.

Hasil dan materi pembicaraan telah pula dilaporkan oleh Hadi Utomo ke SBY. Tidak dirinci lebih detail apakah memang rencana pencalonan Taufiq Kiemas sebagai bakal calon Ketua MPR merupakan salah satu agenda pokok pembicaraan dengan Megawati.

"Itu kan pertemuan antar ketua umum parpol, tentu saja mereka bisa bicara banyak hal," ujar Mallarangeng.

(lh/mad)

Tidak ada komentar: