Rabu, 19 Agustus 2009

Rabu, 19/08/2009 14:46 WIB
Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton
Syaifudin Sering Kunjungi Pasien di Depok
Didi Syafirdi - detikNews

Foto: Dokumen detikcom
Jakarta - Meski telah pindah rumah, Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad masih sering bolak-balik ke Depok, Jawa Barat. Pria yang kini menjadi tersangka teroris itu mengunjungi salah satu pasiennya.

"Dia masih sering ke sini. Dia itu kan pekerjaannya ngebekam dan tukang urut, dan di sini ada satu pasiennya," kata Sapiah, bekas tetangga Syaifudin di Jalan Giring-giring II/104 Rt 09/10 Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, Rabu (19/8/2009).

Selain mengunjungi pasien, Syaifudin juga kerap ke rumah salah satu adiknya, Sucihani, yang merupakan istri Ibrohim (tewas di Temanggung). Kebetulan, rumah Sucihani tidak jauh dari bekas rumah orang tua Syaifudin.

Namun sejak tahun 2008, Syaifudin sudah tidak pernah muncul lagi di Depok. Bekas tetangga tidak tahu pasti di mana pria yang diduga berperan sebagai perekrut bom bunuh diri itu.

"Wah nggak tahu tinggal di mana sekarang," kata Sapiah.

Sementara itu pasien Syaifudin, Yono, yang tinggal tidak jauh dari bekas rumah Syaifudin enggan berkomentar. "Nggak mau, saya lagi sakit," katanya saat detikcom mencoba wawancara.

(ken/nrl)
Rabu, 19/08/2009 14:44 WIB
Syahrir-Syaifudin, Duet Maut Pelatih Sniper di Poso
Rachmadin Ismail - detikNews

Jakarta - Polisi merilis 4 nama buron baru terkait pengebomam di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott. Dua di antaranya adalah Syaifudin Dzuhri dan M Syahrir yang dikabarkan sebagai saudara kandung. Siapakah mereka sebenarnya?

"Mereka pernah menjadi trainer untuk sniper di Poso," kata pengamat terorisme Dynno Chressbon saat berbincang lewat telepon, Rabu (19/8/2009).

Menurut Dynno, Syahrir dan Syaifudin juga pernah terlibat dalam penyelundupan senjata yang berasal dari Filipina Selatan. Senjata itu kemudian digunakan para kaum mujahid untuk berperang dalam konflik Poso.

"Mereka sejak dulu juga sudah diincar karena mendatangkan senjata," imbuhnya.

Sebelum bergabung dengan Noordin M Top, keduanya terlebih dahulu dekat dengan Upik Lawanga. Upik adalah perakit bom paling handal yang dipercaya Noordin. "Mereka sempat ikut beberapa lama," tambahnya.

Sosok Syaifudin sebelumnya sudah dikenali sebagai tokoh yang cukup berpengaruh di Poso. Sedangkan dalam pengeboman di JW Marriott dan Ritz- Carlton, Syaifudin disebutkan sebagai perekrut dua bomber, yakni Dani Dwi Permana dan Nana Maulana.

Informasi tentang Syahrir, belum banyak diketahui. Namun ia disebut-sebut sebagai orang yang aktif mencarikan safe house bagi Syaifudin dan anggota kelompok Noordin lainnya.
(mad/iy)
Rabu, 19/08/2009 14:31 WIB
Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton
Syaifudin dan Syahrir Pakai Celana Ngatung Saat Remaja
Didi Syafirdi - detikNews

Foto: Dikhy Sasra/detikcom
Jakarta - Keluarga Djaelani Irsyad dikenal taat beragama. Djaelani memiliki 8 anak. Anak nomor 3 yaitu Mohamad Syahrir dan anak nomor 5, Syaifudin Zuhri, masuk dalam jajaran buronan teroris. Kedua anak itu sejak remaja berpenampilan Islami.

"Pas remaja sering pakai baju koko dan celana ngatung," kata Sapiah, bekas tetangga Syaifudin dan Syahrir, kepada detikcom yang menyambangi bekas rumah kedua tersangka teroris itu, Rabu (19/8/2009).

Menurut Sapiah, masa kecil kedua pria yang diduga terlibat bom Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton itu memang dihabiskan di rumah yang beralamat di Jalan Giring-giring II/104 Rt 09/10 Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, itu bersama ayah ibu mereka.

Keluarga Djaelani meninggalkan Depok pada 1997. "Mereka datang ke sini tahun 1979 sampai sekitar tahun 1997. Mereka sekeluarga bersama bapaknya tinggal di sini tapi pada tahun 1997, mereka pindah ke Kuningan (Jawa Barat)," kata Sapiah.

Kini rumah yang pernah ditinggali Syahrir dan Syaifudin itu telah dijual. Rumah bercat kuning itu sekarang ditinggali sebuah keluarga.

Nama Syahrir dan Syaifudin dirilis sebagai buron Mabes Polri karena diduga terkait peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, 17 Juli lalu. Syaifudin diduga berperan sebagai perekrut 'pengantin' atau orang yang bersedia melakukan bom bunuh diri. Sementara peran Syahrir belum jelas.
(ken/nrl)
Rabu, 19/08/2009 14:30 WIB
Memburu Teroris
Majelis Mujahidin Minta Polisi Tak Asal Curigai Orang Bercadar
Bagus Kurniawan - detikNews

ilustrasi
Yogyakarta - Majelis Mujahidin meminta polisi tidak asal mencurigai orang bercadar, berjenggot, bersorban atau bercelana komprang. Sebab hal itu justru akan memancing perlawanan yang lebih keras.

"Ini tidak efektif dan provokatif. Kami meminta segera dihentikan sebab akan memancing reaksi yang lebih keras atau radikal umat Islam," kata Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin, Irfan S Awwas, di Aula Masjid Arrosul Jl Karanglo, Kotagede, Yogyakarta, Rabu (19/8/2009).

Menurut Irfan, mengenakan cadar, bersorban, atau berjenggot itu sebagai identitas keagamaan seseorang. Di Indonesia ada banyak umat Islam yang menjadi anggota sebuah jamaah tabligh atau kelompok pengajian yang seperti itu, termasuk kelompok salafy. Mengenakan cadar atau sorban seperti yang dilakukan para pendakwah atau anggota jamaah tabligh, tidak bisa diidentikan dengan teroris.

"Cara-cara seperti ini berbahaya dan bisa menimbulkan keresahan masyarakat. Sama halnya kalau koruptor itu dilakukan orang berdasi sehingga orang yang pakai dasi itu sama dengan koruptor," tegas Irfan.

Irfan juga mengecam cara-cara penangkapan teroris yang dilakukan oleh Densus 88 di Jatiasih Bekasi dan Kedu Temanggung. Tindakan yang dilakukan polisi sudah menimbulkan teror tersendiri bagi masyarakat. Pemerintah maupun polisi seharusnya bertindak obyektif dan proporsional.

"Kenyataannya terorisme di Indonesia tidak ada kaitannya dengan agama. Kami juga menolak tegas stigmatisasi terorisme dengan ajaran Islam maupun ayat-ayat jihad dalam Al Quran," kata Irfan didampingi Sekjen M. Shobarin Syakur dan Komandan Laskar Mujahidin Abu Haedar.

Dalam kesempatan itu Irfan juga meminta pemerintah melakukan debat publik bersama Majelis Mujahidin dalam menangani kasus terorisme di Indonesia. Dia juga meminta kepala daerah untuk tidak mengeluarkan kebijakan yang bersifat provokatif, menghambat umat Islam dalam menjalankan ajaran agamanya serta menghasut sesama warga negara untuk saling mencurigai berdasarkan identitas agama.

(bgs/djo)
Rabu, 19/08/2009 14:27 WIB
Tommy Berebut Ketum Golkar
Fadel Muhammad: Itu Nekat Luar Biasa!
Aprizal Rahmatullah - detikNews

Jakarta - Niat Tommy Soeharto untuk maju dalam bursa calon ketua umum Partai Golkar dinilai sebagai aksi yang mengejutkan. Kesediaannya bersaing dengan kandidat calon ketua umum Partai Golkar seperti Ical dan Paloh dianggap sebagai tindakan nekat.

"Ini nekat luar biasa!" kata Ketua DPD I Gorontalo Fadel Muhammad kepada wartawan usai menghadiri Rapat Paripurna Khusus DPD RI di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (19/8/2009).

Meski masih berstatus kader Golkar, lanjut Fadel, Tommy tidak memiliki track record dalam keorganisasian. Termasuk kapasitas Tommy dalam kekuatan jaringan maupun leadership masih dipertanyakan.

"Tommy kan tidak memiliki pengalaman organisasi dalam kepengurusan DPP. Saya rasa tidak semudah itu Tommy bisa menang," imbuh Fadel.

Fadel menjelaskan, kandidat kuat calon ketua umum Golkar masih dipegang Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Persaingan diantara keduanya saat ini sudah nampak terlihat. "Mereka berdua sama-sama memiliki pengalaman di organisasi," jelasnya.

Namun, Fadel tetap mengapresiasi keberanian Tommy untuk maju. "Sah-sah saja asal ia punya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) semua mungkin saja," pungkasnya.

(ape/yid)
Rabu, 19/08/2009 14:21 WIB
Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton
Syaifudin dan Mohamad Syahrir Ternyata Kakak Beradik
Didi Syafirdi - detikNews

Foto: Dikhy Sasra/detikcom
Jakarta - Dua tersangka teroris yang dirilis Mabes Polri rupanya memiliki hubungan darah. Ustad Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad dan Mohamad Syahrir rupanya kakak beradik.

Kedua pria yang kini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Polri itu merupakan anak dari Jaelani Irsyad. Masa kecil keduanya dihabiskan di Jalan Giring-giring II/104 Rt 09/10 Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.

"Wah iya benar ini Muhamad Syahrir alias Aing. Ini kakaknya Syaifudin Zuhri," kata Sapiah, bekas tetangga Syaifudin dan Syahrir, kepada detikcom yang menyambangi bekas rumah kedua tersangka teroris itu, Rabu (19/8/2009). Sapiah berkomentar setelah memperhatikan foto Syahrir dan Syaifudin yang diperlihatkan detikcom.

Sapiah mengatakan, Syahrir adalah anak ketiga dari Djaelani Irsyad sedangkan Syaifudin anak kelima. Keduanya juga memiliki hubungan darah dengan Sucihani, istri Ibrohim. Sucihani adalah anak keenam.

Nama Syahrir dan Syaifudin dirilis sebagai buron Mabes Polri karena diduga terkait peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, 17 Juli lalu. Syaifudin diduga berperan sebagai perekrut 'pengantin' atau orang yang bersedia melakukan bom bunuh diri. Sementara peran Syahrir belum jelas. (ken/nrl)
Rabu, 19/08/2009 14:20 WIB
Pidato Kenegaraan SBY
Mulai 'Indonesia Raya' Lupa Hingga Teleprompter Mati
Anwar Khumaini - detikNews

Jakarta - Setelah pidato kenegaraan kedua (14 Agustus) di Gedung DPR diwarnai 'insiden' lagu Indonesia Raya lupa dinyanyikan, maka dalam pidato terakhir di depan para senator SBY 'diganggu' oleh matinya teleprompter. Akibatnya, pidato SBY sempat berhenti satu menit, menunggu alat baca digital tersebut berfungsi kembali.

Awalnya, SBY dengan sempurna memberikan sambutan kepada ratusan anggota DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (19/8/2009). SBY tampak tidak seperti orang membaca, lantaran alat telepromter yang dipasang di depannya bisa menuntun kalimat demi kalimat yang muncul di alat yang biasa dipakai presenter TV untuk membaca berita tersebut.

Namun, namanya teknologi pasti ada cacatnya. Saat semangat memberikan sambutan, tiba-tiba, pettt, alat itu tidak memunculkan tulisan. Orang nomor satu di Indonesia ini pun terhenti berpidato. Namun SBY sama sekali tidak panik. Dengan tenang, dia menunggu. Hingga satu menit, akhirnya teleprompter berfungsi kembali. SBY akhirnya melanjutkan pidatonya.

Pada pidato tanggal 14 Agustus saat menyambut HUT RI, juga sempat ada gangguan yang membuat acara kenegaraan itu menjadi kurang afdhol. Lagu Indonesia Raya yang biasa dinyanyikan di awal dan akhir acara, lupa dinyanyikan di awal acara. Pro dan kontra pun bermunculan. Banyak yang mengkritik Sekjen DPR dan Ketua DPR Agung Laksono atas kesalahan fatal ini. Agung pun buru-buru minta maaf.

Namun permintaan maaf Agung tak menyelesaikan masalah. Kritikan demi kritikan keluar dari aggota DPR dari beberapa fraksi. FPDIP yang paling keras mengkritik. Bahkan FPDIP sempat meminta agar Sekjen DPR diberhentikan.

Berbeda dengan pidato kedua dan ketiga, pidato pertama SBY di Gedung DPR pada 3 Agustus lalu berjalan lancar. Dengan mengangkat tema soal APBN, SBY membuat mayoritas anggota DPR puas. Bahkan, anggota DPR yang juga suami Megawati Soekarnoputri, Taufiq Kiemas (TK), memuji-muji pidato SBY. Kata TK, pidato SBY pro rakyat.

Dalam sebulan ini, Presiden SBY sibuk dengan agenda pidato kenegaraan di Senayan. Bila tahun-tahun sebelumnya cukup sekali atau dua kali, maka untuk tahun 2009 ini sampai tiga kali. SBY melalui juru bicaranya, Andi Mallarangeng, mengaku sempat direpotkan dengan persiapan pidato yang banyak ini.

"Saat ini Presiden SBY sedang menyiapkan pidato di Cikeas. Cuma saat ini agak repot karena ada tiga pidato kenegaraan dalam satu bulan," kata Andi kepada detikcom, Kamis (13/9/2009) lalu.
(anw/nrl) Rabu, 19/08/2009 14:16 WIB
Tommy Nyalon Ketum Golkar, Sultan Tak Mau Ikut Campur
Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Anggota Dewan Penasehat Partai Golkar Sultan HB X tidak mau ambil pusing atas masuknya nama Tommy Soeharto dalam bursa calon Ketua Umum Golkar. Menurutnya masuk-tidaknya Tommy bukan menjadi urusannya lagi.

"Wis lah dudu urusanku (sudahlah bukan urusanku)," ujar Sultan yang ditemui wartawan usai sidang Paripurna DPD di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (19/8/2009).

Sultan berada di Gedung DPD karena memenuhi undangan DPD sebagai Gubernur DI Yogyakarta yang menyaksikan pidato kenegaraan SBY dalam rapat paripurna khusus DPD.

Menurut Sultan, pihak yang berwenang memberi tanggapan terhadap pencalonan Tommy adalah Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar. Karena DPP Golkar yang akan menyusun kriteria pencalonan ketua umum Golkar. "Kui urusane DPP (itu urusannya DPP)," tegasnya sambil mengangkat tangannya sebagai tanda menolak berkomentar lebih jauh.

Sebelumnya Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Muladi menyatakan bahwa kans Putra bungsu Soeharto menjadi ketua umum Golkar sangat kecil. Hal ini disebabkan karena pesaingnya para tokoh senior yang sekarang aktif di Golkar.

(van/yid)
Rabu, 19/08/2009 14:08 WIB
Buron Teroris Bom Marriott
Agar Feel Home, Para Teroris pun Pakai Nama Alias
Chazizah Gusnita - detikNews

Jakarta - 4 Buron teroris yang diduga terlibat ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton punya nama alias lebih dari satu. Keempatnya pun menggunakan nama-nama yang berbeda di setiap tempat. Kenapa?

"Di sebuah daerah di Jawa seperti Trenggalek, nama Bambang itu dihargai, Makanya mereka pakai itu supaya feel home. Supaya diterima langsung oleh masyarakat," kata pengamat teroris yang merehabilitasi eks teroris yang di penjara, Mardigu WP kepada detikcom, Rabu (19/8/2009).

Buron teroris Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad setidaknya mempunyai 3 nama alias. Nama alias tersebut antara lain Syarifudin Zuhri, Udin dan Soleh.

Syaifudin pernah tinggal di Perum Telaga Kahuripan, Parung, Bogor, Jawa Barat. Di sana, Syaifudin dikenal sebagai Syaifudin Jaelani.

Kemudian tersangka Mohamad Syahrir mempunyai nama alias Aing. Bagus Budi Pranoto memakai nama alias Urwah. Lalu Ario Sudarso memiliki nama alias Suparjo Dwi Anggoro, Aji, Dayat dan Mistam Husamudin.

Para terpidana teroris yang sudah dihukum mati seperti Amrozi cs juga memiliki nama alis. Amrozi bin H. Nurhasyim mempunyai nama alias Amrozi. Ali Gufron alias Muklas dan Abdul Azis alias Imam Samudra.

(gus/nrl)
Rabu, 19/08/2009 13:57 WIB
Bom Marriott & Ritz-Carlton
Ada Kontak Telepon Dari Kamar 1808 dan 1621
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Ada dugaan tersangka teroris yang menginap di kamar 1808 melakukan kontak telepon internal dengan tamu yang menginap di kamar 1621 Hotel JW Marriott. Kamar 1621 ditempati 2 warga negara asing.

Informasi yang dikumpulkan detikcom, Rabu (19/8/2009), komunikasi internal itu terjadi pada 16 Juli 2009, sehari sebelum bom meledak di Marriott dan Ritz-Carlton. Kontak telepon internal itu dilakukan sangat intens.

"Komunikasi dilakukan melalui intercom (jaringan kabel antar kamar di internal hotel)," jelas seorang sumber yang enggan disebutkan namanya.

Disebut-sebut, kamar 1621, sesuai data resepsionis ditempati 2 orang warga negara asing berinisial HF dan MF. "Keduanya diduga dari Yaman," imbuh sumber itu.

Namun polisi belum mau berkomentar atas informasi tersebut. Polisi menegaskan, bila ada informasi seperti itu hendaknya perlu dipastikan kebenarannya.

"Itu info yang harus ditelusuri dengan baik sebelum rekan-rekan mengekspose," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta.

(ndr/iyRabu, 19/08/2009 13:44 WIB
Syaifudin Lulusan Yaman atau Mesir?
Reno Nugraha - detikNews

dok detikcom
Cirebon - Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad, DPO kasus bom Ritz-Carlton dan JW Marriott, disebut-sebut sebagai ustad lulusan sebuah perguruan tinggi di Yaman. Namun saat menikahi istrinya, Kholifah Sari, dia mengaku kuliah di Al Azhar, Kairo, Mesir. Mana yang benar?

"Saat menikah dengan Kholifah, Syaifudin mengaku kuliah di Al Azhar," ujar guru ngaji Kholifah, Abdul Jalil, saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Perbutulan, Sumber, Kabupaten Cirebon, Rabu (19/8/2009). Abdul Jalil-lah yang menikahkan pasangan tersebut.

Jalil menambahkan, dirinya tidak melihat ada sesuatu yang mencurigakan pada Syaifudin. Semua sikap Syaifudin dinilainya wajar-wajar saja.

"Cuma dia memang sering memakai gamis dan sorban. Saya pikir itu biasa saja, apalagi dia kan kuliah di Kairo," ungkap Jalil.

Jika benar demikian, berarti pengakuan Syaifudin kepada Jalil itu berbeda dengan informasi yang beredar. Selama ini, Syaifudin dikenal sebagai seorang ustad yang memiliki pengetahuan agama Islam yang cukup luas. Namun dia bukan lulusan universitas Al Azhar melainkan sebuah lembaga pendidikan di Yaman.

Setelah menikah, Syaifudin kemudian mengajak Kholifah pergi. Suami istri ini hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kini, keduanya dikaruniai dua orang anak.

Sebelum menikah dengan Syaifudin, Kholifah yang merupakan santri dari sebuah pesantren yang ada di dekat rumahnya itu hanya mengenakan jilbab biasa. Namun, setelah dinikahi Syaifudin, Kholifah mengenakan cadar.

Jejak terakhir pasangan ini yang masih jelas adalah di Gugus Candraloka Perumahan Telaga Kahuripan, Kabupaten Kemang, Kabupaten Bogor. Mereka hidup di perumahan ini sejak akhir 2007 hingga April 2009.

Mabes Polri telah menyebarkan identitas Syaifudin pada pers. Mabes Polri menyebut pria tersebut sebagai Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad alias Ustad Syaifudin Zuhri alias Udin alias Soleh. Sedangkan warga Kahuripan mengenalnya sebagai Syaifudin Jaelani.

(djo/nrl)
) Rabu, 19/08/2009 13:44 WIB
Berebut Ketum Golkar
Status Mantan Napi Tommy Akan Dibahas di Munas
Aprizal Rahmatullah - detikNews

foto: dok.detikcom
Jakarta - Niat Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto bertarung di bursa ketua umum Partai Golkar mendapat apresiasi positif dari pengurus pohon beringin. Status Tommy sebagai mantan narapidana (napi) akan dibicarakan dalam Munas Golkar.

"Semua tergantung AD/ART dan peraturan-peraturan yang nanti akan diputuskan dalam munas," ujar Ketua DPP Partai Golkar Andi Mattalatta usai Sidang Paripurna Khusus DPD di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (19/8/2009).

Menurut Andi, siapa pun kader Golkar termasuk Tommy, bisa mengajukan diri sebagai ketua umum partai berlambang pohon beringin itu. "Bagus itu, bagus," kata Menkum HAM itu.

Penilaian Andi, hanya Aburizal Bakrielah yang mempunyai kans besar sebagai ketua umum terpilih. "Menurut saya kayanya masih Aburizal (yang menang)," prediksi Andi.
(nik/nrl)



Tidak ada komentar: