Jumat, 07 Agustus 2009

Pelarian Noordin M Top Berakhir?

Sabtu, 08/08/2009 01:51 WIB
Pelarian Noordin M Top Berakhir?
Irwan Nugroho - detikNews

Jakarta - Detasemen Khusus 88 Mabes Polri masih mengepung rumah milik Mohzahri (70) di Temanggung, Jawa Tengah. Ada 3-4 orang bersenjata yang masih bertahan di rumah tersebut. Seorang di antaranya diduga Noordin M Top, gembong teroris yang paling diburu polisi.

Sumber intelijen bahkan menyebutkan, Noordin tewas dalam penyergapan tersebut. Namun, Panglima TNI Djoko Santoso belum memastikan Noordin ditangkap atau ditembak mati dalam penggerebekan itu. Keterangan resmi dari pihak kepolisian juga belum ada.

"Belum masih diduga. Ini kan pengepungan masih berlangsung," jelas Djoko Santoso di sela-sela pagelaran wayang kulit di Istana Negara, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (7/8/2009).

Namun, jika benar Noordin tewas, berarti akhir hidupnya sama dengan Dr Azahari, rekannya yang dikenal ketika kuliah di Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Azahari yang ahli merakit bom itu tewas dalam sebuah penggerebekan di Malang, Jawa Timur, pada 9 November 2005.

Bersama Azahari, teroris yang dihargai Rp 1 miliar itu ditengarai menjadi otak serangkaian pengeboman di Indonesia yang menewaskan ratusan korban. Keduanya mendalangi aksi Bom Bali I (2002), Bom Hotel JW Marriott, Jakarta (2003), bom Kedutaan Australia (2004), dan Bom Bali II (2005).

Namun, tewasnya Azahari tidak berarti aksi Noordin berhenti. Dia ditengarai terlibat sejumlah pengeboman, termasuk bom bunuh diri di JW Marriott dan Ritz-Carlton. Peristiwa yang terjadi 17 Juli kemarin itu menewaskan 9 orang dan melukai 53 lainnya.

Noordin (40) merupakan warga negara Malaysia yang lahir di Kluang Johor, pada 11 Agustus 1968. Noordin tercatat pernah bergabung dengan Jamaah Islamiyah (JI) dan memegang bagian pendanaan.

Namun, menurut Direktur International Crisis Group (ICG), Sidney Jones, JI mengalami perpecehan internal pada tahun 2003. Sejak itu pula, Noordin memimpin kelompok sempalan yang tidak tunduk kepada JI pusat dan merasa menjadi wakil Al Qaeda di Indonesia dan Asia Tenggara.

"Penting untuk dibedakan antara Noordin dan JI. Dia memang anggota JI, tapi selama 5 tahun belakangan ini sudah menjadi ketua kelompok sempalan, di mana ada beberapa anggota JI tapi mereka tidak tunduk kepada JI sebagai organisasi," kata Sidney beberapa waktu lalu.

Sepeninggal Azahari, Noordin terus merekrut kader-kader yang bersedia diajak untuk melakukan 'jihad' dengan aksi pengeboman yang menetapkan orang asing sebagai sasaran. Noordin memang dikenal piawai untuk mempengaruhi dan membujuk pengikutnya.

Kepiawaian Noordin tidak hanya dalam hal merekrut 'pengantin', sebutan bagi mujahid yang melakukan bom bunuh diri. Noordin juga licin bak belut alias pandai menghindari kejaran polisi. Noordin diketahui selalu berpindah-pindah. Dia sempat tinggal di Riau, namun belakangan lebih senang berkeliaran di Jawa Tengah.

Menurut mantan Investigator Bom Bali I Mantan Hermawan Sulistyo, Noordin bisa secepat 'kilat' menghilang apabila diendus oleh polisi. Terhitung, 7 tahun sudah Noordin berada dalam pelariannya.

"Saat di Semarang saja Noordin sudah berpapasan sama polisinya. Habis itu dikejar dalam hitungan 2 menit hilang di depan publik," jelas Kiki, panggilan akrab Hermawan.

Kini, polisi memblokade rumah milik Mohzahri, yang beralamat di Desa Beji, RT 01/07, Kelurahan Kedu, Kecamatan Kedu, itu. Rumah itu terletak di bawah bukit, sekitar 300 meter dari perkampungan yang padat penduduk. Tampaknya tidak ada kesempatan bagi para penghuni di rumah itu untuk meloloskan diri. Mungkinkah ini menjadi akhir pelarian Noordin? Kita tunggu saja.
(irw/ndr)

Tidak ada komentar: