Sabtu, 08 Agustus 2009

Seputar Maklumat Resminya Al Qoidah Indonesia

Jumat, 31 Jul '09 10:04

Pertamakalinya terjadi di sejarah peledakan bom di Indonesia, pelakunya mengeluarkan maklumat (pengumuman resmi) perihal tindakannya didalam peristiwa bom di hotel JW Marriot dan hotel Ritz Carlton yang terjadi pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu.

Maklumat itu pertamakali dirilis di suatu blog internet hari Minggu tanggal 26 Juli 2009 pukul 22:05 (tidak jelas WIB atau bukan) oleh mereka yang mengaku sebagai kelompok yang menamakan dirinya 'Tandzim Al-Qo'idah Indonesia'.

Belum jelas, apakah itu memang benar-benar merupakan pernyataan resmi dari kelompok pelaku yang sesungguhnya, namun bisa juga hanya pekerjaan iseng dari pihak lainnya yang ingin iseng atau hanya mengaku-ngaku saja dengan mempunyai maksud-maksud tertentu. Sampai dengan artikel ini ditulis, pihak berwajib (tim cybercrime Polri) masih menelusuri identitas pengguna blog tersebut.

Didalam keterangannya tersebut, kelompok itu membaginya ke dalam dua maklumat, pertama perihal bom di hotel JW Marriot Jakarta, dan yang kedua perihal bom di hotel Ritz Carlton Jakarta.

Perihal bom di hotel JW Marriot Jakarta, mereka menyebutkan soal 'Kadin Amerika', dan soal 'Pentolan Bisnisman dan Inteljen di dalam bagian ekonomi Amerika', serta soal 'mengeruk harta negeri Indonesia dan pembiayaan tentara Amerika'. Lalu, perihal bom di hotel Ritz Carlton Jakarta, mereka menyebutkan 5 sasaran tindakannya tersebut. Diantaranya menyinggung soal 'pembalasan terhadap Amerika', juga soal 'rencana kedatangan para pemain MU (Manchester United) di Jakarta'.

Beberapa kalangan masih menyangsikan kebenaran maklumat ini dibuat oleh pelaku yang sesungguhnya. Bahkan pihak Polri pun juga belum berani memastikan kesahihan dan kebenarannya.

Memang, ada keanehan saat membaca maklumat itu. Cara mereka menuliskan Mancester United (tanpa huruf H, bukan Manchester United) agak nyeleneh dan tak lazim. Sesuatu kejanggalan yang mengundang tanya, mengingat ini adalah sebuah maklumat resmi dari sebuah kelompok yang mempunyai kemampuan dan keahlian tidak sembarangan (kemampuan merencanakan operasi dengan tingkat kerumitan yang tinggi dan keahlian menembus pengaman ketat di kedua hotel itu) tentunya agak janggal kesalahan penulisan itu.

Selain itu, tidak diketemukan tuntutan dari tindakannya yang harus dilakukan oleh pihak yang menjadi target sasarannya. Tidak pula diketemukan ancaman lanjutan yang akan dilakukan oleh mereka jika tuntutannya itu tidak dipenuhi oleh pihak target sasarannya.

Ini hal yang juga janggal, terkesan suatu gerakan yang tanpa rencana, tanpa visi dan misi serta maksud tujuan yang jelas, tanpa acuan kerangka waktu pencapaiannya. Terkesan mereka hanya sekedar meledakkan saja, tanpa ada kejelasan apa yang ingin dicapainya dalan jangka pendek dan jangka panjangnya.

Hal ini dapat dimengerti, jika ini hanya ritual pesta mercon petasan saja, yang dilakukan oleh kelompok geng anak remaja yang sekedar sebagai ajang kumpul-kumpul dan hura-hura yang hepi-hepi saja. Namun menjadi tidak dapat dimengerti (baca: tidak masuk akal) jika merupakan gerakan sebuah kelompok yang membutuhkan pendanaan dan sistim organisasi serta operasi canggih yang tidak main-main.

Maka menjadi tak heran jika pihak yang paling berwenang, kepolisian negara, berhati-hati menanggapinya dengan belum berani memastikan tingkat kebenarannya, dan masih belum menganggapnya sebagai kepastian dari pernyataan resminya pelaku yang sebenarnya.

Namun, apapun juga, untuk sementara, didalam soal pernyataan dari pelakunya, baru data dan informasi serta berita ini saja yang hari ini tersedia di ranah publik. Maka jika ini benar, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sementara, yaitu :

1. Bom di JW Marriot dan Ritz Carlton ini bukan pekerjaannya dua pasangan kontestan Pilpres yang menjadi pesaing dari pihak pasangan yang saat ini oleh KPU dinyatakan sebagai pihak yang memenangkan pilpres hanya dalam 1 putaran saja.

Sampai saat ini, belum diketemukan bukti yang nyata dan kuat serta sahih tentang adanya hubungan antara Jusuf Kalla atau Wiranto atau Prabowo atau Megawati dengan pihak yang mengaku sebagai kelompok Tandzim Al-Qo'idah Indonesia. Baik itu merupakan hubungan pemberian dukungan pembiayaan dan pendanaan, atau pun hubungan dukungan perencanaan dan pelaksanaan operasi.

Entahlah, jika dikemudian hari nantinya, pihak yang berwenang yaitu kepolisian negara dan badan inteljen negara akan menemukan hubungan benang merah yang sangat kuat mengindikasikan adanya keterlibatan Jusuf Kalla atau Wiranto atau Prabowo atau Megawati dengan pihak yang mengaku sebagai kelompok pengebom JW Marriot dan Ritz Carlton ini.

Tentulah aparat Kepolisian dan inteljen negara yang berwenang di negeri ini, tak akan berlaku sebagaimana halnya dahulu di Amerika Serikat pernah dilakuakan oleh FBI dan CIA. Konon, dua badan inteljen itu berhasil menemukan data-data yang menunjukkan adanya benang merah antara Osama bin Laden pemimpin Al-Qaeda dengan Saddam Husein. Walau dikemudian hari (setelah Bush telah dua kali menjabat periode Presiden yang lalu tak boleh lagi mencalonkan diri karena pembatasan jabatan di konstitusinya Amerika serikat) ternyata malahan kemudian data-data itu diragukan kebenarannya. Diduga hanya sebagai rekayasa untuk mendukung rencananya Bush saja. Mengingat apa yang pernah disodorkan FBI dan CIA sebagai data inteljen yang sahih dan bukan isu rumor belakan itu ternyata tak diketemukan ada di Irak, walau sudah sekian lama dicari-cari tetap saja tidak ketemu.

2. Bom di JW Marriot dan Ritz Carlton ini tidak ada rangkaiannya dengan rencana dan ancaman pembunuhan terhadap Presiden Republik Indonesia.

Maklumat itu sama sekali tidak menyinggung apa yang harus dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia. Bahkan juga tidak mencantumkan (baik tersurat maupun tersirat) rencana atau ancaman untuk membunuh Presiden republik Indonesia.

Entahlah, dari mana data inteljen yang katanya bukan isu dan bukon rumor serta bukan gosip itu didapatkan oleh aparat inteljen negara. Karena pada kenyataannya maklumatnya Tandzim Al-Qo'idah Indonesia itu sama sekali tidak menyinggung sedikit pun mengenai hal itu.

Juga, di dalam maklumat mereka itu tak menyinggung bahwa akhir-akhir ini di tahun 2009 ini ada kegiatan mereka itu, ada kaitannya dengan dokumentasi foto-foto hasil jepretan inteljen, yang menunjukkan beberapa orang sedang melakukan latihan menembak dengan pistol (bukan latihan menembak dengan senapan laras panjang jenis penembak jitu, atau latihan melempar granat, atau latihan memasang jebakan bom di jalan raya) dengan target perkenaan muka wajahnya para tokoh petinggi Republik Indonesia.

Maklumat itu juga tak menyinggung adanya indikasi ancaman yang dapat mengarah kepada dugaan bahwa mereka sedang menyusun rencana mentargetkan Istana Negara atau rute jalan darat perjalanannya Presiden.

Jadi, jika maklumat itu adalah satu langkah maju dari mereka dalam mengklaim perbuatannya, belum merupakan langkah maju yang mengarahkan dugaan kepada adanya ancaman kelompok ini terhadap keselamatannya Presiden.

Entahlah jika Kepolisian Negara dan Inteljen Negara yang mempunyai cara kerja sistematis dan canggih itu akhirnya menemukan kaitan nyata akan hal itu, yang bukan rumor dan bukan isu serta bukan gosip belaka saja.

3. Bom di JW Marriot dan Ritz Carlton ini tidak ada kaitannya dengan protes terhadap hasil Pileg maupun pilpres 2009.

Di dalam maklumat itu ternyata tak diketemukan kalimat atau susunan kata (tersurat maupun tersirat) yang menyinggung bahwa kelompok ini protes terhadap Hasil Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang dilakukan tahun 2009 ini. Mereka tak menyebutkan pemilihan waktu peledakannya dipilih karena dikaitkan dengan hal itu.

Justru yang mereka sebutkan adalah soal Manchester United (tanpa huruf H, Mancester United) yang berencana akan datang ke Indonesia.

Juga tak diketemukan susunan kata yang mengindikasikan mereka akan mentargetkan lokasi-lokasi yang berkaitan dengan Pilpres dan pengolahan data hasil Pilpres, seperti misalnya kantor KPU yang lokasinya juga tak terlalu jauh dari kedua hotel yang dibom oleh mereka itu.

Entahlah, jika data inteljen malahan menyebutkan data yang sebaliknya, ada kaitannya dengan protes terhadap Hasil Pileg dan Pilpres 2009 ini.

4. Bom di JW Marriot dan Ritz Carlton ini ada kaitannya dengan Bisnisman dan Inteljen Amerika Serikat.

Di dalam maklumat itu justru secara tersurat menyebutkan soal 'Kadin Amerika', dan soal 'Pentolan Bisnisman dan Inteljen di dalam bagian ekonomi Amerika', serta soal 'mengeruk harta negeri Indonesia dan pembiayaan tentara Amerika', yang secara tersirat dapat dimaknai sebagai protes atas kiprah mereka di Indonesia.

Bahkan, kata-kata didalam maklumat yang menyebutkan "terhadap 'Kadin Amerika' di Hotel tersebut" memberikan kesan kuat bahwa bom yang diledakkan di hotel JW Marriot itu sebagai target korbannya memang akan ditujukan oleh yang mereka sebut sebagai 'Kadin Amerika' dan 'Pentolan Bisnisman dan Inteljen di dalam bagian ekonomi Amerika'.

Analisa yang mencoba menduga hal yang serupa itu, pernah disinggung di beberapa postingan yang ada di Kompasiana maupun Politikana, yang dapat anda baca dengan mengklik disini dan disini serta disini dan disini .

5. Bom Balas Dendam yang Salah Pemilihan Wilayah Negaranya .

Di dalam maklumat itu justru secara tersurat menyebutkan adanya niatan dan maksud yang berkaitan dengan 'pembalasan yang setimpal) atas perbuatan yang dilakukan oleh Amerika dan antek-anteknya terhadap saudara kami kaum muslimin dan mujahidin di penjuru dunia'.

Tak dapat dinafikan, bahwa memang ada tindakan dari Amerika Serikat dan sekutu terdekatnya (yang oleh beberapa kalangan) dinilai telah melakukan perbuatan yang tidak adil dan sewenang-wenang serta tak proporsional terhadap kaum muslimin dibeberapa wilayah belahan bumi ini. Sebut misal diantaranya adalah di Palestina dan Irak serta Afghanistan.

Namun, tindakan pembalasan itu rasanya menjadi kurang tepat jika dilakukannya dengan memilih wilayah Jihadnya di Indonesia. Mengingat walau pihak Amerika Serikat dan sekutunya akan menderita kerugian, tetapi kerugian terbesarnya justru akan diderita oleh rakyat Indonesia.

Apalagi peristiwa konflik horizontal di Ambon dan Poso yang kental bernuansakan konflik agama itu telah lama berlalu. Mungkin, di waktu itu dibutuhkan adanya sekelompok umat Muslim yang mampu dan berani serta mau berjihad melindungi saudaranya yang seiman.

Namun saat ini situasi dan kondisinya sudah berbeda, sehingga bisa jadi spiritnya mungkin harus tetap dijaga, tapi untuk sementara waktu ini kurang bijaksana jika pelaksaan oeprasional Jihad Qital di wilayah negara Indonesia masih terus dikobarkan.

Malahan bisa jadi, jika para pemegang kekuasaan di negeri ini kurang bijaksana, maka peristiwa ini akan bisa dimanfaatkan dan dijadikan alasan pembenar untuk melakukan tindakan-tindakan represif terhadap rakyatnya.

Surat terbuka yang berisikan himbauan soal hal itu dapat dibaca dengan mengklik disini.

Akhirulkalam, Mungkin demikianlah sekilas tentang seputaran Maklumat yang dirilis oleh pihak yang mengaku sebagai kelompok Tandzim Al-Qo'idah Indonesia.

Kurang lebihnya, serta salah janggalnya mohon dimaafkan.

Wallahualambishshawab.

Catatan kaki :

Blog internet milik kelompok yang mengaku sebagai 'Tandzim Al-Qo'idah Indonesia' dapat diakses dengan mengklik disini dan disini .

Artikel ini dapat dibaca juga di Kompasiana dengan mengklik disini .

Tidak ada komentar: