Jumat, 07 Agustus 2009

WS. Rendra dalam Berita DetikNews.com, Jum'at 7 Agustus 2009

Jumat, 07/08/2009 05:14 WIB
Usai Disalatkan, Jenazah WS Rendra Dibawa ke Bengkel Teater
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Foto: Andi As (Detikcom) Video Terkait
Penyair WS Rendra Tutup Usia
Foto Terkait
Persiapan Pemakaman Rendra Jakarta - Jenazah WS Rendra disalatkan lebih dulu di rumah duka, Perumahan Pesona Depok Estate. Usai disalatkan, jenazah WS Rendra langsung dibawa ke Bengkel Teater, Cipayung.

Pantuan detikcom, salat dimulai sekitar pukul 04.30 WIB, Jumat (7/8/2009). Sementara itu, sebagian kerabat terlihat mulai mempersiapkan kendaraan yang akan beriringan menuju Cipayung.

Tepat pukul 05.10 WIB, Jenazah Rendra yang juga diikuti oleh rombongan sanak keluarga dan sahabat bergerak meninggalkan rumah duka untuk menuju Cipayung.

Willibrordus Surendra Broto Rendra, demikian nama lengkapnya, meninggal dunia sekitar pukul 22.00 WIB di RS Mitra Keluarga, Depok. Menurut rencana, jenazah akan dimakamkan di Bengkel Teater, miliknya hari ini setelah salat Jumat. (mok/ape)

Jumat, 07/08/2009 05:42 WIB
Pencarian 'Keyakinan' WS Rendra Dimulai Sejak Kecil
Andi Abdullah Sururi - detikNews

Video Terkait
Penyair WS Rendra Tutup Usia
Foto Terkait
Persiapan Pemakaman Rendra Jakarta - Kehidupan spiritual penyair WS Rendra mungkin baru bisa terbaca setelah dia memasuki usia paruh baya. Namun sesungguhnya, proses pencariannya sudah dimulai sejak kecil.

Demikian diungkapkan KH Muchtar Husain saat memimpin acara persemayaman dan doa-doa di depan jenazah WS Rendra, di rumah salah satu anaknya di kompleks Pesona Depok Blok AV No 5, Jumat (6/8/2009).

Dikatakan Kyai Muchtar, dirinya turut menjadi saksi ketika 'Si Burung Merak' secara resmi memeluk agama Islam, yang disebutnya dilakukan di Parangtritis, Yogyakarta, di tahun 1971.

"Begitu dia mengucap syahadat, asyhadu alla ila ha illallah, dia langsung bertanya pada saya, 'apakah saya sekarang sudah islam, ustadz?'"

"Ya, kamu sudah islam sekarang," tuturnya.

"Meski begitu saya tahu, dia sudah mencari sejak umur 13 tahun, bahkan saat 4 tahun, pencarian yang prosesnya mungkin kita tidak tahu," sambung sosok yang dianggap almarhum Rendra sebagai salah satu gurunya itu.

Tentang kehidupan spiritual Rendra, aktor Alex Komang menceritakan pengalamannya saat bertemu budayawan besar itu untuk pertama kalinya di tahun 1993.

"Waktu ke rumahnya di Cipayung, saya diajak melihat-lihat kebunnya, perpustakannya, buku-buku dan kitab-kitabnya," ujar Alex kepada detikcom.

"Yang saya tangkap waktu itu, dia ini sedang mengalami hijrah ke dunia spiritual. Dia merasa sangat menikmati belajar ilmu-ilmu tafsir," tambah seniman akting yang ikut bermain dalam film bertema bom Bali, Long Road to Heaven, itu.

Alex melanjutkan, walaupun dirinya tak pernah bekerja sama langsung dan berhubungan intens dengan almarhum, tapi ia begitu kagum pada sosok Rendra.

"Dengan energi yang dia miliki, tanpa bersinggungan langsung pun kita sudah bisa terinspirasi."

Salah satu pesan pribadi yang pernah disampaikan Rendra kepada KH Muchtar Husain di masa-masa awalnya sebagai seorang muallaf adalah menyangkut keluarganya.

"Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa dulu sekali beliau pernah berharap, semoga anak-anak dan istrinya, keturunan-keturunannya, insya allah bisa memberi kebaikan buat orang lain, di dunia dan akhirat," pungkas sang kyai.
(a2s/mok)

Jumat, 07/08/2009 05:53 WIB
Jenazah WS Rendra Tiba di Bengkel Teater
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Video Terkait
Jenazah WS Rendra Disemayamkan di Bengkel Teater
Foto Terkait
Air Mata untuk Sang Penyair Jakarta - Setelah sempat disemayamkan sejenak di rumah putrinya di Perumahan Pesona Depok, jenazah WS Rendra tiba di Bengkel Teater miliknya. Iring-iringan rombongan tiba di tempat tersebut tepat pukul 05.48 WIB.

Pantuan detikcom, iringan rombongan dikawal oleh mobil polisi. Ada sekitar 5 mobil dan puluhan motor yang mengikuti jenazah mulai dari Pesona Depok hingga Bengkel yang terletak di kawasan Cipayung, Jumat (7/8/2009).

Namun hanya mobil ambulance saja yang diperbolehkan mendekat ke dalam Bengkel. Mobil keluarga diparkir agak menjauh dari gerbang dan mereka langsung masuk ke dalam.

Keluarga pun tidak mengizinkan media massa untuk ikut masuk ke dalam. "Mohon maaf yah sampai di sini saja dulu," kata salah seorang kerabat Rendra.

Willibrordus Surendra Broto Rendra, demikian nama lengkapnya, meninggal dunia sekitar pukul 22.00 WIB di RS Mitra Keluarga, Depok. Menurut rencana, jenazah akan dimakamkan di Bengkel Teater, miliknya hari ini setelah salat Jumat.

Rendra meninggalkan 11 orang anak yang salah satunya juga telah lebih dulu meninggal dunia. Kepergian 'Si Burung Merak' ini pun meninggalkan luka mendalam bagi sahabat serta para penggemarnya.
(mok/ape)
Jumat, 07/08/2009 06:28 WIB
Keluarga dan Kerabat Mulai Berdatangan ke Bengkel Teater
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Video Terkait
Jenazah WS Rendra Disemayamkan di Bengkel Teater
Foto Terkait
Air Mata untuk Sang Penyair Depok - Keluarga serta kerabat WS Rendra mulai berdatangan ke Bengkel Teater, tempat jenazah WS Rendra disemayamkan. Puluhan kerabat serta keluarga pun berkumpul untuk mendoakan almarhum.

Pantauan detikcom, Jumat (7/8/2009), jenazah WS Rendra diletakkan di atas dipan beralaskan karpet. Puluhan orang tampak khusyuk mendoakan almarhum. Sambil berdiri, mereka terus melantunkan doa-doa dalam bahasa Arab.

Sementara itu, para kerabat dan keluarga WS Rendra terus berdatangan ke Bengkel Teater, yang juga menjadi tempat almarhum kerabatnya, Mbah Surip dimakamkan.

Tenda-tenda untuk pengunjung juga mulai datang. Beberapa pekerja sedang sibuk memasang tenda terpal tersebut.

Beberapa kerabat Rendra yang sudah mulai berdatangan di antaranya sastrawan Jose Rizal Manua dan penyanyi Iwan Fals. (anw/mok)

Jumat, 07/08/2009 07:17 WIB
Rendra 'Si Burung Merak' yang Vokal
Aprizal Rahmatullah - detikNews

Video Terkait
Jenazah WS Rendra Disemayamkan di Bengkel Teater
Foto Terkait
Si Burung Merak Tutup Usia Jakarta - Penyair ternama WS Rendra meninggal dunia pada usia 74 tahun di RS Mitra Keluarga, Depok, Jawa Barat, Kamis (7/8/2009) malam sekitar pukul 22.00 WIB. Pria bernama lengkap Wahyu Sulaiman Rendra ini meninggalkan 10 orang anak dari 3 pernikahannya.

Rendra selama ini dikenal sebagai penyair bersuara lantang yang mahir memainkan irama serta tempo. Ia juga handal membakar emosi penonton.

Pria yang akrab dipanggil Willy ini mencurahkan sebagian besar hidupnya dalam dunia sastra dan teater. Menggubah sajak maupun membacakannya, menulis naskah drama sekaligus melakoninya sendiri, dikuasainya dengan sangat matang. Sajak, puisi, maupun drama hasil karyanya sudah melegenda di kalangan pecinta seni sastra dan teater di dalam negeri, bahkan di luar negeri.

Ia bukanlah penyair biasa. Sajak dan puisinya tidak sedikit berisi nada protes. Tak heran ia dikenal sebagai penyair yang kritis terhadap pemerintah. Karya-karyanya yang berbau protes pada masa aksi para mahasiswa sangat aktif di tahun 1978, membuat suami Ken Zuraida ini pernah ditahan oleh pemerintah berkuasa saat itu.

Tidak hanya sajak dan puisi yang sering mengalami tekanan kekuasaan, dramanya yang terkenal berjudul SEKDA dan Mastodon dan Burung Kondor juga pernah dilarang untuk dipentaskan di Taman Ismail Marzuki. Di samping karya berbau protes, dramawan kelahiran Solo, 7 Nopember 1935, ini juga sering menulis karya sastra yang menyuarakan kehidupan kelas bawah seperti puisinya yang berjudul 'Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta' dan puisi 'Pesan Pencopet Kepada Pacarnya'.

Kepiawaian Rendra dalam membacakan syair maupun berteater bukan sesuatu yang gratis dari langit. Kemampuannya sudah dimulai diasah sejak ia kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada. Rendra dikenal giat menulis cerpen dan essai di berbagai majalah sepeprti Mimbar Indonesia, Basis, Budaya Jaya, Siasat.

Selain memiliki bakat, ia terus mengelaborasi kemampuannya dalam dunia seni dengan menimba ilmu di American Academy of Dramatical Art, New York, USA. Sekembalinya dari Amerika pda tahun 1967, pria tinggi besar berambut gondrong ini mendirikan bengkel teater di Yogyakarta. Tak lama bengkel teater tersebut ia pindahkan ke Citayam, Cipayung, Depok, Jawa Barat.

Karena karya-karyanya yang begitu gemilang, Rendra beberapa kali pernah tampil di acara berskala Internasional . Sajaknya yang berjudul 'Mencari Bapak', pernah dibacakannya pada acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke 118 Mahatma Gandhi pada tanggal 2 Oktober 1987, di depan para undangan The Gandhi Memorial International School Jakarta. Ia juga pernah ikut serta dalam acara penutupan Festival Ampel Internasional 2004 yang berlangsung di halaman Masjid Al Akbar, Surabaya, Jawa Timur, Selasa, 22 Juli 2004.

Kini, 'Si Burung Merak' itu telah terbang selamanya meninggalkan kita. Selamat Jalan Mas Willy. Semoga tenang disisi-Nya. (ape/mok)

Jumat, 07/08/2009 07:50 WIB
WS Rendra dan Mbah Surip Hanya Dipisahkan Jarak 7 Meter
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Foto Terkait
Persiapan Pemakaman Rendra Jakarta - Lokasi tempat peristirahatan terakhir penyair WS Rendra mulai digali oleh sejumlah petugas. Liang lahat yang telah dipersiapkan itu hanya berjarak sekitar 7 meter dari makam Mbah Surip.

Pantauan detikcom, lokasi pemakanan ini jaraknya sekitar 20 meter dari Bengkel Teater, Cipayung, Jumat (7/8/2009). Untuk menempuhnya kita harus melalui jalan setapak yang telah dirapikan dengan tumpukan kerikil.

Luas lokasi pemakaman sekitar 10x20 meter dengan kondisi yang berundak-undak. Makam Mbah Surip letaknya persis di bawah liang lahat untuk Rendra.

Pekerjaan penggalian baru mulai dilakukan sejak pagi tadi oleh beberapa petugas. Hingga pukul 07.30 WIB proses penggalian masih terus dilakukan.

Tenda-tenda juga mulai dipersiapkan di sekitar lokasi pemakaman. Sedangkan jenazah Rendra sendiri masih disemayamkan di aula Bengkel Teater.
(mok/nrl)
Jumat, 07/08/2009 08:05 WIB
Al Kautsar, Film Religi Rendra yang Fenomenal
Anwar Khumaini - detikNews

Foto Terkait
Air Mata untuk Sang Penyair Jakarta - Tak cuma lihai membuat puisi, seniman WS Rendra juga pernah bermain film. Bahkan film yang dia bintangi tersebut menjadi hits pada era 80-an.

Film religi berjudul Al Kautsar karya sutradara ternama Cahaerul Umam ini menceritakan pemuda bernama Saiful Bachri (WS Rendra), seorang guru mengaji di pesantren Pabelan, Jawa Tengah. Saiful adalah pemuda tampan yang ahli agama. Selain pandai agama, Saiful juga pandai dalam hal pertanian, sehingga warga sekitar pesantren pun mengaguminya.

Namun selain membuat warga senang, ada juga segelintir warga yang mencibir kedatangan Saiful di desa tersebut. Haji Musa, tokoh desa setempat, mula-mula tidak suka dengan kedatangan Saiful. Saiful dianggap melakukan pembaruan di desa itu, terutama dalam hal pertanian.

Konflik pun semakin menganga saat Saiful berhadapan dengan Harun (Soultan Saladin), tengkulak desa yang biasa memeras petani miskin. Harun terkenal menghalalkan segala cara untuk bisa mewujudkan semua keinginan yang hendak dia dapat, termasuk membunuh suami Halimah (Yulinar Firdaus), janda muda yang ternyata menaruh simpati kepada Saiful.

Suami Halimah dibunuh oleh anak buah Harun lantaran Harun ingin memperistri Halimah yang cantik tersebut. Namun sayang, pujaan hati Harun telah menemukan cintanya kembali pada sosok ustadz Saiful. Harun pun naik pitam kepada anak muda pendatang itu.

Berbagai siasat dilakukan oleh Harun untuk memisahkan Saiful dan Halimah. Hingga pada suatu hari, saat Saiful bersama penduduk setempat membuat saluran air agar sawah desa itu tidak lagi tergantung hujan. Tak disangka, Halimah hanyut di sungai. Saiful menyelamatkannya dengan mengangkat tubuh Halimah ke tepian sungai. Agar nyawa halimah selamat, Saiful membuat napas bantuan. Harun menuding perbuatan itu zina!

Penduduk terhasut, sementara Haji Musa tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya madrasah tempat Saiful mengajar dirusak. Dalam kondisi seperti ini, Saiful bisa menyadarkan Sutan (Wahab Abdi), warga setempat yang awalnya dianggap bejat.

Hingga pada suatu ketika, Saiful dan Sutan memergoki Harun yang hendak memperkosa Halimah. Sutan marah karena Harun dianggap menghina Tuhan. Ia lalu salat dan membakar gudang beras Harun yang dianggap sebagai tempat mesum. Perkelahian terjadi di dalam gudang yang terbakar. Lagi-lagi Saiful menyelamatkan mereka. Akhirnya nama Saiful pulih. Masyarakat kembali menerimanya. Dan Halimah, sang janda cantik, dinikahinya.

Film ini dianggap sebagai film religi yang sukses menyuarakan ajaran Islam, dibanding film religi bertema cinta seperti 'Ayat-ayat Cinta'. Film yang dibuat pada tahun 1977 ini dianggap sebagai film dakwah Islam yang utuh dan membukukan sukses pertama film religi dalam riwayat perfilman nasional. (anw/nrl)

Jumat, 07/08/2009 08:57 WIB
Rendra Minta Menhub Sering Hubungi Keluarganya
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Video Terkait
Jenazah WS Rendra Disemayamkan di Bengkel Teater
Foto Terkait
Air Mata untuk Sang Penyair Depok - Penyair Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang dikenal dengan WS Rendra meminta Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafii Djamal untuk sering berkomunikasi dengan keluarganya. Hal tersebut dipintanya saat Rendra dirawat di RS Mitra Keluarga.

"Ya terakhir beliau pernah mengatakan kepada saya supaya sering dan berbicara dengan keluarganya. Waktu itu ada Mbak Ida (Ken Zuraida-istri Rendra) dan Clara Sinta (anak Rendra). Jadi saat itu tentang keluarga lah yang dia tekankan," ujar Jusman.

Hal itu dikatakan Jusman saat melayat di kediaman Rendra di Perumahan Pesona Depok Blok AV No 5, Jumat (7/8/2009).

Jusman mengaku mengenal Willi, sapaan dekat Rendra, di tahun 1970 saat berlangsungnya diskusi mahasiswa. "Saya bertemu dengan Mas Willi dan sikapnya berubah. Sajak-sajaknya sangat gamblang membahas realitas kehidupan," ucap Jusman yang juga ikut menyalati jenazah karibnya itu.

Willi dikenang Jusman sebagai seorang pemerhati kondisi bangsa dari dulu hingga ajalnya menjemput. Menurut Willi, masih ada ketimpangan jarak sosial di masyarakat.

"Waktu itu saya menanyakan, bang sakitnya apa? Dia cerita, sakitnya tentang jantung. Saya juga mendengar saat mau diinfus beliau menolak dan sebagainya. Tapi pada waktu itu pembicaraan kami itu berubah bukan tentang sakit yang diderita tapi malah tentang realitas sosial yang ada," kenang Jusman yang datang pukul 07.48 WIB dan mengenakan baju batik biru tua dan peci.
(amd/anw)
Jumat, 07/08/2009 09:13 WIB
Boediono Akan Melayat WS Rendra
Mega Putra Ratya - detikNews

Foto Terkait
Jenazah Rendra Disemayamkan Jakarta - Pelayat terus berdatangan untuk memberi penghormatan terakhir bagi penyair Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang dikenal dengan WS Rendra. Cawapres terpilih Boediono juga akan menyampaikan bela sungkawa.

"Orangnya Boediono datang memberi tahu Bapak sudah dalam perjalanan. Saya akan kasih tahu teman-teman di sini," kata seorang anggota Bengkel Teater di, Citayam, Depok, Jawa Barat, Jumat (7/8/2009).

Adnan Buyung Nasution bersama istrinya juga datang melayat. Buyung belum memberikan komentar.

(aan/nrl)
Jumat, 07/08/2009 09:31 WIB
'Tuhan, Aku Cinta Padamu..' Puisi Terakhir Rendra
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Foto Terkait
Si Burung Merak Tutup Usia Jakarta - WS Rendra tetap berkarya meski dirawat di rumah sakit karena sakit jantung koroner. Puisi terakhir Rendra menghadirkan nuansa religius yang dalam, yang mengisyaratkan kecintaan pada Sang Pencipta.

"Tuhan, aku cinta padamu..." demikian penggalan puisi yang tak diberi judul itu. Puisi terakhir ini ditulis Rendra pada 31 Juli di RS Mitra Keluarga.

Teks puisi bertulis tangan itu diperlihatkan di rumah duka di Bengkel Teater, Citayam, Depok, Jumat (7/8/2009). Berikut teks puisi tersebut:

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal

Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar

Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi

Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah

Tuhan, aku cinta padamu

Rendra
31 July 2009
Mitra Keluarga (nvc/nrl)

Jumat, 07/08/2009 09:53 WIB
Cerita Julukan 'Si Burung Merak' untuk WS Rendra
Anwar Khumaini - detikNews

Video Terkait
Jenazah WS Rendra Disemayamkan di Bengkel Teater
Foto Terkait
Air Mata untuk Sang Penyair Jakarta - 'Si Burung Merak', begitulah julukan penyair lintas generasi, Willibrordus Surendra Broto Rendra alias WS Rendra. Bagaimana kisah julukan Si Burung Merak itu muncul? Kisah ini bermula saat Rendra dan sahabatnya dari Australia berlibur di Kebun Binatang Gembiraloka, Yogyakarta.

"Waktu itu dia mengantar temannya dari Australia ke Yogya. Kemudian temannya itu diajak jalan-jalan ke Kebun Binatang Gembiraloka," cerita sahabat dekat Rendra, Edi Haryono, kepada detikcom, Jumat (7/8/2009).

Nah, saat tiba di kandang merak, Rendra melihat seekor merak jantan berbuntut indah sedang dikerubungi merak-merak betina. "Seperti itulah saya," tutur Edi mengulang ucapan Rendra. Kala itu Rendra memiliki dua istri yaitu Sunarti dan Sitoresmi.

Setelah kejadian tersebut, teman Rendra langsung cerita kepada teman-temannya. Berawal dari mulut ke mulut inilah akhirnya julukan Si Burung Merak melambung. "Temannya langsung cerita-cerita, Rendra kayak burung merak. Temannya di Yogya langsung menjuluki dia Si Burung Merak," ungkap Edi.

Edi, yang kenal WS Rendra sejak tahun 1974 ini mengaku, memang pribadi Rendra mirip dengan merak. "Dia orangnya suka pamer. Seperti burung merak jantan yang suka memamerkan bulu-bulu indahnya," cerita Edi.

Sebagai teman yang sangat dekat, Edi merasa sangat kehilangan. Dia menuturkan, semasa hidup Rendra adalah sosok yang sangat jenaka dan baik hati serta suka membantu teman yang kesusahan.

"Orangnya kocak, suka melucu, suka ngerjain teman-teman dekatnya. Tapi dia orang yang sangat teliti dan suka membantu teman-temannya," ujar pria yang hingga saat ini masih menjadi pengurus Bengkel Teater milik Rendra di Citayam, Depok, ini.

Dia pertama kali mendengar kabar meninggalnya Rendra dari asisten pribadi Rendra, Arifin. "Arifin ngasih tahu sambil nangis. Dia bilang Mas Willi wis ora ono (Mas Willi sudah tidak ada)," cerita Edi.

"Rencananya almarhum akan dimakamkan usai salat Jumat nanti," pungkas Edi.

Selamat jalan Si Burung Merak.. (anw/nrl)

Jumat, 07/08/2009 10:09 WIB
Jimly Asshiddiqie Utang Promotori Gelar Honoris Causa Rendra
Mega Putra Ratya, Hery Winarno - detikNews

Heri Winarno/detikcom Foto Terkait
Jenazah Rendra Disemayamkan Jakarta - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie melayat budayawan WS Rendra. Jimly merasa berutang pada Rendra karena belum sempat membantu mensponsori gelar honoris causa bidang hukum tata negara adat.

"Saya ada utang sama Rendra. Waktu saya ketua MK, saya berniat promotori keluarnya gelar honoris causa bidang hukum tata negara adat di Indonesia," ujar Jimly kepada wartawan di Bengkel Teater, Citayam, Depok, Jawa Barat, Jumat (7/8/2009).

Menurut Jimly, si Burung Merak itu merasa senang akan dibantu mendapat gelar honoris causa bidang hukum tata negara adat. Apalagi gelar itu belum ada di Indonesia.

"Saya undang ke MK, untuk membicarakan gelar honoris causa tersebut. Beliau merasa senang sekali namun karena saya berhenti jadi ketua MK, saya merasa berutang," cerita Jimly.

Jimly mengaku menyesal belum mewujudkan pemberian gelar untuk pria yang mendirikan Bengkel Teater itu. "Ya nyesal juga. Gelar honoris causa ini diberikan dari Universitas Hasanuddin Makassar," kata dia.

Jimly datang sendiri sekitar pukul 09.35 WIB. Jimly memimpin salat jenazah dan belasan orang menjadi makmum.

Selain Jimly telah hadir Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Komunikasi dan Informasi M Nuh, Watimpres Adnan Buyung Nasution, dan Budayawan Emha Ainun Najib.

(nik/iy)

Jumat, 07/08/2009 10:39 WIB
Pesan Rendra: Pejuang Harus Mau Susah
Mega Putra Ratya - detikNews

Jakarta - Selain seniman dan budayawan, WS Rendra juga dikenal sebagai aktivis yang gemar demonstrasi. Hingga tahun 90-an, pria yang dijuluki Si Burung Merak itu masih sering turun ke jalan.

"Dulu dia selalu bilang, kalau jadi pejuang harus mau susah. Itulah pesannya," kata Adnan Buyung Nasution saat melayat sahabatnya itu di Bengkel Teater Rendra, Citayam, Depok, Jawa Barat, Jumat (7/8/2009).

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu terlihat sangat sedih dengan kepergian Rendra. Saat tiba di tempat Rendra disemayamkan, mantan pengacara senior itu sudah tampak berkaca-kaca.

Buyung juga terlihat terbata-bata saat mengucapkan kata-kata bela sungkawa. Sesekali, air mata menitik di pipinya.

"Saya sempat menengok waktu Rendra sakit, kita harus mendoakan agar diterima dan diampuni dosanya," kata Buyung mengakhiri kata-katanya.

(ken/ndr)

Jumat, 07/08/2009 10:47 WIB
Mbah Surip dan Rendra Menutup Usia dengan Cinta
Anwar Khumaini - detikNews

Video Terkait
Penyair WS Rendra Tutup Usia
Foto Terkait
'Pohon Jengkol Mbah Surip' Berkarangan Bunga Jakarta - Sahabat akan selalu sehati, meski kadang ada riak-riak kecil menghalang. Begitulah ungkapan yang sepertinya pantas disandang oleh dua sahabat seprofesi, Mbah Surip dan WS Rendra. Keduanya akhirnya meninggal dunia dalam waktu yang tak jauh beda dengan sama-sama mengungkapkan kata cinta.

Mbah Surip meninggal dunia pada 4 Agustus lalu akibat serangan jantung, sedangkan WS Rendra meninggal Kamis (6/8/2009) malam akibat menderita penyakit yang tak jauh beda, jantung koroner.

Kesamaan lain, Mbah Surip menjelang ajal menjemput selalu mengatakan 'I love you full', kalimat yang akhir-akhir ini menjadi booming di khalayak. Sementara Rendra, juga mengungkapkan kata-kata cinta menjelang hari kematian. Ungkapan rasa cinta itu dia sampaikan melalui sebuah puisi saat dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Depok, Jawa Barat.

Namun kata-kata cinta Rendra dia tujukan kepada Sang Khalik, Tuhan pencipta alam semesta. "Tuhan, aku cinta pada-Mu", begitulah bunyi penggalan puisi yang dia ciptakan 31 Juli 2009 lalu.

Mbah Surip dan WS Rendra memang sahabat dekat. Atas anjuran WS Rendra, Mbah Surip akhirnya dimakamkan di Bengkel Teater miliknya, meski Mbah Surip sendiri juga menginginkan hal itu.

Beberapa hari sebelum dirinya meninggal, Mbah Surip menyempatkan diri menjenguk Rendra yang terbaring di rumah sakit. Waktu itu Mbah Surip sudah menunjukkan firasat bahwa dia akan berpulang.

"Sepertinya nanti saya duluan (meninggal)," kata Mbah Surip saat menjenguk Rendra. Hal ini diucapkan oleh teman dekat Mbah Surip. Mamik 'Srimulat' Prakoso dalam sebuah wawancara di salah satu TV swasta.

WS Rendra pun juga pernah menjadi bintang iklan lagu 'Tak Gendong' karya Mbah Surip versi awal. Di Youtube, kita bisa dengan mengakses gambar dua sahabat itu dalam klip lagu yang membawa Mbah Surip menjadi milyarder dadakan.

Sebulan sebelum Mbah Surip tiada, WS Rendra melalui orang dekatnya, Kalong mengundang sesama seniman, termasuk Mbah Surip untuk menghadiri pengajian di Bengkel Teater. Mbah Surip yang kala itu tidak bisa hadir cuma memberi jawaban via SMS.

"Salam damai doa untuk Si Burung Merak Nusantara" demikian isi dalam pesan singkat itu tertanggal 18 Juli 2009.

Rendra juga sering mengingatkan kepada Kalong untuk membersihkan lingkungan areal pemakaman.

"Tak tahu firasat apa yang dirasakan Rendra. Tiap saya jenguk dia selalu mengatakan itu. Ya saya selalu jawab, sudah dibersihkan. Rumput-rumput juga sudah saya babat," kata Kalong di makam Mbah Surip di kompleks Bengkel Teater, Cipayung, Citayam, Depok, Jawa Barat, Rabu (5/8/2009) lalu.

Selamat jalan dua sahabat sejati..

(anw/gah)

Jumat, 07/08/2009 11:08 WIB
Tribute To Rendra, Puisi-Puisi Si Burung Merak Akan Dibacakan
Mega Putra Ratya - detikNews

Video Terkait
'Sajak Sebatang Lisong' dari WS Rendra
Foto Terkait
Jenazah Rendra Disemayamkan Jakarta - Tribute to Rendra. Acara itu akan dipersembahkan untuk mengenang jasa-jasa
penyair Wahyu Sulaiman Rendra atau WS Rendra di bidang seni dan budaya. Puisi-puisi WS Rendra pun akan dibacakan.

"Minggu-minggu depan, kita akan rencanakan acara tribute to Rendra. Kita bacakan puisi-puisi beliau. Ini juga untuk menyambut hari kemerdekaan," kata Menkominfo M Nuh, di sela-sela melayat jenazah WS Rendra di Bengkel Teater, Citayam, Depok, Jawa Barat, Jumat (7/8/2009).

M Nuh mengajak masyarakat untuk mendoakan dan mengenang jasa-jasa Rendra.

Di mata M Nuh, Rendra adalah orang besar yang punya dedikasi untuk seni dan budaya. "Beberapa bulan lalu saat beliau diopname di RS Harapan Kita sempat ngobrol tentang banyak hal," ujar dia.

Pelayat masih terus berdatangan dari sanak keluarga maupun sejumlah tokoh.
Ada Menbudpar Jewo Wacik, Budayawan Emha Ainun Nadjib, dan Putu wijaya.
(aan/iy)

Jumat, 07/08/2009 11:12 WIB
Sastrawan Jose Rizal:
Selamat Jalan Willy, Aku Mencintaimu....
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Video Terkait
Penyair WS Rendra Tutup Usia
Foto Terkait
Air Mata untuk Sang Penyair Jakarta - Sahabat memberikan kesan-kesan terakhirnya untuk WS Rendra. Termasuk sahabat Si Burung Merak, Jose Rizal Manua. Jose membacakan puisi Rendra dengan lantang.

Aku mendengar suara
Jerit hewan yang terluka
Ada orang memanah rembulan
Ada anak burung terjatuh dari sarang

Orang-orang harus dibangunkan
Kesaksian harus diberikan agar kehidupan tetap terjaga
Selamat Jalan Willy, Aku mencintaimu....

Pantauan detikcom, Jumat (7/8/2009), di Pendopo Bengkel Teater Rendra, Citayam, Depok, Jawa Barat, puluhan pelayat tampak hanyut dalam kesedihan saat Jose membacakan puisi Rendra. Para pelayat juga terlihat menunduk.

Budayawan Emha Ainun Najib sebelumnya juga memberikan sambutan. Bahkan suami penyanyi Novia Kolopaking ini menitikkan air mata.

Setelah salat Jumat rencananya Rendra akan dimakamkan di Pemakaman Bengkel Teater, Citayam, Depok, Jawa Barat.
(nJumat, 07/08/2009 11:39 WIB
Dradjad Wibowo: WS Rendra Seniman Antineolib
Reza Yunanto - detikNews

Foto Terkait
Jenazah Rendra Disemayamkan Jakarta - Kepergian Si Burung Merak WS Rendra menyisakan kesedihan bagi politisi
PAN Dradjad Wibowo. Di mata Dradjad, Rendra seorang seniman yang
antineolib.

"Dalam pandangan saya jelas sekali mas Willy ini antineolib," tutur Dradjad di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (7/8/2009).

Dradjad mengaku kagum pada sosok Rendra sejak masa remaja. Meskipun
Dradjad baru mengenal langsung secara pribadi dengan Rendra sekitar 3
tahun lalu. Dia memanggil Rendra dengan panggilan Willy.

"Saya memang mengagumi Mas Willy sebagai sastrawan besar," ujar anggota Komisi IX ini.

Sebagai ekonom, Dradjad juga kerap menerima masukan dari Rendra soal
perekonomian Indonesia.

Dradjad mengaku, Rendra kerap menyatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia sudah mengarah pada liberal. "Sejak perkenalan itulah Mas Willy sering menasihati saya agar tidak pernah patah semangat dalam memperjuangkan sistem ekonomi yang prorakyat," kata Dradjad.

(Rez/aan)

ikJumat, 07/08/2009 11:47 WIB
WS Rendra Disalatkan Lagi di Masjid Jami Nurul Yaqin
Mega Putra Ratya - detikNews

Jakarta - Sebelum dimakamkan, jenazah Wahyu Sulaiman (WS) Rendra akan disalatkan di Masjid Jami Nurul Yaqin. Jenazah budayawan itu dibawa ke masjid yang berada di dekat Bengkel Teater itu.

Seratusan pelayat tampak mengikuti saat jenazah dibawa ke masjid tersebut. Si Burung Merak akan disalatkan setelah Salat Jumat, Jumat (7/8/2009).

Lalu lintas di Jalan Citayam sedikit tersendat saat jenazah Rendra dibawa melintas. Polisi tampak sibuk mengatur kendaraan agar tidak berhenti di sekitar lokasi sehingga menyebabkan kemacetan.

Rencananya Rendra akan dimakamkan tidak jauh dari makam Mbah Surip 'Tak Gendong'. Penyair bernama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra itu meninggal di RS Mitra Keluarga Depok, Kamis 6 Agustus malam.

Sebelumnya, bapak 10 anak sempat masuk rumah sakit hingga beberapa minggu karena jantung koroner. Kondisi Rendra sempat membaik dan diperbolehkan pulang. Namun ternyata fisik Rendra kembali menurun dan akhirnya meninggal dunia.

(ken/iy)
Jumat, 07/08/2009 11:54 WIB
'Willy', Sebuah Kekaguman Iwan Fals pada WS Rendra
Djoko Tjiptono - detikNews

dok detikcom Jakarta - Di mata para sahabatnya, WS Rendra adalah sosok yang berwibawa dan disegani. Tak terkecuali bagi penyanyi legenda Iwan Fals. Iwan bahkan pernah menuangkan kekagumannya terhadap Rendra dalam salah satu lagunya bertajuk 'Willy'.

Lagu tersebut dirilis Iwan Fals pada tahun 1986 dalam album 'Ethiopia'. Liriknya menggambarkan kekaguman sekaligus kekangenan Iwan Fals pada sosok Rendra yang memiliki kepedulian tinggi terhadap rakyat kecil.

Berikut lirik lengkap lagu berjudul 'Willy' tersebut:


Si anjing liar dari Jogjakarta
Apa kabarmu ?
Kurindu gonggongmu
Yang keras hantam cadas

Si kuda binal dari Jogjakarta
Sehatkah dirimu ?
Kurindu ringkikmu
Yang genit memaki onar

Dimana kini kau berada ?
Tetapkah nyaring suaramu ?

Si mata elang dari Jogjakarta
Resahkah kamu ?
Kurindu sorot matamu
Yang tajam belah malam

Di mana runcing kokoh paruhmu ?
Tetapkah angkuhmu hadang keruh ?

Masih sukakah kau mendengar ?
Dengus nafas saudara kita yang terkapar
Masih sukakah kau melihat ?
Butir keringat kaum (orang) kecil yang terjerat
Oleh slogan slogan manis sang hati laknat
Oleh janji-janji muluk tanpa bukti

Di mana kini kau berada ?
Tetapkah nyaring suaramu ?
Di mana runcing kokoh paruhmu ?
Tetapkah angkuhmu hadang keruh ?

Tak heran jika Iwan begitu terpukul dengan kepergian Rendra. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya saat dicegat wartawan usai melayat ke rumah duka di Perumahan Pesona Depok Blok AV No 5, Jumat (7/8/2009) pukul 00.30 WIB. Iwan memilih terus berjalan ke mobilnya dengan wajah menyimpan duka.

(djo/nrl)

Jenazah Rendra Dibawa ke Masjid, Jalan Dialihkan
Hery Winarno - detikNews

Foto Terkait
Jenazah Rendra Disemayamkan Depok - Ratusan pelayat beriringan mengantar jenazah penyair Wahyu Sulaiman (WS) Rendra dibawa menuju masjid untuk disalatkan. Akibatnya jalanan macet dan dilakukan pengalihan jalan.

Pantauan detikcom di lapangan, Jumat (7/8/2009), Jalan Cipayung, Kecamatan Pancoran Mas Depok ditutup. Pengguna jalan dialihkan ke Jalan Pesantren Qoltur Jaya. Pengalihan ini dilakukan karena jalan di depan masjid tersebut sudah didesaki masyarakat yang melayat dan wartawan yang meliput.

Tampak aparat dan pihak dari Bengkel Teater menutup jalan menggunakan kursi panjang.

Sementara dari arah sebaliknya, yaitu jalanan dari rumah Bengkel Teater terlihat kepadatan lalu lintas terjadi. Kemacetan terjadi karena pengendara jalan harus berjalan berdampingan dengan para pelayat yang membludak di pinggir jalan. Nantinya setelah salat Jumat dimulai, jalan dari rumah Bengkel Teater akan ditutup.

WS Rendra direncanakan akan dikebumikan setelah salat Jumat di Pemakaman Bengkel Teater.

(amd/iy)
Jumat, 07/08/2009 12:06 WIB
Demi Kualitas Syair, Rendra Sering Tabrak Deadline Koran
Hery Winarno - detikNews

Foto Terkait
Air Mata untuk Sang Penyair Jakarta - Sebagai penyair besar, WS Rendra selalu memperhatikan kualitas setiap syair yang ia ciptakan. Si Burung Merak ini pun kerap menabrak deadline yang diberikan surat kabar demi sebuah syair yang bernilai estetis tinggi.

"Pak Rendra tidak peduli dengan deadline, yang beliau kejar adalah seni artistik dari karya-karya yang beliau hasilkan. Sering kali koran kecewa karena Pak Rendra sering mengulur deadline karena Pak Rendra tipe yang tidak akan menulis jika tidak ada inspirasi," kisah Edi Haryono, asisten naskah-naskah WS Rendra di Bengkel Teater, Jl Pancoran Mas, Depok, Jumat (7/8/2009).

Edi bercerita, Rendra sering meghabiskan hari-harinya di Bengkel Teater sambil menikmati suasana rindang di dalamnya. Di rumah kesayangannya itu, ada sebuah bangku yang kerap digunakan Rendra untuk menghasilkan karya-karyanya.

"Bangku itu tepatnya di Rumah Lampung (bangunan kayu) yang menghadap utara," ujar pria yang juga pengurus Bengkel Teater ini.

Jika tidak sedang menulis, kata Edi, Rendra biasanya menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan di area Bengkel Teater yang luasnya mencapai 3 Ha. Ia sering berkeliling hanya untuk sekadar menikmati kehijauan dan merawat tumbuhan-tumbuhan yang ada.

"Bahkan ada beberapa pohon yang ia bawa dari beberapa pulau. Ada yang dari Medan, Papua, Makassar. Beliau sangat mencintai tanaman dan alam karena inspirasi beliau datang dari alam, tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir," kenangnya.

Rendra pun berharap kelak suatu saat Bengkel Teater bisa menjadi hutan yang lebat dan asri agar bisa menimbulkan inspirasi bagi siapapun. Rendra menempati Bengkel Teater di Depok sejak 1989. Awalnya, Bengkel Teater luasnya hanya 3/4 ha, namun lama kelamaan lahan itu bertambah menjadi 3 ha.

"Pak Rendra menyisihkan uangnya untuk memperluas Bengkel," ucapnya.

(lrn/iy)

Jumat, 07/08/2009 12:37 WIB
Boediono Turut Salati Rendra
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Foto Terkait
Persiapan Pemakaman Rendra Depok - Cawapres Boediono datang melayat penyair dan dramawan WS Rendra. Ia pun ikut mensalati jenazah yang sudah berada di dalam Masjid Nurul Yaqin.

Boediono datang pukul 12.05 WIB, Jumat (7/8/2009), ke masjid yang berlokasi tidak jauh dari rumah duka di Bengkel Teater, Jl Pancoran Mas, Depok. Dengan menggunakan safari warna gelap, ia datang dengan menggunakan Alphard B 1012 FVC.

Belum diketahui, apakah Boediono akan turut mengikuti prosesi pemakamam Si Burung Merak. Saat ini, para jamaah sedang melangsungkan salat Jumat. Setelah itu akan dilanjutkan dengan salat jenazah.

(lrn/iy)
Jumat, 07/08/2009 13:18 WIB
Pemakaman Rendra Tunggu 2 Anaknya Datang
Hery Winarno - detikNews

Video Terkait
'Sajak Sebatang Lisong' dari WS Rendra
Foto Terkait
Jenazah Rendra Dibawa ke Masjid Jakarta - Pemakaman Wahyu Sulaiman Rendra masih menunggu 2 anaknya datang. Oleh karenanya, usai disalati di Masjid Nurul Yaqin, jenazah Si Burung Merak itu kembali disemayamkan di Bengkel Teater, Citayam, Depok.

"2 Anaknya belum datang. Nunggu anaknya datang dulu, mungkin baru dikubur," ujar salah satu pengurus di Bengkel Teater kepada detikcom, Jumat (7/8/2009).

Usai Jumatan, jenazah Rendra diarak menuju Bengkel Teater. Puluhan warga, keluarga dan kerabat mengikuti dari belakang.
Dalam rombongan itu tampak Sitoresmi Prabuningrat, mantan istri Rendra. Warga mengikuti arak-arakan jenazah sambil mengagung-agungkan kebesaran Sang Pencipta.

Para anggota Bengkel Teater menyapu dan menaburkan bunga di jalan yang akan dilalui arak-arakan jenazah Rendra.

Hingga pukul 13.00 WIB, Bengkel Teater dipadati ribuan masyarakat. Warga ingin menyaksikan prosesi pemakaman pria kelahiran Solo itu. Semakin banyak saja yang datang, terutama warga yang usai melakukan Jumatan.

(nik/nrl)
Jumat, 07/08/2009 13:21 WIB
Puisi Rendra Inspirasi Nursyahbani Jadi Aktivis Prodemokrasi
Reza Yunanto - detikNews

Video Terkait
Jenazah WS Rendra Disemayamkan di Bengkel Teater
Foto Terkait
Jenazah Rendra Disemayamkan Jakarta - Puisi-puisi WS Rendra sanggup membakar semangat Nursyahbani Katjasungkana saat muda dahulu. Puisi-puisi itulah yang menguatkan tekadnya menjadi seorang aktivis prodemokrasi.

Demikian kenangan Nursyahbani Katjasungkana pada sosok penyair WS Rendra di Jakarta, Jumat (7/8/2009).

Nursyahbani tidak segan-segan menganggap Si Burung Merak itu sebagai guru spiritualnya. "Bagi saya, Mas Willy begitu biasanya saya memanggil dia adalah guru spiritual saya saat saya muda," ujarnya.

Nursyahbani masih ingat puisi-puisi Rendra yang menjadi favoritnya dulu semasa muda. Dia menggemari romantisnya puisi Rendra yang terkumpul dalam Sajak Untuk Bonny dan Sajak Sepatu Tua.

"Sajak cintanya kepada Mbak Narti dan sajak Burung Kondornya membuat saya ngefans berat padanya. Sajak Ibunda membuat saya mencintai dan menghormati ibunda saya tiada taranya," kata aktivis Kaukus Perempuan Parlemen ini.

Nursyahbani mengenal Rendra pertama kali saat dirinya bekerja di LBH Yogya antara tahun 1980-1982.

"Saya sering bertemu karena dia akrab dengan Buyung Nasution, Abdul Rahman Saleh yang aktif di LBH," ujar perempuan berkacamata ini mengenang perkenalannya dengan Rendra.

Dan sejak saat itu dirinya selalu berusaha selalu menonton pertunjukan pendiri Bengkel Teater itu di Yogya.

Nursyahbani mengaku menyesal tidak dapat menjenguk Rendra saat menjalani perawatan sakitnya. Dia berdoa agar idolanya itu tenang dalam kepergiannya.

"Semoga arwahnya diterima disisi-Nya dan nama harumnya menghiasi keharuman tanah air kita Indonesia," kata dia.

(Rez/aan)

Jumat, 07/08/2009 13:42 WIB
Rendra Batal Pentas Seabad Kebangkitan Nasional
Muchus Budi R. - detikNews

dok detikcom Foto Terkait
Air Mata untuk Sang Penyair Solo - WS Rendra berencana menggelar pementasan di sejumlah kota untuk memperingati kemerdekaan RI dan seabad kebangkitan nasional. Mata tombak sepanjang dua meter yang akan dijadikan bagian pergelaran hingga kini masih berada di rumah salah seorang sahabatnya di Solo.

Sugiyatno adalah orang kepercayaan Rendra jika sedang berada di Solo, kampung halaman seniman besar tersebut. Banyak hal disampaiakan Rendra kepada Sugiyatno. Salah satunya adalah ide menggelar pementasan peringatan seabad kebangkitan nasional.

Bahkan kepada Sugiyatno pula, Rendra memesan sebilah tombak yang rencananya akan dikirabkan ke berbagai kota seiring dengan rencana pementasan keliling itu. Kebetulan Sugiyatno memang berprofesi sebagai pedagang barang-barang antik, pusaka tradisional dan penerjemah naskah-naskah kuno.

"Tombaknya dhapur Plered pamor rondhulu. Bilah tombaknya saja sepanjang dua meter. Seusai dikirabkan, tombak itu rencananya akan kami hadiahkan kepada Mas Willy sebagai koleksi pribadi beliau," ujar Sugiyatno sambil menunjuk tombak yang dimaksud saat ditemui di rumahnya di Solo, Jumat (7/8/2009).

Rencana semula beberapa waktu lalu Sugiyatno akan mengantarkan tombak itu ke Bengkel Teater. Namun rencana itu tertunda seiring kabar memburuknya kesehatan dramawan gaek tersebut. Pengiriman tombak itu dipastikan batal setelah wafatnya Rendra karena dipastikan pementasan keliling juga akan batal.

Ide pementasan itu, menurut Sugiyatno, mengambil momentum HUT kemerdekaan RI dengan spirit seabad kebangkitan nasional. Pemikiran nasionalis dan kecintaan Rendra pada bangsa dan negara mendorongnya untuk terus mengingatkan kebangkitan bersama sebagai yang merdeka.

"Kalau urusannya dengan bangsa, negara, NKRI dan semacamnya. Mas Willy tak pernah kenal lelah untuk terus menggelorakannya. Prinsip menjaga daya hidup benar-benar dipegangnya," kata Sugiyatno.

(mbr/djo)

Jumat, 07/08/2009 13:48 WIB
SBY Kirim Bunga
Boediono: Indonesia Kehilangan Budayawan Besar
Mega Putra Ratya - detikNews

Novi Christiastuti/detikcom Video Terkait
Tempat Peristirahatan Terakhir WS Rendra
Foto Terkait
Persiapan Pemakaman Rendra Jakarta - Cawapres terpilih Boediono mengaku kehilangan atas meninggalnya budayawan WS Rendra. Rendra merupakan budayawan besar yang karyanya tersebar di mana-mana.

"Kita semua merasa kehilangan. Rendra adalah budayawan besar. Karya Beliau ada di mana-mana," ujar Boediono singkat usai salat jenazah di Masjid Nurul Yaqin, Depok, Jawa Barat, Jumat (7/8/2009).

Boediono yang mengenakan safari biru dan peci hitam ini tidak banyak berkomentar. Kehadirannya mengundang warga untuk bersalaman dan memanggil namanya.

Saat melayat, Boediono ditemai Walikota Depok Nurmahmudi Ismail. Boediono kemudian pulang sekitar pukul 13.20 WIB.

Sementara itu, pengamat pendidikan Arif Rahman mengaku mengingat terus kalimat yang diucapkan Si Burung Merak ini.

"Sebuah bangsa tidak cukup terdidik, sebuah bangsa juga harus berbudaya," kata Arif menirukan ucapan Rendra.

Karangan bunga berbagai ukuran tampak terlihat di sekitar Bengkel Teater. Salah satu di antaranya berasal dari Presiden SBY.

(nik/nrl)

Jumat, 07/08/2009 14:00 WIB
Pemda Depok Beri WS Rendra Santunan Kematian Rp 2 Juta
Mega Putra Ratya - detikNews

Video Terkait
Penyair WS Rendra Tutup Usia
Foto Terkait
Persiapan Pemakaman Rendra Jakarta - Setiap warga Depok, Jawa Barat yang meninggal dunia akan diberi santunan kematian oleh Pemda Depok. Tidak terkecuali dengan WS Rendra. Rendra akan diberi santunan Rp 2 juta.

"Beliau akan mendapatkan santunan kematian dari Pemda sebesar Rp 2 juta," kata Walikota Depok Nurmahmudi di rumah duka, Bengkel Teater, Citayam, Depok, Jawa Barat, Jumat (7/8/2009).

Nurmahmudi mengatakan, tidak hanya dari Pemda, dirinya pun akan memberikan santunan dari kantong pribadi kepada keluarga Rendra.

"Saya kenal baik dengan beliau. Kita sering salat bersama di sini. Beliau juga sering mengadakan acara diskusi di tempatnya. Saya juga nanti akan berikan santunan secara pribadi kepada beliau," tegasnya.

(gus/anw)

Tidak ada komentar: