Sabtu, 18 Juli 2009

Strereotip Radikalisme Islam (1)

Terorisme Justru Tumbuhkan Dialog

Minggu, 5 Juli 2009 - 11:40 wib
text TEXT SIZE :
Share

MULTIKULTURALISME dan toleransi sudah menjadi bagian hidup Australia, tetapi bukan berarti hubungan antaragama (interfaith) tidak menemui masalah. Sejauh ini masih muncul stereotip negatif yang memandang agama Islam identik dengan terorisme.

Dr Brian Douglas, pemimpin Gereja Anglikan Canberra, mengaku pandangan miring ini kerap muncul dari kalangan media massa. "Media massa sering memberitakan Jamaah Islamiyah dan Abu Bakar Ba'asyir. Padahal mereka bagian kecil saja dari mayoritas Islam yang moderat,'' jelasnya. Editor The Canberra Times Roderick Quinn mengakui masih adanya stereotip negatif dalam memandang Indonesia dan Islam.

Hanya, dia menekankan, fakta itu tidak berlaku untuk semua media di negaranya. Canberra Times yang berdiri sejak 1926, misalnya, selalu berusaha menyuguhkan pemberitaan secara objektif dan berimbang. Untung saja, pencitraan negatif yang dibangun tidak sampai menggoyahkan harmoni yang sudah kuat dibangun.

Bahkan, menurut Direktur Asia Institute di The University of Melbourne Sidney Myer Asia Center, Prof Abdullah Saeed, pascatragedi 11 September 2001, hubungan antarumat beragama semakin kuat dan umat Islam mendapatkan berkah. "Sejak tragedi 11 September 2001, dialog lintas iman justru kian meningkat. Keingintahuan masyarakat Australia terhadap Islam kian kuat," ujarnya.

Rowan Gould dari Islamic Council of Victoria membenarkan perhatian warga Australia semakin meningkat. Apalagi setelah tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang, 88 di antaranya warga Australia, dan melukai 2009 orang lainnya serta ledakan bom di depan Kedubes Australia di Jalan Rasuna Said, Jakarta, pada 9 September 2004.

Warga Australia mencari tahu tentang Islam lewat buku. "Kawan saya yang bekerja di toko buku bercerita, sehari buku Islam bisa laku sampai 7 buah. Padahal itu biasanya untuk sebulan,'' ungkap Rowan yang keturunan Indonesia. Dialog lintas agama memang seolah menjadi tren baru di Australia pascatragedi 11 September 2001, seperti halnya dialog lintas agama yang digagas Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi bersama tokoh- tokoh agama di Indonesia.

Salah satu perkumpulan lintas iman yang paling aktif berada di kawasan Victoria yang meliputi Springvale, Dandenong, Keysbrough, dan Noble Park. Para pemuka Kristen, Islam,Yahudi,Hindu, Sikh, dan Baha'I secara rutin menggelar pertemuan. "Lewat dialog kami mendorong setiap umat beragama lebih toleran dan menghilangkan praduga sehingga Dandenong tetap damai,'' ujar Helen Heath, Presiden Interfaith Network di Kota Dandenong.

Para pemuka umat agama ini bukan berhenti sebatas dialog. Mereka berupaya pula menyebarkan toleransi dengan mengunjungi sekolah-sekolah dan mencetak brosur untuk disebar kepada masyarakat. Melalui moto "many faith one people",mereka mengampanyekan saling penghormatan dan toleransi, membangun pandangan positif terhadap agama lain, membangun bersama nilai-nilai kemanusiaan dan keinginan baik, serta beberapa target lain.

Selain di Dandenong, dialog lintas agama juga ditemukan di Canberra. Sekelompok individu yang mencintai kedamaian secara rutin menggelar pertemuan, tepatnya di Brahma Kumaris Centre for Spiritual Learning yang berada di 186 Mount Hay Road, Leura 2780. Di sini para anggota bukan hanya bersama-sama melakukan meditasi untuk membangun kedamaian batin yang dipercaya akan membawa perdamaian dunia, tapi juga berdialog.

Di samping masyarakat, perhatian pemerintah terhadap dialog antaragama juga semakin besar. Rencananya, pada 3-9 Desember nanti Australia akan menggelar Parliament if the World's Religion. Ini merupakan event antaragama dunia terbesar yang digelar lima tahun sekali di kota yang berbeda.

Acara yang akan digelar di Melborune ini rencananya mengambil tema Make a World of Difference: Hearing Each Other, Healing The Earth dan akan melibatkan 8.000 orang dari seluruh penjuru negeri serta beberapa utusan dari negara-negara dunia, terdiri atas tokoh agama, spiritual, dan politik. (Koran SI/Koran SI/mbs)

Tidak ada komentar: