Selasa, 13 Oktober 2009

Surat dari Buncit Mengawal Si Beringin di Tengah Hutan

Senin, 12/10/2009 10:19 WIB
Surat dari Buncit
Mengawal Si Beringin di Tengah Hutan
Shohib Masykur - Surat Dari Buncit

Jakarta - Musyawarah Nasional (Munas) VIII Partai Golkar digelar di Hotel Labersa, Pekanbaru, Riau, 5 - 8 Oktober 2009 telah berakhir. Sebagai partai raksasa yang penuh politisi senior, tentu hajatan Golkar ini harus diliput all out oleh detikcom.

Tak tanggung-tanggung, detikcom mengirim 4 wartawan untuk mengawal 'Si Beringin' yang tengah menggelar hajatan di tengah 'hutan' ini. Empat wartawan itu adalah saya (Shohib Masykur), Reza Yunanto, Gunawan Mashar, dan Muhamamad Nur Hayid. Yang terakhir ini bertindak selaku koordinator tim.

Agar pemberitaan mengalir imbang dari empat kubu kandidat, maka kami pun masing-masing merapat ke empat kandidat tersebut.

Ya, Hotel Labersa (singkatan dari Delapan Bersaudara) memang boleh dibilang terletak di tengah hutan. Berjarak sekitar 25 menit perjalanan berkendaraan dari Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, peliput harus melewati hamparan sawah dan alas roban untuk mencapai tempat tersebut. Sekitar 3 km menjelang hotel, hanya ada satu jalan yang menghubungkan Labersa dengan jalan lain dan perkampungan penduduk. Satu-satunya alat transportasi umum yang tersedia menuju Labersa adalah taksi yang tak segan mematok harga tinggi.

Soal jarak dan transportasi ini cukup menyulitkan kami. Sebagai sebuah tim, kami berempat tinggal secara terpisah di banyak tempat. Kedatangan kami ke Pekanbaru juga tidak secara bersamaan. Saya yang berangkat bersama rombongan DPP Golkar datang Minggu (4 Oktober) pagi, Hayid dan Reza yang berangkat bersama kandidat datang Minggu siang, dan Gun yang datang bersama rombongan Wapres Jusuf Kalla datang Senin (5 Oktober) siang. Semuanya menggunakan pesawat berbeda. Karena rombongan keberangkatan berbeda-beda, tempat tinggalnya pun berlainan.

Oleh DPP Golkar saya ditempatkan di Hotel Ratumayang di Jl Sudirman, hotel yang sama tempat Tommy Soeharto dan timnya menginap. Jarak hotel ini dengan Labersa sekitar 15 menit perjalanan. Tidak ada alat transportasi umum dari Ratumayang menuju Labersa kecuali taksi yang harganya lumayan mahal dan hanya bisa dibayar dengan sistem borongan alias menembak. Sebenarnya panitia menyediakan bus untuk mengangkut para wartawan dari hotel menuju lokasi Munas. Namun ribetnya jadwal membuat transportasi semacam ini tidak efektif karena wartawan berangkat ke lokasi tidak selalu bersama-sama.

Hayid yang mendapat kamar berbeda, memilih menginap bersama saya. "Ini jadi lebih enak, saya bisa koordinasi dengan lebih baik dengan Shohib," kata Hayid.

Lain lagi nasib yang menimpa Reza. Reza yang menempel pada salah satu kandidat diinapkan di sebuah SMK pariwisata karena kehabisan kamar hotel. Selain tempatnya jauh dari lokasi Munas, fasilitas juga minim.

"Seperti anak kos pokoknya. Yang paling merepotkan, karena itu sekolah, kalau pagi murid-murid yang masuk sekolah sudah berdatangan dan ribut-ribut. Jadi kami harus bangun pagi tiap hari. Padahal liputannya sampai malam terus," curhat Reza.

Letak yang jauh juga menjadi kerepotan tersendiri bagi Reza. Perjalanan dari sekolah tempatnya menginap ke Hotel Labersa tempat Munas digelar memakan waktu kurang lebih 30 menit. Dan, lagi-lagi, taksi non-argo adalah satu-satunya alat transportasi publik yang bisa digunakan.

Lain Reza lain pula Gunawan. Wartawan asal Makassar ini datang ke Munas bersama rombongan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Bisa dipastikan layanan yang dia miliki lain daripada yang lain. Dia menginap di Hotel Labersa.

Meski begitu, ada kendala tersendiri ketika harus menginap di Labersa. Karena tempatnya yang terisolir, Gun tak leluasa keluar masuk hotel. Hal ini mempengaruhi akses informasi yang bisa dia dapatkan terkait pergerakan para kandidat menjelang pemilihan ketua umum. "Lobi-lobi diselenggarakan di luar hotel. Karena susah keluar masuk, aku jadi kesulitan mengakses info," ungkap Gun dengan rasa sesal.

Secara umum, meliput Munas VIII Golkar di Pekanbaru memang cukup menyita energi. Setiap hari kami harus pulang larut untuk mamantau baik kegiatan formal maupun informal terkait pergerakan para kandidat dan isu-isu yang berkembang di lokasi. Begitu padatnya jadwal sehingga niat kami untuk meluangkan waktu meregangkan otot di kolam renang yang hanya berjarak 5 meter dari kamar pun terurungkan. Bahkan kami harus menyiasati waktu sempit di sela-sela jadwal kegiatan yang molor untuk sekadar pergi ke kota berbelanja buah tangan untuk teman-teman di Jakarta.

Yah, begitulah suka duka mengawal Si Beringin di tengah hutan. Andai Si Beringin ini mengelar hajatan di tengah kota, mungkin akan lain ceritanya. Meski demikian, liputan hajatan 5 tahunan ini sungguh seru!

Foto:
Atas: Hayid dan Shohib
Bawah: Gun dan Reza(sho/nrl)

Tidak ada komentar: