Kamis, 22 Oktober 2009

Kabinet Baru 2009-2014
Mengapa SBY Incar Armida Jadi Kepala Bappenas
Armida punya seabrek pengalaman dan kapasitas di ekonomi, namun belum pernah jadi birokrat
Selasa, 20 Oktober 2009, 09:52 WIB
Heri Susanto
Uji Kelayakan Calon Menteri: Armida Alisyahbana (VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis)

VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memanggil semua calon menteri untuk mengikuti proses wawancara di Cikeas, Bogor. Dari semua kandidat yang dipanggil, sejumlah nama mengundang kejutan banyak kalangan karena namanya mendadak muncul belakangan.

Salah satu kandidat yang mengagetkan, serta diragukan kapasitasnya adalah ekonom Universitas Padjajaran, Armida Salsiah Alisjahbana. Dosen ekonomi Unpad kelahiran 16 Agustus, 49 tahun lalu ini mendadak mencuat sebagai calon Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.

Namanya baru santer terdengar pada Minggu, 18 Oktober 2009, tiga hari sebelum kabinet diumumkan oleh Presiden SBY. Padahal, sebelumnya nama yang disebut sebagai kandidat terkuat untuk posisi Kepala Bappenas adalah Chatib Basri, Kepala Lembaga Penyelidik Ekonomi Masyarakat UI.

"Armida adalah calon terkuat posisi Kepala Bappenas," ujar sumber VIVAnews, Minggu malam, 18 Oktober 2009.

Lantas, siapa sesungguhnya Armida sehingga SBY-Boediono lebih memilihnya?

Tak sulit untuk mengetahui pengalaman dan kapasitas Armida karena informasi tentang kapasitasnya banyak beredar di internet, khususnya melalui situs-situs terkait, seperti Universitas Padjajaran dan lembaga lain yang pernah dinaunginya.

Jika mengacu pada curriculum vitae setebal 18 halaman yang dimiliki oleh Armida, memang terlihat seabrek pengalaman dan kapasitas yang dimiliki oleh doktor ekonomi jebolan University of Washington, Seattle, Amerika Serikat.

Dia bukan hanya seorang pengajar di Fakultas Ekonomi Unpad. Tetapi, dia juga menjadi konsultan, peneliti, hingga tim monitoring yang membantu Menkeu dan Menko Perekonomian.

Dia juga memiliki keahlian keuangan publik, ekonomi pekerja, ekonomi pendidikan dan mikroekonometrik. Kelemahannya, dia belum pernah menjabat sebagai birokrat di pemerintahan.

Di sektor tenaga kerja, Armida berpengalaman sebagai konsultan Bank Dunia untuk berbagai proyek. Misalnya, proyek studi peraturan perburuhan, hubungan antara buruh kemiskinan, serta memimpin Tim Task Force untuk mengkaji UU No 13/2003 tentang Perlindungan Tenaga Kerja yang bertanggung jawab langsung pada Menko Perkeonomian pada 2006.

Dia berpengalaman dalam soal pembenahan iklim investasi, misalnya menjadi anggota Komite Pemantau Inpres No 13/2006 tentang Iklim Investasi pada 2006, konsultan Bank Dunia untuk penilaian iklim investasi daerah.

Armida juga berpengalaman menjadi konsultan JICA, ADB dan tim khusus Menteri Keuangan yang melakukan review soal Desentralisasi fiskal, terkait keseimbangan anggaran, pajak lokal.

Di bidang ekonomi pendidikan, profesor ekonomi Universitas Padjajaran ini berulang kali menjadi konsultan untuk pendanaan pendidikan. Misalnya, tim evaluasi pinjaman Jepang untuk IPB dan Universitas Mulawarman, dampak desentralisasi fiskal bagi pendidikan, serta memimpin pembentukan program Master Ekonomi di Unpad.

Armida merupakan peneliti senior Unpad yang melakukan penelitian berbagai proyek, seperti perburuhan dan perdagangan bebas. Ia juga menerbitkan publikasi soal perdagangan bebas, perburuhan dan kemiskinan, kebijakan harga BBM dan lainnya.

Tidak ada komentar: