Jumat, 23 Oktober 2009

Presiden Ingin Temui Nila Moeloek
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Nila Joewita Moeloek memberi keterangan pers usai menjalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto, Senin (19/10).
Jumat, 23 Oktober 2009 | 12:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan keinginannya untuk bertemu dengan Nila Djuwita Moeloek agar kesimpangsiuran mengenai pos menteri kesehatan tidak berkambang lebih jauh.

Hal tersebut disampaikan Presiden Yudhoyono dalam pidato pengantarnya pada Sidang Kabinet yang berlangsung di ruang rapat utama Sekretariat Negara Jakarta, Jumat pagi.

"Sekali lagi konsep ’the right person, on the right place, in the right time’, saya dua hari membahas itu. Saya menerima laporan lengkap detil dari tim uji kesehatan, termasuk kesehatan jiwa. Dan kemudian saya juga berkomunikasi melalui Pak Hatta Rajasa, dan kemudian saya sendiri, dan Insya Allah saya akan bertemu langsung kepada beliau," kata Presiden.

Kepala Negara mengatakan, ia berharap dalam komunikasi nanti dengan Nila dapat memperjelas kondisi yang ada. "Masing-masing punya titik kuat oleh karena itu saya minta rakyat memahami, beliau punya kelebihan, punya peran yang besar, dan
saya pun berharap dalam komunikasi saya, masih bisa mengemban tugas di wilayah lain yang tidak kalah mulianya, yang belum tentu kita bisa melaksanakan seperti itu," katanya.

Presiden menambahkan, "sampai sekarang saya masih menghormati beliau. Beliau memiliki kelebihan, memiliki ekspertise, memiliki peran yang juga besar. Ini kalau saya harus terus terang, tahun 2004 pun saya ingin mengajak beliau waktu itu untuk bersama di kabinet".

Namun demikian saat itu, kata Kepala Negara, Nila dipandang memiliki kemampuan yang lebih sehingga lebih tepat untuk bidang lain.

"Kemudian dalam proses seleksi, memang beliau sangat unggul di bidang yang lain, tapi ada satu dua titik yg menurut penilaian saya, tidak tepat kalau beliau saya forsir begitu, untuk menempati pos departemen itu," tegasnya.
Presiden Beberkan Kenapa Tidak Jadi Pilih Nila Moeloek
Jumat, 23 Oktober 2009 | 12:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya mengungkapkan kenapa akhirnya ia tidak jadi memilih Nila Djuwita Moeloek sebagai menteri kesehatan. Dalam pidato pengantarnya pada Sidang Kabinet yang berlangsung di ruang rapat utama Sekretariat Negara, Jakarta, Jumat (23/10), SBY mengatakan bahwa sebenarnya sejak tahun 2004 ia telah berniat mengajak Nila bergabung dalam kabinet.

Di mata SBY, Nila memiliki keunggulan di bidang yang ditekuninya. "Kemudian, dalam proses seleksi memang beliau sangat unggul di bidang yang lain, tapi ada satu-dua titik yang menurut penilaian saya tidak tepat kalau beliau saya forsir begitu, untuk menempati pos departemen itu," kata dia.

"Sekali lagi, konsep the right person, on the right place, in the right time, saya dua hari membahas itu. Saya menerima laporan lengkap detail dari tim uji kesehatan, termasuk kesehatan jiwa," ungkap Presiden lagi.

Presiden berharap, masyarakat memahami bahwa setiap orang memiliki keunggulan. Nila memiliki peran besar di bidangnya. "Sampai sekarang, saya masih menghormati beliau. Beliau memiliki kelebihan, memiliki ekspertise, memiliki peran yang juga besar. Ini kalau saya harus terus terang, tahun 2004 pun saya ingin mengajak beliau waktu itu untuk bersama di kabinet," kata Presiden.


Sebenarnya, SBY "Jatuh Hati" dengan Nila Moeloek Sejak 2004
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Nila Joewita Moeloek memberi keterangan pers usai menjalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto, Senin (19/10).
Jumat, 23 Oktober 2009 | 11:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ternyata telah berencana meminang mantan calon menteri kesehatan, Nila Anfansha Moeloek, sejak tahun 2004. Presiden mengaku "jatuh hati" dengan mantan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Masyarakat karena keunggulan-keunggulannya.

Saat itu, SBY sudah hendak menggadang-gadang Nila sebagai calon menteri. "Dalam proses seleksi beliau memang unggul. Namun, ada satu-dua titik yang menurut penilaian saya tidak tepat," ujar SBY ketika membuka rapat perdana Kabinet Indonesia Bersatu II di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Jumat (23/10). Dalam rapat ini, ke-34 menteri terpilih hadir.

Penggantian Nila terjadi beberapa jam menjelang pengumuman nama-nama calon menteri yang akan bekerja di KIB II di Istana Negara, Rabu. Sebelumnya, Nila telah mengikuti proses wawancara serta uji kepatutan dan kelayakan di kediaman SBY di Puri Cikeas Indah, Bogor, Minggu lalu. Nila juga telah mengikuti tes pemeriksaan kesehatan dan kejiwaan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.



Nila Meneteskan Air Mata, Endang "Shock"
Hindra Liu');" border="0" width="70" height="52" hspace="2">RUMGAPRES/ABROR RIZKI');" border="0" width="70" height="52" hspace="2">
Nila F Djuwita Moeloek
Kamis, 22 Oktober 2009 | 10:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Nama Ny Nila Djuwita Moeloek, calon menteri yang telah mengikuti seluruh rangkaian proses seleksi, terpental dari susunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II seperti yang diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, sekitar pukul 22.00 WIB, Rabu (21/10).

Padahal, semula ia bakal menjadi Menteri Kesehatan menggantikan Siti Fadilah Supari. Pasangan SBY-Boediono justru menunjuk Dr dr Endang Rahayu Sedyaningsih.

Nama baru yang tidak pernah disebut-sebut sebelumnya. Doktor lulus Harvard School of Public Health, Boston, AS, tersebut menjalani fit and proper test serta tes kesehatan secara mendadak pada Rabu siang. “Kaget banget, saya seperti mimpi,” ujar Endang kepada Persda Network.

Ironisnya, di rumah istri mantan Menteri Kesehatan Faried Anfasa Moeloek tersebut, Kompleks Micasa Blok B3, Kuningan, Jakarta, telah dipenuhi karangan bunga berisi ucapan selamat. Seorang warga mengatakan, bunga berdatangan ke rumah Nila sejak Rabu siang hingga sore.

Karangan bunga juga berdatangan sejak Nila memenuhi panggilan SBY-Boediono untuk menjalani wawancara sebagai calon menteri di Puri Cikeas, Bogor, Minggu lalu. “Tapi yang paling banyak datang ya hari ini,” ungkap seorang pria saat ditemui Persda Network di depan kediaman Nila.

Nila belum bersedia memberikan komentar. Hasyim, seorang penjaga keamanan di rumah Nila, mengatakan, Faried Anfasa Moeloek sempat menyemangati istrinya yang terlihat shock. Menurut Hasyim, Nila sudah mendapat informasi kegagalannya sebelum pengumuman dilakukan.

Hasyim sempat melihat Nila meneteskan air mata. Informasi mengenai kegagalan masuk jajaran kabinet diterima Nila lewat telepon.

Tidak lama berselang, Nila meminta Hasyim dan beberapa orang untuk memindahkan karangan bunga yang ada di halaman depan ke dalam rumah. “Ibu yang menyuruh memindahkan karangan bunga itu. Setelah itu Ibu masuk kamar,” katanya.

Berdasarkan pantauan Persda Network, sekitar pukul 20.05, setidaknya ada lima rangkaian bunga ukuran besar di halaman rumah Nila.

Bunga-bunga itu di antaranya dikirim Dr Rudolf Tuhusula, Alcon, anggota KKI, dan Teguh Juwarno, anggota DPR asal PAN. Puluhan bunga ucapan berukuran kecil tersusun di teras rumah.

Sementara itu, Endang mengaku shock ketika ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan. Menurutnya, pada Rabu siang ia baru dihubungi Sudi Silalahi yang kini dipercaya menjadi Menteri Sekretaris Negara.

Saat ditelepon, Endang sedang rapat bersama jajaran Departemen Kesehatan (Depkes) di Hotel Horison, Bekasi. “Saya kira bohongan. Saya pikir awalnya teman-teman saya yang iseng. Eh tahunya benar telepon dari Pak Sudi,” katanya.

Setelah Sudi Silalahi berhasil meyakinkan bahwa ia merupakan utusan Presiden SBY, barulah Endang percaya. “Saya shock waktu ditelepon, enggak percaya,” tegasnya.

Tak lama setelah ditelepon, Endang langsung diminta meluncur ke Puri Cikeas, kediaman pribadi Presiden SBY. Ia langsung diwawancarai Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono.

Seusai diwawancara, Endang juga langsung dites kesehatan tim dokter yang sengaja didatangkan ke Cikeas. “Tapi tes kesehatannya belum tuntas, mungkin lusa setelah pelantikan dilanjutkan tes kesehatannya lagi,” ujar Mahamit, suami Endang, yang juga dokter.

Saat Presiden SBY mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu II, Endang sedang berada di rumah bersama suaminya. Telepon mereka langsung berdering tanpa henti begitu namanya disebut sebagai Menteri Kesehatan.

“Wah, ini telepon banyak sekali. Kami kaget dan bingung, enggak percaya kalau istri saya dipercaya Bapak SBY menjadi Menteri Kesehatan,” tambah Mahamit.

Endang menambahkan, meskipun baru pada detik-detik akhir menjalani tes sebagai calon menteri, ia siap menerima amanah ini. “Saya akan laksanakan amanah ini sebaik-baiknya. Jabatan ini atas sepengetahuan Allah,” sambungnya.

Apakah ada firasat? “Sama sekali tak ada firasat apa pun,” tegasnya.

Rencananya Kamis (22/10) pukul 13.30, Endang akan menghadiri pelantikan di Istana Negara. “Besok (hari ini) dengan persiapan seadanya, kami akan mengikuti pelantikan seperti yang disampaikan Bapak Presiden tadi,” tegasnya. (Persda Network/ade/yls/mun)

Menteri Kesehatan Mengejutkan
Dr. dr. Endang Rahayu Sedyaningsih
Rabu, 21 Oktober 2009 | 22:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dari 34 nama menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hanya satu nama yang meleset dari prediksi sebelumnya. Jabatan Menteri Kesehatan, yang sebelumnya diperkirakan akan dijabat Nila A Moeloek, ternyata dijabat Endang Rahayu Setyaningsih.

Nama Endang Rahayu Sedyaningsih bahkan tidak pernah muncul sejak proses wawancara dilakukan Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono di Puri Cikeas, Bogor. Ia juga tidak tampak hadir di RSPAD Gatot Subroto untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang disyaratkan dalam proses seleksi menteri tersebut.

Namun, dalam wawancara langsung melalui telepon yang disiarkan Metro TV, seusai pengumuman menteri, Endang menyatakan bahwa ia telah melakukan proses seleksi yang sama. Ia juga sudah menemui Presiden SBY di Puri Cikeas, Rabu (21/10) sore.

Endang adalah seorang dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1979, dan memperoleh gelar master dan dokter dari Harvard School of Public Health, Boston, masing-masing tahun 1992 dan 1997.

Ia menjalani karier di bidang kesehatan dengan menjadi dokter puskesmas di NTT dan pernah menjadi dokter di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Ia juga pernah ditugaskan di Kanwil Departemen Kesehatan DKI Jakarta menjadi seorang peneliti, dan pernah menjabat Kepala Litbang Biomedik dan Farmasi Departemen Kesehatan.

Sebagai menteri terpilih, Endang tak lupa berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan pasangan SBY-Boediono untuk ikut serta menyukseskan pemerintahan lima tahun ke depan.

"Reformasi sektor kesehatan dengan berbagai upaya harus dilanjutkan. Yang pertama, upaya preventif pencegahan itu dari hulu sampai hilir harus imbang," kata Endang saat ditanya mengenai program yang akan dijalankannya. Endang melanjutkan, upaya tersebut tidak hanya terapi, tetapi juga promosi kesehatan dan pencegahan penyakit sehingga bila perlu berupaya mencari sasaran Millenium Development Goals (MDGs) atau melampauinya.

Endang juga menyatakan akan berupaya untuk menekan masalah gizi buruk anak balita serta angka kematian ibu dan bayi. Selain itu, upaya tanggap darurat akan menjadi perhatiannya. "Kita kan negara yang sering kena bencana. Itu utama sekali. Negara harus selalu siap dan mobile," katanya.

Tidak ada komentar: