Jumat, 23 Oktober 2009

Kabinet Indonesia Bersatu II
Akhirnya Siti Fadilah Menelepon Endang Rahayu
Tak ada ucapan selamat dan permintaan maaf dari Bu Siti Fadilah. Apa yang dia ucapkan?
Kamis, 22 Oktober 2009, 11:32 WIB
Elin Yunita Kristanti, Sandy Adam Mahaputra
Menkes, Siti Fadilah Supari memberikan keterangan terkait kasus flu babi (ANTARA/Prasetyo Utomo)

VIVAnews - Menteri Kesehatan terpilih, Endang Rahayu Sedyaningsih mengaku ditelepon Siti Fadilah Supari, usai dia menggelar jumpa pers di kediamannya, tadi pagi.

"Tadi saya memang ditelepon oleh Menkes," kata Endang di rumahnya di Jalan Pendidikan Raya III, Blok J-55 Kompleks IKIP Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis 22 Oktober 2009.

Apa yang dibicarakan dalam telepon? "Tidak ada permintaan maaf, tidak menyinggung masalah itu [Namru]. Dia juga tidak mengucapkan selamat," kata Endang.

Endang lalu menirukan ucapan Bu Menkes Siti Fadilah dalam teleponnya. "Nanti kita ngomong banyak dan bertemu saat sertijab tentang program di Depkes agar lebih ke depannya," kata Endang.

Setelah mengabarkan telepon dari Siti Fadilah, Endang bersama suami dan anak keduanya langsung menuju Istana Negara untuk menghadiri acara pelantikan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.

Kebaya krem dan batik cokelat membalut tubuh perempuan berambut pendek ini.

Malam ini diagendakan serah terima jabatan Menteri Kesehatan di Gedung Baru Departemen Kesejatan Lantai II pukul 19.00 WIB.

Sebelumnya, Siti Fadilah sempat mengeluarkan kritik atas terpilihnya Endang sebagai Menkes.

Siti mengaku kaget. "Semua juga kaget, ternyata, kok bisa dia. Dia itu eselon II dan tidak punya jabatan," kata Siti.

Endang juga dipertanyakan terkait kedekatannya dengan Namru.

"Dia (Endang) adalah mantan pegawai Namru. Dia memang sekarang ini tidak mempunyai jabatan khusus sebagai peneliti biasa," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam perbincangan dengan tvOne, Rabu, 21 Oktober 2009.

• VIVAnews
Malam Ini Siti Fadilah Serahkan Jabatan
"Mohon maaf ya teman-teman, Ibu tidak bisa [memberi komentar] hari ini."
Kamis, 22 Oktober 2009, 11:21 WIB
Elin Yunita Kristanti, Aries Setiawan
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari (Antara/ Ahmad Subaidi)
VIVAnews - Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah Supari bereaksi keras atas terpilihnya Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai penggantinya.

Berbeda dengan tadi malam, hari ini Bu Menkes yang terkenal pemberani dan ceplas- ceplos itu memilih tutup mulut.

"Mohon maaf ya teman-teman, Ibu tidak bisa [memberi komentar] hari ini," kata Kepala Bidang Pendapat Umum dan Berita Departemen Kesehatan, Sumardi di rumah dinas Siti Fadilah Supari di Kompleks Menteri Jalan Denpasar, Jakarta.

Kata Sumardi, Siti Fadilah perlu beristirahat karena semalam dia begadang.

Ditambahkan Sumardi, malam ini ada acara serah terima jabatan Menteri Kesehatan di Gedung Baru Departemen Kesejatan Lantai II. "Nanti jam 19.00," tambah dia.

Dalam acara itu Siti Fadilah akan bertemu langsung dengan Endang. "Sudah dipastikan [kedatangan Endang]," tambah Sumardi.

Dipilihnya Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai menteri kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II membuat kaget Siti Fadilah Supari. Siti yang masih menjabat Menkes hingga pelantikan menteri baru siang ini, tidak habis pikir, kenapa Endang yang terpilih.

"Semua juga kaget, ternyata, kok bisa dia. Dia itu eselon II dan tidak punya jabatan," kata Siti.

Endang juga dipertanyakan terkait kedekatannya dengan Namru.

"Dia (Endang) adalah mantan pegawai Namru. Dia memang sekarang ini tidak mempunyai jabatan khusus sebagai peneliti biasa," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam perbincangan dengan tvOne, Rabu, 21 Oktober 2009.
Kabinet Indonesia Bersatu II
Kontroversi Namru Membelit Menkes Baru
Siti Fadilah khawatir Menkes baru akan membuka lagi Namru.
Kamis, 22 Oktober 2009, 10:12 WIB
Edy Haryadi
Endang Rahayu Setyaningsih (Abror Rizki)

VIVAnews – Penunjukkan Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih mengundang kontroversi. Bayang-bayang kedekatan dengan dengan Namru (The US Naval Medical Reseach Unit Two) atau Unit 2 Pelayanan Medis Angkatan Laut, membayangi.

Adalah Menkes lama Siti Fadilah Supari yang menyampaikan keterkejutannya. Ia tersentak karena Endang dipilih SBY sebagai Menkes baru. "Ibu Endang ini adalah orang yang paling dekat dengan Namru diantara dengan semua pegawai Depkes," ujar Siti Fadilah.

Seperti diketahui, Naval Medical Research Unit 2 (Namru 2) adalah unit kesehatan angkatan laut Amerika yang berada di Indonesia untuk mengadakan berbagai penelitian mengenai penyakit menular. Laboratorium Namru berada di kompleks Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan di Jalan Percetakan Negara, Jakarta.

Siti Fadilah Supari telah melarang semua rumah sakit di Indonesia untuk mengirimkan sampel virus flu burung ke laboratorium Namru. Sebab, kontrak kerjasama dengan Namru telah berakhir sejak Desember 2005.

Dalam bukunya yang berjudul 'Saatnya Dunia Berubah', Siti Fadilah Supari menyoroti WHO dan negara asing lainnya memanfaatkan sampel virus flu burung Indonesia untuk dibuat vaksin, yang selanjutnya dijual ke Indonesia dengan harga mahal

Siti Fadilah Supari juga mengaku sempat memutasi Endang. Alasannya, “Ibu Endang pernah membawa virus flu burung tanpa sepengetahuan kami.” Akhirnya Endang duduk sebagai eselon II tanpa jabatan.

Banyak pihak mencurigai keberadaan Namru menjadi sarana kegiatan intelijen AS dengan berkedok riset. Pada 16 Oktober 2009, pemerintah secara resmi menghentikan kerjasama dengan Naval Medical Research Unit 2 (Namru). Penghentian kerjasama ditandai dengan sebuah surat.

"Dengan hormat, pemerintah Republik Indonesia menyatakan pemberhentian kerjasama," demikian isi surat Siti Fadilah kepada Duta Besar Amerika Serikat, Cameron Hume.

Menanggapi tuduhan itu, Endang bersikap diplomatis. Dia mengatakan akan tetap bekerjasama dengan Amerika untuk bidang kesehatan. "Tapi bukan dengan Namru. Kami akan lihat nanti bentuk apa yang sesuai," kata Endang dalam jumpa pers, Kamis 22 Oktober 2009.

Endang juga membantah informasi yang mengatakan bahwa dia menjual specimen virus flu burung ke luar negeri. "Apakah saya menjual specimen, tidak benar. Saya tidak menjual specimen," kata Endang.

• VIVAnews
Kabinet Indonesia Bersatu II
Endang dan Perempuan di Kramat Tunggak
Endang pernah menulis buku tentang perempuan-perempuan di Kramat Tunggak.
Kamis, 22 Oktober 2009, 09:55 WIB
Elin Yunita Kristanti, Sandy Adam Mahaputra
Endang Rahayu Sedyaningsih disalami SBY usai diaudisi jadi Menteri Kesehatan (Rumgapres/ Anung)

VIVAnews - Menteri Kesehatan Indonesia yang baru, Endang Rahayu Sedyaningsih berlatar belakang sebagai peneliti.

Ditanya apa fokus penelitian yang pernah di kerjakan, Endang mantap menjawab penyakit seksual menular.

"Dalam penelitian, saya lebih fokus dalam penyakit seksual menular atau yang lebih disebut epidemologi sosial," kata Endang di rumahnya di Jalan Pendidikan Raya III, Blok J-55 Kompleks IKIP Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis 22 Oktober 2009.

Endang mengaku penelitiannya fokus pada penyakit AIDS. Dia bahkan punya buku soal penelitiannya itu. "'Saya juga pernah menulis buku tentang perempuan-perempuan di Kramat Tunggak," kata dia.

Demi menulis buku itu, Endang berkali-kali meneliti perempuan -perempuan di Kramat Tunggak, kawasan lokalisasi paling besar di Jakarta Utara. Dia meneliti penyakit menular yang berkembang di sana. Hasil penelitian itu diramu dalam sebuah buku.

Penelitian dan menulis tentang perempuan-perempuan di Kramat Tunggak itu menyebabkan Endang memahami betul bahaya penyakit menular. Dia juga tekun meneliti obat yang tepat untuk berbagai penyakit itu.

Walau mendalami penyakit seksual, Endang berjanji bahwa setelah jadi menteri dia juga akan fokus ke penyakit menular lain seperti H5N1 [flu burung] , H1N1 [flu babi] AIDS, dan SARS," tambah dia.

****
Endang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1979).

Setelah lulus strata 1 di FK UI, Endang pun meneruskan gelar master dengan spesialisasi Kesehatan Publik. Endang pun lulus dengan gelar Master of Public Health, pada Juni 1992 dari Harvard School of Public Health, Boston, Amerika Serikat.

Di tempat kuliahnya, Endang melanjutkan studinya. Pada Maret 1997, Endang pun mendapat gelar Doctor of Public Health, dari tempat yang sama, Harvard School of Public Health.

Selepas kuliah di FKUI, Endang sempat bekerja di Rumah Sakit Pertamina Jakarta, pada 1979-1980. Kemudian, pada 1980-1983, Endang berangkat ke Nusa Tenggara Timur. Di lokasi ini, Endang menjabat Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Waipare, NTT.

Lalu, dia berlanjut tugas kembali ke Jakarta. Endang dipercaya bertugas di Dinas Kesehatan Provinsi DKI pada 1983-1997. Tidak hanya di level lokal dan Tanah Air, karir Endang juga terbilang gemilang di kancah dunia.

Di Badan Kesehatan Dunia (WHO), Endang memegang peran penting. Dia menjabat penasihat teknis pada Departemen Penyebaran Penyakit dan Respons di Geneva, Swiss, tahun 1997-2006.

Karir Endang terus moncer, hingga menjadi koordinator riset Avian Influensa tahun 2006. Kini, Endang menjabat Direktur Pusat Riset dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Departemen Kesehatan sejak Februari 2007, sebelum akhirnya diangkat menjadi Menteri Kesehatan.

• VIVAnews


Kabinet Indonesia Bersatu II
Endang dan Perempuan di Kramat Tunggak
Endang pernah menulis buku tentang perempuan-perempuan di Kramat Tunggak.
Kamis, 22 Oktober 2009, 09:55 WIB
Elin Yunita Kristanti, Sandy Adam Mahaputra
Endang Rahayu Sedyaningsih disalami SBY usai diaudisi jadi Menteri Kesehatan (Rumgapres/ Anung)

VIVAnews - Menteri Kesehatan Indonesia yang baru, Endang Rahayu Sedyaningsih berlatar belakang sebagai peneliti.

Ditanya apa fokus penelitian yang pernah di kerjakan, Endang mantap menjawab penyakit seksual menular.

"Dalam penelitian, saya lebih fokus dalam penyakit seksual menular atau yang lebih disebut epidemologi sosial," kata Endang di rumahnya di Jalan Pendidikan Raya III, Blok J-55 Kompleks IKIP Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis 22 Oktober 2009.

Endang mengaku penelitiannya fokus pada penyakit AIDS. Dia bahkan punya buku soal penelitiannya itu. "'Saya juga pernah menulis buku tentang perempuan-perempuan di Kramat Tunggak," kata dia.

Demi menulis buku itu, Endang berkali-kali meneliti perempuan -perempuan di Kramat Tunggak, kawasan lokalisasi paling besar di Jakarta Utara. Dia meneliti penyakit menular yang berkembang di sana. Hasil penelitian itu diramu dalam sebuah buku.

Penelitian dan menulis tentang perempuan-perempuan di Kramat Tunggak itu menyebabkan Endang memahami betul bahaya penyakit menular. Dia juga tekun meneliti obat yang tepat untuk berbagai penyakit itu.

Walau mendalami penyakit seksual, Endang berjanji bahwa setelah jadi menteri dia juga akan fokus ke penyakit menular lain seperti H5N1 [flu burung] , H1N1 [flu babi] AIDS, dan SARS," tambah dia.

****
Endang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1979).

Setelah lulus strata 1 di FK UI, Endang pun meneruskan gelar master dengan spesialisasi Kesehatan Publik. Endang pun lulus dengan gelar Master of Public Health, pada Juni 1992 dari Harvard School of Public Health, Boston, Amerika Serikat.

Di tempat kuliahnya, Endang melanjutkan studinya. Pada Maret 1997, Endang pun mendapat gelar Doctor of Public Health, dari tempat yang sama, Harvard School of Public Health.

Selepas kuliah di FKUI, Endang sempat bekerja di Rumah Sakit Pertamina Jakarta, pada 1979-1980. Kemudian, pada 1980-1983, Endang berangkat ke Nusa Tenggara Timur. Di lokasi ini, Endang menjabat Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Waipare, NTT.

Lalu, dia berlanjut tugas kembali ke Jakarta. Endang dipercaya bertugas di Dinas Kesehatan Provinsi DKI pada 1983-1997. Tidak hanya di level lokal dan Tanah Air, karir Endang juga terbilang gemilang di kancah dunia.

Di Badan Kesehatan Dunia (WHO), Endang memegang peran penting. Dia menjabat penasihat teknis pada Departemen Penyebaran Penyakit dan Respons di Geneva, Swiss, tahun 1997-2006.

Karir Endang terus moncer, hingga menjadi koordinator riset Avian Influensa tahun 2006. Kini, Endang menjabat Direktur Pusat Riset dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Departemen Kesehatan sejak Februari 2007, sebelum akhirnya diangkat menjadi Menteri Kesehatan.

• VIVAnews



Kabinet Indonesia Bersatu II
Telepon Cikeas Dikira Program Salah Sambung
Reaksi para calon menteri memang berbeda-beda.
Kamis, 22 Oktober 2009, 09:54 WIB
Umi Kalsum, Sandy Adam Mahaputra
Endang Rahayu Sedyaningsih disalami SBY usai diaudisi jadi Menteri Kesehatan (Rumgapres/ Anung)

VIVAnews - Macam-macam reaksi para calon menteri saat menerima panggilan telepon dari Cikeas. Ada yang mengira dirinya bakal jadi rektor, ada yang perlu diyakinkan berulang kali karena mengira dikerjai, ada juga yang mengira itu telepon salah sambung.

Endang Rahayu Sedyaningsih yang ditunjuk jadi Menteri Kesehatan, salah satu yang mengira telepon Cikeas hanya main-main.

Saat ditelepon dari Cikeas, kata Endang di kediamannya, Kamis 22 Oktober 2009, ia sedang ikut rapat di Hotel Horison Bekasi. Tiba-tiba ada telepon masuk ke handphone genggamnya. Nomornya aneh, sehingga dia buru-buru mengangkatnya.

Di ujung sana, si penelepon mengaku sebagai Seskab Sudi Silalahi dan meminta Endang secepatnya datang ke kediaman pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas, Gunung Putri, Bogor, untuk menjalani tes calon menteri.

"Saya sempat bilang yang benar Pak? Saya takutnya itu acara salah sambung (program di salah satu radio swasta nasional). Tapi Pak Sudi kemudian meyakinkan lagi. Ini benaran Bu, Ibu harus segera ke sini," katanya.

Akhirnya tanpa sempat memanggil sopirnya, Endang langsung ke Cikeas dengan menggunakan taksi. Ia yang tidak pernah menginjakkan kakinya di Cikeas sempat kesasar. "Di sana saya diperiksa segala maca,. Setelah saya datang, datang tim dari RSPAD, saya menjalani psikotes, wawancara dan tes kesehatan," tuturnya.

Usai psikotes yang harus menjawab 500 pertanyaan, Endang langsung diajak bertemu dengan SBY-Boediono. Ia ditanya kesiapannya menjadi Menteri Kesehatan.

"Saya katakan, kalau Bapak memberi kepercayaan kepada saya, ya tentunya saya bersedia dan siap. Setelah itu pukul 18.00 saya balik," katanya.


Kabinet Indonesia Bersatu II
Endang Janji Jadi Menkes yang Pro-Rakyat
Endang berjanji akan meningkatkan kesiapsiagaan rumah sakit dan Puskesmas.
Kamis, 22 Oktober 2009, 09:40 WIB
Elin Yunita Kristanti, Sandy Adam Mahaputra
Endang Rahayu Setyaningsih (Abror Rizki)

VIVAnews - Meski penyebutan dirinya sebagai Menteri Kesehatan terpilih menjadi tanda tanya besar, Endang Rahayu Sedyaningsih berjanji akan melaksanakan tugasnya dengan baik.

Endang mengatakan akan memprioritaskan pencapaian Millenium Development Goal (MDG). "Yakni menekan angka kematian ibu dan balita gizi buruk," kata dia di rumahnya di Jalan Pendidikan Raya III, Blok J-55 Kompleks IKIP Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis 22 Oktober 2009.

Endang juga janji jadi menteri yang prorakyat. "Saya akan terus mendorong kesehatan yang prorakyat," kata dia.

"Ditambah lagi Indonesia rawan dengan bencana," tambah Endang.

Sebagai Menkes, Endang juga berjanji akan meningkatkan kesiapsiagaan rumah sakit dan Puskesmas. "Dan antisipasi terhadap penyakit menular, problem utama di negara berkembang," kata dia.

Untuk mencapai tujuannya, Endang mengaku tak bisa sendirian. "Harus bekerjasama dengan pihak Internasional. Itu yang Pak SBY bilang," tambah dia.

Endang menyingkirkan nama Nila Djuwita Moeloek sebagai calon Menteri Kesehatan.

Nama Endang di luar perkiraan, apalagi saat tadi malam SBY menyebut, "[Nomor] 19, Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Setyaningsih."

Hingga kini belum ada konfirmasi resmi mengapa SBY mengganti Nila yang sudah audisi ke Cikeas, dengan Kepala Litbang Depkes setara pejabat Eselon II itu.

Sebelum jadi Menkes, Endang menjabat Direktur Pusat Riset dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Departemen Kesehatan sejak Februari 2007.

• VIVAnews
Naik Taksi ke Cikeas, Endang Sempat Kesasar
Saat ditelepon Seskab Sudi Silalahi, Endang sedang berada di Bekasi.
Kamis, 22 Oktober 2009, 09:36 WIB
Umi Kalsum, Sandy Adam Mahaputra
Kabinet Indonesia Bersatu II
"Sulit Buktikan Kalau Saya Jual Virus"
Siti meragukan nasionalisme Endang karena pernah secara diam-diam membawa virus H5N1.
Kamis, 22 Oktober 2009, 09:24 WIB
Umi Kalsum, Sandy Adam Mahaputra
Endang Rahayu Sedyaningsih disalami SBY usai diaudisi jadi Menteri Kesehatan (Rumgapres/ Anung)

VIVAnews - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari terang-terangan mengungkapkan perilaku Endang Rahayu Sedyaningsih. Siti meragukan nasionalisme Endang karena pernah secara diam-diam membawa virus H5N1 ke luar negeri. Padahal Indonesia sudah memperjuangkan soal virus sharing dan disetujui dalam sidang WHO.

Akibat perilakunya itu, Siti kemudian memutasi Endang dan menurunkan jabatannya menjadi peneliti biasa. Soal ini Endang membantahnya.

"Tidak benar. Memang sulit membuktikan kita benar. Kalau waktu itu saya dimutasi, saya terima. Kalau saya dimutasi ya saya ikuti, tidak masalah," kata Endang di rumahnya, Kompleks IKIP, Duren Tiga, Jakarta, Kamis 22 Oktober 2009.

Suami Endang, MJN Mamahit, juga mengaku sering mendengar selentingan itu di tempat kerjanya. Mamahit yang juga dokter di RS Tangerang mengabaikan suara-suara sumbang itu. "Saya biasa saja, itu tidak masalah tidak benar," kata dia.

Soal kedekatannya dengan Namru-2, laboratorium milik Angkatan Laut AS, Endang mengakui dia memang memiliki kedekatan, tapi tidak hanya dengan peneliti-peneliti Amerika Serikat saja. "Juga dengan teman-teman Jepang, Belanda. Saya tidak mengelak kalau dikatakan dekat dengan Namru. Kalau saya dekat dengan Ibu (Siti Fadilah), nanti dikira sombong," katanya.

Soal pesan Siti agar rasa nasionalismenya ditingkatkan, Endang hanya menjawab singkat. "Ya aminlah," kata dia.

Kabinet Indonesia Bersatu II
Siapa yang Mengusulkan Endang Jadi Menkes
Sebagai Menkes, Endang akan memiliki bawahan, yang sebelumnya adalah seniornya.
Kamis, 22 Oktober 2009, 09:12 WIB
Elin Yunita Kristanti, Sandy Adam Mahaputra
Endang Rahayu Setyaningsih (Abror Rizki)

VIVAnews - Terpilihnya Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, menimbulkan tanda tanya besar.

Siapa Endang hingga menyingkirkan Nila Djuwita Moeloek yang guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan berjasa menaikkan peringkat UI di level dunia.

Siapa yang mengusulkan Endang jadi Menkes? "Saya nggak tahu, kalau Anda tahu, kasih tahu saya," kata dia di rumahnya di Jalan Pendidikan Raya III, Blok J-55 Kompleks IKIP Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis 22 Oktober 2009.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah Supari mengaku kaget dan tak habis pikir mengapa Endang yang dipilih. Sebab, Endang 'hanya' eselon II di Departemen Kesehatan dan tak punya jabatan. Selain itu, Endang juga dikenal dekat dengan Namru.

Ketika menjabat menteri, Endang akan memiliki bawahan, yang sebelumnya justru menjadi senior-seniornya di Departemen Kesehatan.

Namun, Endang justru senang. "Kebetulan saya bisa nanya banyak, banyak bimbingan. Kalau dengan orang-orang yang lebih muda saya malah repot," tambah dia.

Terkait informasi kedekatannya dengan laboratorium kesehatan Angkatan Laut Amerika Seikat, Namru, Endang mengakuinya. "Dekat dengan Namru, betul," tambah dia.

Ditambahkan Endang, dia dekat dengan banyak orang. Selain Namru, Endang juga mengaku dekat dengan Jepang dan Belanda, sebagai peneliti.

Apakah Endang lebih dekat dengan Namru daripada dengan Siti Fadilah Supari? "Kalau saya bilang dekat dengan ibu [Siti Fadilah], nanti saya dibilang sombong. Ibu kan menteri," kata Endang.

Sebelum jadi Menkes, Endang menjabat Direktur Pusat Riset dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Departemen Kesehatan sejak Februari 2007.

• VIVAnews
Kabinet Indonesia Bersatu II
"Ibu Nila Kaget Alasannya Kesehatan"
Nila mendapat kabar kegagalan jadi menteri itu, kemarin pukul 12.00 WIB.
Kamis, 22 Oktober 2009, 09:02 WIB
Ita Lismawati F. Malau, Yudho Rahardjo
Nila Djuwita Moeloek (Antara/ Widodo S Jusuf)

VIVAnews - Nama Nila Djuwita Moeloek sempat dikabarkan menjadi calon kuat jadi Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Namun, langkahnya menuju bangku menteri terganjal masalah kesehatan.

Menurut salah satu pegawai Nila yang tidak mau disebutkan namanya, Nila mendapat kabar kegagalan jadi menteri itu, kemarin pukul 12.00 WIB.

Saat VIVAnews menyambangi kediamanan Nila di Kompleks Mikasa, Patra Kuningan 7 nomor B3, Jakarta Selatan, Kamis 22 Oktober 2009, sang pembantu mengatakan Nila kaget mendapat kabar itu. "Ibu (Nila) mengatakan kalau kesehatannya terganggu, mana mungkin dia (Nila) diijinkan mengoperasi mata pasiennya," kata dia.

Dia mengatakan sudah tinggal bersama keluarga Moeloek pindah ke Jalan Patra tahun 1985.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Siti Fadila Supari.

• VIVAnews
Jawab Tudingan Terkait Namru
Pagi Ini, Menkes Endang Gelar Jumpa Pers
Terpilihnya Endang Rahayu menjadi kontroversi, terutama terkait rekam jejaknya.
Kamis, 22 Oktober 2009, 07:58 WIB
Elin Yunita Kristanti, Sandy Adam Mahaputra
Endang Rahayu Setyaningsih (Abror Rizki)

VIVAnews - Pasca diumumkan sebagai Menteri Kesehatan terpilih dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, Endang Rahayu Sedyaningsih pagi ini akan menggelar konferensi pers di rumahnya di Jalan Pendidikan Raya III, Blok JJ 55 Kompleks IKIP Duren Sawit, Jakarta Timur.

Konferensi pers dijadwalkan pukul 7.30 Waktu Indonesia Barat. Namun, sampai berita ini diturunkan Endang belum muncul.

Bangku-bangku telah ditata di lokasi pertama Endang muncul di hadapan publik. Konferensi pers digelar di ruang perpustakaan rumahnya yang berada di teras belakang. Endang akan ditemani sejumlah staf Setjen Departemen Kesehatan.

Terpilihnya Endang menjadi kontroversi. Tak hanya muncul di saat injury time, menggantikan Nila Djuwita Moeloek, rekam jejak Endang juga mengundang tanda tanya besar.

Sebab, Endang adalah staf Departemen Kesehatan, yang paling 'dekat' dengan Namru( The US Naval Medical Reseach Unit-2) atau Unit 2 Pelayanan Medis Angkatan Laut.

"Ibu Endang ini adalah orang yang paling dekat dengan Namru diantara dengan semua pegawai Depkes," kata Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah Supari.

Terpilihnya Endang, juga membuat Siti Fadilah kaget. "Semua juga kaget, ternyata, kok bisa dia. Dia itu eselon II dan tidak punya jabatan," kata Siti dalam perbincangan dengan tvOne setelah Yudhoyono mengumumkan susunan KIB II, Rabu 21 Oktober 2009.

• VIVAnews
Hikayat Namru, Dari Berkeley Hingga Jakarta
Pada tahun 1990, Indonesia menjadi pusat kendali Namru-2 untuk wilayah Asia Tenggara.
Kamis, 22 Oktober 2009, 07:29 WIB
Elin Yunita Kristanti

Hikayat Namru, Dari Berkeley Hingga Jakarta
Pada tahun 1990, Indonesia menjadi pusat kendali Namru-2 untuk wilayah Asia Tenggara.
Kamis, 22 Oktober 2009, 07:29 WIB
Elin Yunita Kristanti
Uji darah di laboratorium (ANTARA/Syaiful Arif)

VIVAnews - Nama laboratorium penyakit milik Amerika Serikat, Navy Medical Reseach Unit 2 (Namru-2) kembali jadi buah bibir saat Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono menyebut nama Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai calon terpilih Menteri Kesehatan.

Sebab, Endang adalah staf Departemen Kesehatan, yang paling 'dekat' dengan Namru.

"Ibu Endang ini adalah orang yang paling dekat dengan Namru diantara dengan semua pegawai Depkes," kata Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah Supari.

Riwayat Namru 2 di Indonesia berakhir pada 16 Oktober 2009. Melalui surat bernomor 919/Menkes/X/2009, pemerintah RI melalui Menteri Kesehatan resmi mengakhiri kerjasama dengan Namru 2.

Setelah itu, Laboratorium Namru yang berada di kompleks Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan di Jalan Percetakan Negara, Jakarta, resmi tutup.

Laboratorium Namru-2 sudah berada di Indonesia sejak 1975 berdasarkan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan AS 16 Januari 1971. Kedudukan Namru-2 awalnya di Taipei pada tahun 1955 sedangkan Namru-1 berada di Brooklyn, AS, dan Namru-3 berada di Kairo, Mesir. Keberadaan Namru-2 di Indonesia sebagai akibat terjadinya wabah penyakit pes di Boyolali 1968 dan karena pemerintah Indonesia belum mampu menanggulangi wabah tersebut maka pemerintah Indonesia meminta bantuan AS.

Unit riset Namru-2 di Jakarta adalah detasemen di bawah Komando Namru-2 yang berada di Taipei dan secara administrasi merupakan bagian Kedubes AS di Jakarta. Pada 1979 sebagai akibat konflik RRC dengan perubahan diplomatik dengan Taiwan, pusat Namru-2 dipindahkan ke Filipina. Pada 1992 dengan berakhirnya pangkalan militer AS di Filipina, Namru-2 dipindahkan ke Jakarta dan unit riset berubah dari bentuk detasemen menjadi komando yang dipimpin seorang kolonel AL (AS).

Berikut riwayat Laboratorium Namru hingga bisa berada di Jakarta yang VIVAnews kutip dari berbagai sumber:

1943, Namru-1 lahir, awalnya merupakan pengembangan dari Naval Laboratory Research Unit 1. Lokasi di kampus Universitas
Berkeley, Kalifornia.

1944, Namru-2 berdiri di Rockefeller Institute di New York, Amerika Serikat.

1945, Namru-2 dipindahkan ke Guam.

1946, Namru-3 berdiri di Mesir.

1947, Namru-2 ditutup.

1948, Namru-4 berdiri di Illinois, Amerika Serikat.

1955, Namru-2 dihidupkan lagi. Kali ini, di Taiwan.

1965, Namru-2 dibuka di Ethiopia.

1966, Namru-2, dibuka di Vietnam Selatan.

1970, Namru-2 dibuka di Jakarta. Pada saat yang bersamaan, Namru-2 di Vietnam Selatan ditutup.

1974, Namru-1 di Berkeley dan Namru-4 di Illinois ditutup. Namru-5 berdiri di Ethiopia.

1977, Namru-5 di Ethiopia ditutup akibat perubahan rezim.

1979, Namru-2 direlokasi dari Taiwan ke Filipina.

1990, Namru-2 ditransfer ke Jakarta dari Filipina akibat situasi politik di Manila memanas. Indonesia menjadi pusat kendali Namru-2 untuk wilayah operasi Asia Tenggara. Namru-2 beroperasi di Laos, Vietnam, Singapura,Thailand, dan Filipina. Sementara itu, di Kamboja dibuka semacam cabang Namru-2.

• VIVAnews

Alasan Siti Fadilah Supari Menutup Namru
Pada 16 Oktober 2009, pemerintah secara resmi menghentikan kerjasama dengan Namru 2.
Kamis, 22 Oktober 2009, 07:07 WIB
Elin Yunita Kristanti
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari (Antara/ Ahmad Subaidi)

VIVAnews - Detik-detik terakhir pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, muncul satu nama yang tak diduga-duga. Endang Rahayu Sedyaningsih disebut sebagai Menteri Kesehatan pengganti Siti Fadilah Supari.

Endang Rahayu menyingkirkan nama Nila Djuwita Moeloek, yang sebelumnya digadang-gadang menjadi Menkes.

Dipilihnya Endang Rahayu menjadi pertanyaan besar. Sebab, Endang dikenal staf Departemen Kesehatan yang dekat dengan Laboratorium Namru-2, milik Amerika Serikat, yang ditutup pendahulunya, Siti Fadilah Supari.

Menurut Siti Fadilah, Endang Rahayu pernah membawa virus flu burung yang dilarang ke luar, negeri tanpa sepengetahuan Departemen Kesehatan.

****
Naval Medical Research Unit 2 (Namru 2) adalah unit kesehatan angkatan laut Amerika yang berada di Indonesia untuk mengadakan berbagai penelitian mengenai penyakit menular. Laboratorium Namru berada di kompleks Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan di Jalan Percetakan Negara, Jakarta.

Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari telah melarang semua rumah sakit di Indonesia untuk mengirimkan sampel virus flu burung ke laboratorium Namru. Sebab, kontrak kerjasama dengan Namru telah berakhir sejak Desember 2005.

Dalam bukunya yang berjudul 'Saatnya Dunia Berubah', Siti Fadilah Supari menyoroti WHO dan negara asing lainnya memanfaatkan sampel virus flu burung Indonesia untuk dibuat vaksin, yang selanjutnya dijual ke Indonesia dengan harga mahal.

Banyak pihak mencurigai keberadaan Namru menjadi sarana kegiatan intelijen AS dengan berkedok riset.

Pada 16 Oktober 2009, pemerintah secara resmi menghentikan kerjasama dengan Naval Medical Research Unit 2 (Namru). Penghentian kerjasama ditandai dengan sebuah surat.

"Dengan hormat, pemerintah Republik Indonesia menyatakan pemberhentian kerjasama," demikian isi surat Siti Fadilah kepada Duta Besar Amerika Serikat, Cameron Hume.

Surat bernomor 919/Menkes/X/2009. Surat juga ditembuskan kepada menteri luar negeri, menteri pertahanan, menteri koordinator kesehahteraan, dan menteri sekretaris negara.

Dalam suratnya Fadilah menyatakan apresiasinya atas kerjasama dengan Namru dalam bidang kesehatan dan teknologi. Pemerintah juga menyatakan penghargaannya atas kerjasama yang telah dibangun sejak 16 Januari 1970.

• VIVAnews


Mengapa SBY Pilih Endang Jadi Menkes
Endang Rahayu Sedyaningsih adalah sosok menteri yang paling menjadi pusat perhatian.
Kamis, 22 Oktober 2009, 04:07 WIB
Ismoko Widjaya, Nur Farida Ahniar, Muhammad Hasits
Endang Rahayu Setyaningsih (Abror Rizki)

VIVAnews - Endang Rahayu Sedyaningsih adalah sosok menteri yang paling menjadi pusat perhatian. Endang tidak mengikuti audisi bersama kandidat lainnya. Lulusan Harvard School of Public Health itu justru mengikuti seleksi di saat-saat terakhir, di hari pengumuman.

Sekitar pukul 18.30 WIB, Rabu 21 Oktober 2009, juru bicara kepresidenan yang didaulat jadi Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng, memberikan keterang pers mendadak di kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Puri Cikeas, Bogor.

Andi mengatakan, Presiden SBY akan mengumumkan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II malam ini. Pengumuman akan dilakukan di Istana Merdeka.

"Jam 10 malam ini Presiden akan mengumumkan kabinet di Istana Merdeka. Paling cepat pukul 10 malam," kata Andi. Sekitar hampir empat jam lagi, Presiden SBY akan mengumumkan para menterinya.

Sejak malam sebelumnya, beredar kabar empat calon menteri yang sudah diuji kelayakan dan kepatutannya bakal tereleminasi. Sepanjang hari ini, isu itu semakin santer. Bahkan jumlahnya bertambah menjadi lima orang. "Nanti lihat sajalah," kata Andi lagi.

Sekitar pukul tujuh malam, dua sumber VIVAnews memberikan informasi mengejutkan. Presiden SBY masih mencari calon Menteri Kesehatan RI. Beredar kabar, calon yang sekarang, Nila Djuwita Moeloek, gagal lolos tes kesehatan. Presiden sedang mencari calon penggantinya.

Nila adalah dokter ahli mata dan saat ini menjabat sebagai Ketua Dharma Wanita Pusat dan Ketua Medical Research Unit FKUI sejak dua tahun lalu. Ia adalah istri mantan Menteri Kesehatan Farid Anfasa Moeloek.

Dua jam lagi Presiden SBY akan mengumumkan kabinet. SBY masih di Cikeas bersama Boediono, sang Wakil Presiden. Kabar lain pun berhembus. SBY menginginkan kriteria khusus bagi pengganti Nila.

Syarat itu antara lain, seorang wanita dan berasal dari kawasan timur. Rombongan Presiden SBY pun meluncur ke Istana Merdeka di Jakarta. Tepat pukul 22.00 WIB, Presiden SBY mengenakan baju merah didampingi Boediono. Tampak pula Hatta Rajasa di sana.

Memang mengejutkan dan sudah diprediksi sebelumnya. Saat giliran nomor 19 dibacakan, Presiden SBY benar-benar menyebut nama pengganti Nila Djuwita Moeloek. "19, Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Setyaningsih," kata SBY.

Hingga kini belum ada konfirmasi resmi mengapa SBY mengganti Nila yang sudah audisi ke Cikeas, dengan Kepala Litbang Depkes setara pejabat Eselon II itu. Bahkan, Menteri Siti Fadilah Supari menyebut Endang sebagai staf Departemen Kesehatan yang dekat dengan Laboratorium Namru-2, milik Amerika Serikat.

"Dia (Endang) adalah mantan pegawai Namru. Dia memang sekarang ini tidak mempunyai jabatan khusus sebagai peneliti biasa," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam perbincangan dengan TvOne, Rabu, 21 Oktober 2009.

Dipilihnya Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai menteri kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II membuat kaget Siti Fadilah Supari. Siti yang masih menjabat Menkes hingga pelantikan menteri baru Kamis besok, tidak habis pikir, kenapa Endang yanh terpilih.

"Semua juga kaget, ternyata, kok bisa dia. Dia itu eselon II dan tidak punya jabatan," kata Siti.

Tetapi, pro kontra ini sebenarnya sudah diprediksi SBY sendiri. Pro kontra akan bermunculkan. Namun ia menilai hal itu sesuatu yang wajar.

"Setelah diumumkan malam ini setelah dilantik besok, pasti akan menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat luas. Hampir pasti ada pihak-pihak yang tidak puas yang punya pendapat lain. Saya nilai ini wajar," kata SBY sebelum mengumumkan nama-nama menteri.

Pada tahun 2004 lalu, kata dia, hal yang sama juga terjadi. Sebelum kabinet ditetapkan muncul pro kontra. "Itulah indahnya demokrasi," kata dia.

ismoko.widjaya@vivanews.com

Kabinet Baru SBY
Endang, Dari Kepala Puskesmas Sampai Menkes
Endang satu-satunya menteri yang muncul di saat-saat terakhir.
Kamis, 22 Oktober 2009, 03:13 WIB
Ismoko Widjaya
Endang Rahayu Setyaningsih (Abror Rizki)

VIVAnews - Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Kesehatan terpilih pengganti Siti Fadilah Supari muncul di injury time atau saat-saat terakhir. Kepala Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan itu dinilai sebagai orang yang sangat dekat dengan Namru, laboratorium Amerika di Indonesia.

Siapa sebenarnya Endang Rahayu Sedyaningsih. Endang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1979).

Setelah lulus strata 1 di FK UI, Endang pun meneruskan gelar master dengan spesialisasi Kesehatan Publik. Endang pun lulus dengan gelar Master of Public Health, pada Juni 1992 dari Harvard School of Public Health, Boston, Amerika Serikat.

Di tempat kuliahnya, Endang melanjutkan studinya. Pada Maret 1997, Endang pun mendapat gelar Doctor of Public Health, dari tempat yang sama, Harvard School of Public Health.

Wanita yang tinggal di Jalan Pendidikan Raya III Blok J-55 Kompleks IKIP Duren Sawit, Jakarta, ini memiliki segudang pengalaman kerja.

Selepas kuliah di FKUI, Endang sempat bekerja di Rumah Sakit Pertamina Jakarta, pada 1979-1980. Kemudian, pada 1980-1983, Endang berangkat ke Nusa Tenggara Timur. Di lokasi ini, Endang menjabat Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Waipare, NTT.

Lalu, dia berlanjut tugas kembali ke Jakarta. Endang dipercaya bertugas di Dinas Kesehatan Provinsi DKI pada 1983-1997. Tidak hanya di level lokal dan Tanah Air, karir Endang juga terbilang gemilang di kancah dunia.

Di Badan Kesehatan Dunia (WHO), Endang memegang peran penting. Dia menjabat penasihat teknis pada Departemen Penyebaran Penyakit dan Respons di Geneva, Swiss, tahun 1997-2006.

Karir Endang terus moncer, hingga menjadi koordinator riset Avian Influensa tahun 2006. Kini, Endang menjabat Direktur Pusat Riset dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Departemen Kesehatan sejak Februari 2007, sebelum akhirnya diangkat menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

ismoko.widjaya@vivanews.com

• VIVAnews
















Tidak ada komentar: