Rabu, 22 Juli 2009

19/07/2009 - 06:54 Presiden RI dan Terorisme
Hamid Basyaib
SAUDARA-SAUDARA sebangsa Indonesia, sekali lagi sebuah sudut negeri kita diguncang bom. Begitu banyak orang yang wafat atau cidera. Mereka adalah korban kekejian orang-orang pengecut yang mengira bahwa mereka bisa memaksakan kehendaknya pada bangsa kita.

Kepada para korban dan keluarga mereka, saya atas nama pemerintah Republik Indonesia memohon maaf dan mengucapkan dukacita sedalam-dalamnya atas nestapa ini. Saya percaya, segenap anak bangsa bersikap serupa dengan saya: bersedia berbuat apa saja demi memulihkan kesehatan lahir-batin Anda.

Teror keji ini dilakukan oleh segelintir orang yang putus asa dan tak sanggup berpikir. Mereka tidak tahu cara mengungkapkan keinginan secara bermartabat. Mereka memilih cara-cara primitif dan bengis, sambil merasa menjadi pahlawan yang sedang meraih tujuan luhur.

Mereka membunuh orang-orang yang tak pernah menyakiti mereka, bahkan tak mereka kenal. Mereka memilih untuk merusak peradaban dengan cara paling biadab. Mereka menghancurkan kemanusiaan, bukan memuliakannya, seolah mereka bukan bagian dari kemanusiaan yang esa.

Teror adalah kejahatan luar biasa yang dilakukan kaum buas untuk mencapai tujuan politik. Tetapi, kembali kita menyaksikan kepengecutan memalukan. Dengan segenap pamer kebengisan tindakannya, kaum teroris itu tak kunjung berani mengakui perbuatan mereka.

Rupanya mereka menganggap tujuan politik mereka sedemikian rahasia, sedemikian pelik, atau sedemikian suci, sehingga tidak mungkin dicapai dengan selain bom. Atau bahkan mustahil untuk sekadar dibahas secara terhormat dengan pihak mana pun yang mereka anggap penyebab situasi yang tak mereka inginkan.

Mungkin mereka bertindak sekeji ini dengan mengatasnamakan ideologi tertentu. Tetapi teror mereka justeru menciderai ideologi yang mereka luhurkan itu, sehingga mereka semakin jauh dari tujuan. Mereka seolah hidup di abad berbeda, sehingga tidak sadar bahwa zaman telah lama mencabut mandatnya bagi siapapun untuk menempuh cara-cara kejam dalam meraih tujuan apapun.

Saudara-saudara sebangsa, setiap tindakan teror mengandalkan rasa takut. Tujuan mereka bukan menghancurkan objek pengeboman, melainkan sekadar menjadikannya sebagai titik-pusat penebar ketercekaman masyarakat. Mereka berniat menciptakan kecemasan sosial yang luas, yang diharap akan berubah menjadi ketidakpuasan umum terhadap penanggung jawab pengelolaan negara.

Target maksimal mereka mungkin menjatuhkan pemerintahan yang akan tampak lemah dengan kegagalan mencegah teror. Sasaran minimalnya memicu dan memelihara krisis sosial berkepanjangan, yang akan berdampak ke banyak bidang kehidupan lainnya, khususnya kemerosotan perekonomian negara.

Tetapi mereka salah duga. Bangsa kita terlalu besar untuk dihancurkan oleh teror bengis semacam itu. Masyarakat kita terlalu kuat untuk ditaklukkan oleh kekejian hewani itu. Sebagai bangsa kita memang terusik oleh perbuatan pengecut mereka. Tapi kita tidak runtuh. Kita tetap berdiri tegak dan tegar. Kita adalah bangsa tangguh. Mari kita bangkit bersama-sama melawan mereka. Kita pasti memburu mereka ke liang manapun mereka sembunyi.

Para perancang teror adalah monster-monster berdarah dingin yang dengan tenang merancang aksi dengan sistematis, lalu mempengaruhi satu-dua orang pelaksana lapangan yang mungkin tidak paham desain besarnya, dengan menjanjikan hal-hal yang tak mungkin dipenuhi.

Namun apapun motif mereka, siapapun yang terlibat dengan derajat masing-masing, kebuasan mereka tidak akan kita biarkan. Sebagai penanggung jawab utama pengelolaan negara saat ini, saya memastikan bahwa seluruh aparat hukum bekerja sekeras-kerasnya menangkap dan menyeret mereka ke pengadilan.

Dalam upaya itu, saudara-saudara semua, seluruh rakyat Indonesia, dapat memberikan bantuan besar dengan cara sederhana. Yaitu bersikap senormal mungkin sebagai anggota masyarakat, dengan tetap melakukan segala kegiatan rutin seperti biasa, dengan waspada namun tanpa menunjukkan kecemasan, apalagi kepanikan. Sebab munculnya perasaan semacam itulah inti sasaran para teroris.

Dengan cara sederhana itu saudara-saudara akan berhasil mencapai dua tujuan sekaligus: membantu aparat hukum agar mereka dapat menjalankan tugas penegakan hukum dengan lancar, dan menggagalkan tujuan utama para teroris, yaitu menciptakan rasa tercekam di sanubari saudara-saudara.

Dengan cara ini pula maka aksi teroris apapun tidak akan efektif, sehingga para perancangnya, yang mungkin masih beriktikad melancarkan teror-teror berikutnya, tahu bahwa tindakan mereka pasti sia-sia, karena masyarakat tidak segentar yang mereka kira.

Semoga Tuhan Yang Maha Rahim senantiasa meridai ikhtiar-ikhtiar terbaik kita sebagai bangsa, dan merahmati kita dengan kekuatan dan ketabahan untuk mengatasi cobaan ini. Terima kasih.

Saya berharap mendengar Presiden kita mengucapkan pernyataan semacam itu dalam situasi luar biasa ini. Saya kecewa. Yang saya dengar adalah sesuatu yang lain.

Penulis adalah Direktur Eksekutif Strategic Political Intelligence (SPIN) [L1]

Tidak ada komentar: