Rabu, 22 Juli 2009

abu, 22/07/2009 16:15 WIB
Teror Bom
Kapolda Jateng Minta Masyarakat Waspadai Orang Tak Dikenal
Triono Wahyu Sudibyo - detikNews

dok detikcom
Jakarta - Selama ini, Jateng kerap disisir terkait aksi teror. Untuk mencegah aksi teror, polisi meminta masyarakat mewaspadai orang tak dikenal yang tinggal di lingkungan sekitarnya.

"Masyarakat harus lebih aktif melaporkan keberadaan dan kegiatan orang tak dikenal," kata Kapolda Jateng, Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo di Mapolda, Jl. Pahlawan Semarang, Rabu (22/7/2009).

Alex menjelaskan, sejauh ini, kepolisian telah meningkatkan keamanan dengan patroli, penjagaan obyek vital, mal, dan lokasi publik lainnya. Hasil kegiatan ini akan lebih optimal jika masyarakat menginformasikan keanehan-keanehan di lingkungan sekitarnya.

"Tolong informasikan ke polisi terdekat agar hal-hal buruk dapat dicegah," ungkapnya.

Alex menambahkan masyarakat juga diimbau agar tidak mudah terbujuk rayu oleh orang tak dikenal. Bisa jadi, rayuan itu mengarah kepada aksi terorisme.

Terkait soal persembunyian anggota teroris yang sebagian berada di Jateng, Alex menegaskan anggota teroris bisa di mana saja. Mereka bergerak dan bersembunyi di tempat-tempat yang diperkirakan aman.

"Kalau ingin tahu soal pilihan tempat persembunyian, tanya terorisnya," kata Alex diiringi derai tawa sejumlah wartawan.

(try/djo)
Rabu, 22/07/2009 16:30 WIB
Habib Abdurrahman: Kalau Bukan Nur Said Tugas Polisi Cari Yang Lain
Indra Subagja - detikNews

Jakarta - Nama Nur Said muncul sebagai pelaku bom Hotel JW Marriott dari pernyataan Habib Abdurrahman Assegaf. Namun tes DNA menyatakan Nur Said bukanlah pelaku bom yang potongan kepalanya ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).

Bagaimana tanggapan Habib Abdurrahman Assegaf atas fakta tersebut? Habib mengaku menyebut nama Nur Said karena Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri (BHD) memberi inisial N. Dalam data teroris yang dimiliki Habib, N adalah Nur Said.

"Waktu itu saya hanya menyerahkan data, kemudian polisi yang buktikan, nama Nur Said muncul karena polisi menyebut N, dalam data Pamulang yang saya punya inisial N itu Nur Said ya saya serahkan ke polisi," jelas Abdurrahman yang juga Ketua Umum Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) saat, dihubungi detikcom melalui telepon, Rabu (22/7/2009).

Habib menyerahkan kepada polisi untuk mengusut pelakunya. "Tes DNA akurat, sekarang kalau bukan Nur Said itu tugas polisi cari yang lain. Polisi memulai dengan inisial N, di data saya N itu Nur Said, jadi tangkap dong," terangnya.

Dia mengaku mendapat data yang disebutnya data Pamulang dan berisi nama-nama anggota jaringan Noordin M Top. Data itu didapatkan dari Biro Investigasi Gerakan Umat Islam Indonesia.

"Dokumen ini berisi data sejak 2007-2009 ada 10 nama di dalamnya ada nama-nama antara lain Tedi, Jaja, dan Arif ajudan Noordin. Mereka semua masih ada di sekitar Jawa," tutupnya.

(ndr/iy)

Rabu, 22/07/2009 16:35 WIB
Istri Noordin M Top Ditangkap
Pengacara Masih Kebingungan Keberadaan Arina
Ken Yunita - detikNews

Jakarta - Di mana Arina, yang diduga menjadi istri Noordin M Top setelah ditangkap polisi? Pengacara Arina mengaku tidak tahu di mana kliennya sekarang berada.

Anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Ahmad Michdan, yang menjadi pengacara Arina telah menanyakan keberadaan sang klien kepada Densus 88 Jawa Tengah. Namun polisi Jawa Tengah menegaskan tidak tahu.

"Jadi mungkin dibawa tim dari pusat (Mabes Polri) tapi ya kami belum dapat konfirmasinya," kata Michdan kepada detikcom, Rabu (22/7/2009).

Informasi yang diterima TPM, Arina diambil polisi bersama anak dan ibunya. "Tapi siapa yang mengambil kita juga belum mendapat konfirmasi," kata Michdan.

Ayah Arina, Baharudin Latif (sebelumnya ditulis Baridin) telah menghilang beberapa hari sebelumnya. Baharudin disebut-sebut sebagai orang yang selama ini melindungi Noordin M Top.

Arina sendiri menegaskan tidak mengetahui suaminya adalah Noordin M Top, gembong teroris yang paling dicari. Yang Arina tahu, sang suami bernama Abdul Halim.

(ken/iy)
Rabu, 22/07/2009 16:58 WIB
Penembakan PT Freeport
Polisi Tetapkan 8 Orang Tersangka
Muhammad Taufiqqurahman, Didit Tri Kertapati - detikNews
Jakarta - Polisi sudah menetapkan 8 tersangka dari 15 orang yang ditangkap pada Senin 20 Juli 2009 lalu, terkait insiden penembakan di kawasan PT Freeport McMoran Indonesia. Pagi ini ada peristiwa penembakan lagi yang pelakunya masih dalam penyelidikan.

"Polisi sudah menetapkan 8 tersangka dari 15 pelaku yang ditangkap," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna dalam jumpa pers di Cafe Ginger Republic, Bellagio, Mega Kuningan, Jakarta Pusat, Rabu (22/7/2009).

Sedangkan Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak mengatakan insiden penembakan terjadi lagi di Mile 51 pada pukul 11.15 WIT. 12 Bus karyawan yang sedang berkonvoi dengan kawalan polisi ditembaki dan mengenai mobil mekanik PT Freeport.

"Korban yang tertembak satu orang anggota Polres Mimika dan 1 karyawan Freeport. Keduanya kini sedang dirawat di Klinik Kuala Kencana. Pelaku penembakan belum dapat kita ketahui. Dan kita belum tahu lukanya di bagian mana saja," ujar Sulistyo di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan.

Selain penembakan juga ada kejadian satu lagi di Mile 45. Terjadi kecelakaan mobil pengawal dari Tembagapura menuju ke Freeport. Mobil itu terbalik dan mengakibatkan satu anggota Brimob meninggal dunia dan 4 orang luka-luka.

"Yang luka-luka 2 anggota TNI, 1 karyawan biasa dan 1 Brimob. Yang meninggal dari Brimob Bripda Ismail Todohu. Mereka yang luka dirawat di Klinik Kuala Kencana," jelas Sulistyo.

Sebelumnya Polisi menahan 15 orang pada Senin 20 Juli kemarin. Mereka adalah:

1. Dominggus Beanal.
2. Tommy Beanal
3. Yani Sarin Beanal
4. Eltinus Beanal
5. Yonas Wamang
6. Victor Beanal
7. Simon Beanal
8. Petrus Kanisius Taturdas
9. Samuel Totti
10. Amom Yawame
11. Yoseph Sikora
12. Matius Agustinus
13. Bernardus Napite
14. Yustinus Boaka
15. Andel Kiwak.

(nwk/iy)
Rabu, 22/07/2009 17:01 WIB
Bom JW Marriott & Ritz-Carlton
Ibrahim Sempat Pulang ke Cililitan Kecil untuk Ambil Dokumen
Didi Syafirdi - detikNews

Jakarta - Ibrahim dan keluarganya mulai tidak menempati rumah di Cililitan Kecil, Jakarta Timur, lagi sejak banjir melanda daerah itu pada 2007. Namun, dia sempat kembali ke rumah itu untuk mengambil dokumen-dokumen.

"Setelah banjir reda, mereka sekeluarga kembali lagi. Hanya mengambil beberapa dokumen dan buku-buku saja, tanpa membersihkan kondisi rumah yang penuh dengan lumpur," kata bekas tetangga Ibrahim, Arif (39), Rabu (22/7/2009).

"Setelah itu entah ke mana mereka menghilang sekeluarga, tidak pamit. Seluruh isi rumah seperti kursi kasur, kompor gas, dan kursi itu ditinggalkan begitu saja," kata pria berambut cepak ini.

Setahun kemudian, kenang Arif, kakak Ibrahim, Supri, datang ke rumah tersebut dan mengangkut barang-barang yang tertinggal. Pada waktu itu, dia sempat bertanya kepada Supri mengapa rumah dibiarkan begitu saja tanpa penghuni.

"Karena musibah banjir setahun sekali, kita capek membersihkannya," kata Supri seperti ditirukan Arif. Cililitan Kecil merupakan daerah di pinggir Kali Ciliwung dan rawan tergenang banjir.

Tak hanya mengambil barang, imbuhnya, Supri juga sempat menawarkan rumah itu seharga Rp 150 juta. Pernah ada yang menawar, namun harganya tidak cocok. Sehingga rumah berlantai dua itu kini kosong dan tidak terawat.

"Sampai saat ini tidak pernah terlihat lagi orangnya," pungkas Arif.

Ibrahim sebelumnya diduga sebagai pelaku pengeboman di Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton pada Jumat 17 Juli pekan lalu. Namun, setelah melakukan tes DNA, polisi memastikan laki-laki yang bekerja sebagai florist di hotel Ritz-Carlton itu tidak terlibat pengeboman yang menewaskan 9 orang itu.

Kendati demikian, keberadaan Ibrahim hingga kini masih misterius. Saksi mata mengatakan, Ibrahim lari menyelamatkan diri saat terjadi ledakan di pagi hari itu. (irw/ken)
Rabu, 22/07/2009 17:07 WIB
Terkait Ibrahim, Polisi Periksa Karyawan Florist Ritz-Carlton
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Pasca ledakan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, sejumlah orang dilaporkan hilang, termasuk Ibrahim, karyawan florist di Ritz-Carlton. Beberapa karyawan florist pun diperiksa sebagai saksi untuk mengetahui jejak Ibrahim.

"Saya diperiksa Senin (20/7) malam," kata karyawan florist di Ritz Carlton yang enggan di sebut namanya kepada wartawan di Kuningan, Rabu (22/7/2009).

Banyak pertanyaan yang dikeluarkan pihak kepolisian kepada saksi menyangkut peristiwa meledaknya bom di hotel tersebut. Tak hanya itu, mereka pun ditanya menyangkut Ibrahim.

"Ya soal kejadian, dimana waktu itu, sedang apa dan sebagainya. Soal dia (Ibrahim) juga," katanya.

Bahkan hingga kini, KTP para saksi pun masih ditahan polisi. "KTP saya masih di sana (Mabes Polri)," ungkapnya.

Meski demikian, sumber mengaku tidak berkeberatan. "Kita mau bantu pihak kepolisian. Saya juga tidak ingin teroris tinggal di negara kita," ungkapnya.

(mei/ndr)
Rabu, 22/07/2009 17:16 WIB
Florist Ritz-Carlton Ibrahim Dikenal Temannya Pendiam & Taat Beribadah
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Sosok Ibrahim, yang kini keberadaannya misterius adalah orang yang pendiam di mata teman-temannya. Dia juga dikenail rajin beribadah, dan salat lima waktu pun tak pernah dia tinggalkan.

"Dia orangnya pendiam. Sholat nggak pernah telat," kata karyawan Ritz-Carlton yang enggan disebut namanya kepada wartawan, Rabu (22/7/2009).

Tak banyak kata-kata yang Ibrahim ucapkan saat berbincang dengan teman-temannya. Ibrahim lebih banyak bicara soal agama ketika berkumpul dengan temannya.

"Sering ngajak soal agama saja paling," katanya.

Ibrahim dan temannya yang lain sering berkumpul di kantin saat jam makan. Di kala itulah, dia sering bercerita soal agama kepada teman-temannya.

Karin Ibrahim itu juga menerangkan, Ibrahim terdaftar sebagai karyawan Cinthya Florist sejak 2004. "Tidak lama setelah Grand Opening Ritz Carlton, dia melamar ke situ," urainya.

Sebelum melamar ke bagian Florist di Ritz Carlton, Ibrahim juga pernah bekerja di bagian yang sama di Hotel Mulia. Hasil tes DNA polisi tidak menemukan kecocokan DNA keluarga dengan salah satu korban bom.

(mei/ndr)
Rabu, 22/07/2009 17:21 WIB
Istri Noordin M Top Ditangkap
Suami Arina Kerap Pergi Lama
Ken Yunita - detikNews

Jakarta - Selama menikah, Arina tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan dari suaminya yang diduga adalah Noordin M Top. Namun ibu dua anak itu mengakui suaminya, yang dikenalnya bernama Abdul Halim memang kerap pergi lama.

Menurut cerita Arina kepada Tim Pengacara Muslim (TPM), suaminya sering pergi untuk mengajar. Waktu pergi suaminya pun tidak tentu.

"Suaminya katanya memang sering pergi sampai ke Sulawesi kadang sampai berbulan-bulan," kata anggota TPM Ahmad Michdan kepada detikcom, Rabu (22/7/2009).

Menurut Michdan, Arina sempat meminta kepada suaminya agar diajak pergi ke daerah untuk mengajar. Namun permintaan itu ditolak dengan alasan tempat mengajar berpindah-pindah.

"Jadi katanya kalau mengajar pindah-pindah, jadi nggak diizinkan ikut," kata Michdan.

Selain itu, Arina juga tidak pernah menemukan suaminya membawa barang-barang yang mencurigakan seperti bom atau senjata api. Karena itu, Arina mengaku syok ketika suaminya disebut sebagai gembong teroris paling dicari, Noordin M Top.

"Dia nggak tahu Noordin M Top, makanya dia kaget pas dibilang kalau suaminya Noordin M Top," kata Michdan.

Berita mengejutkan itu diterima Arina sekitar 3 minggu yang lalu. Saat itu, rumahnya di Cilacap didatangi polisi. Beberapa barangnya juga diambil.

Setelah peristiwa itu, Arina pergi ke Jakarta untuk menemui TPM. "Dia baru ketemu saya dua minggu yang lalu. Dia ketakutan dan minta perlindungan," kata Michdan.

(ken/iy)

Rabu, 22/07/2009 17:31 WIB
Misteri Tulisan Arab, Kaos Ritz, dan Gambar Gedung Tinggi di Rumah Ibrahim
Didi Syafirdi - detikNews

Jakarta - Rumah kusam berlantai dua yang sarat sarang laba-laba itu mendadak ramai, Rabu (22/7/2009). Rumah di Jalan Cililitan Kecil, Jakarta Timur itu pernah ditinggali Ibrahim, seorang florits di Hotel The Ritz-Carlton. Keberadaan Ibrahim hingga kini masih misterius, sama misteriusnya dengan tulisan Arab, kaos Ritz, dan gambar gedung bertingkat di bekas rumahnya itu.

Puluhan wartawan dan juga warga memasuki rumah yang atapnya sudah jebol di sana-sini. Rumah bercat putih itu sudah tak terawat, dipenuhi sampah dan barang yang terletak tak beraturan. Menurut warga setempat, rumah ini memang sudah tidak ditempati oleh pemiliknya sejak 2007, meski sebenarnya masih ada barang yang layak dipakai, seperti kursi tamu ukir berwarna merah.

Ibrahim dan keluarganya tinggal di rumah ini sejak lama, sekitar 20 tahun lalu. Setelah ayahnya meninggal dunia pada 2006, Ibrahim dan istri dan juga kakaknya tetap tinggal di situ. Sampai pada akhirnya, banjir 2007 menggenangi kawasan itu, termasuk rumah keluarga Ibrahim yang terletak di gang sempit itu. Sejak itu, Ibrahim dan keluarga pun pindah.

Warga setempat tidak tahu ke mana Ibrahim dan keluarga pindah, karena mereka tidak pernah cerita kepada warga. Yang jelas, tak satu pun anggota keluarganya tinggal di situ lagi. Pernah suatu waktu, ada kakak Ibrahim datang dan berniat menjual rumah dan tanah itu. Namun, hingga kini, rumah itu belum terjual. Sejumlah barang yang ada di rumah itu, diangkut sedikit demi sedikit dan barang-barang lainnya dibiarkan terbengkalai begitu saja.

Begitu Ibrahim disebut-sebit hilang akibat bom di Marriott dan Ritz-Carlton 17 Juli 2009 lalu, warga pun ingat kembali tentang Ibrahim. Apalagi di sejumlah media massa disebut-sebut bahwa Ibrahim yang hilang misterius itu adalah florist di Ritz-Carlton. Warga semakin yakin bahwa Ibrahim yang dimaksud adalah Ibrahim yang pernah lama tinggal di Cililitan Kecil itu.

Kabar cepat berhembus, sehingga puluhan wartawan datang. Rumah pun jadi perhatian. Wartawan dan sejumlah warga yang selama ini tidak pernah masuk ke dalam rumah, kini mencoba melihat-lihat isi rumah yang sudah porak-poranda itu. Dan hasilnya, ada beberapa yang menarik dan sekaligus menjadi misteri.

Di sebuah ruang lantai dua, diperkirakan sebagai ruang tengah atau musala, terdapat tulisan Arab di dua dinding. Di satu dinding, tulisan itu menggunakan seni kaligrafi, ditulis dengan menggunakan cat hijau. Tulisan itu bertuliskan: "Nawwiruu buyutakum bissalati wa qiraatil quran". Diduga kalimat itu berarti 'Sinarilah rumahmu dengan mendirikan salat dan membaca AlQuran'.

Di dinding seberangnya, ada juga tulisan kaligrafi Arab berwarna hitam. Namun, tulisan ini bukan tulisan cat langsung, tapi ditulis di atas triplek dan ditempel di dinding. Tulisan Arab itu berbunyi, "Allahu ghoyatuna, Al Quranu dusturuna, Arrasulu qudwatuna, Al Jihadu Sabiluna, dan Al Mautu fi Sabilillahi asma amaniina." Arti dari kalimat ini "Allah tujuan kami, Al Quran petunjuk kami, Rasul teladan kami, jihad adalah jalan kami, dan mati di jalan Allah cita-cita kami".

Dua kalimat bahasa Arab itu sebenarnya hal biasa bagi orang-orang yang pernah menjadi siswa pesantren. Namun, terkadang kalimat itu menjadi sensitif dan diartikan salah bagi banyak orang, karena ada istilah 'jihad'. Di berbagai pesantren, terutama kalimat bahasa Arab yang diawali 'Allahu ghoyatuna' sangat umum terdengar untuk memacu santri dalam beribadah dan belajar. Meski semboyan itu juga sering muncul di buku-buku para pejuang dan pergerakan Islam, termasuk perjuangan Ikhwanul Muslimin di negeri Mesir.

Tapi, apakah tulisan Arab itu memang sejak dulu tertulis dan tertempel di dinding itu? Apakah ada orang yang memasang tulisan itu baru-baru ini untuk memojokkan Ibrahim? Ini yang belum dipastikan. Namun, dilihat dari dinding ruangan itu, tulisan itu sudah dipasang lama. Dan bila dipasang dari dulu, karena Ibrahim dan keluarganya dikenal sebagai warga yang taat beribadah, hal itu ada adalah sesuatu yang wajar.

Selain tulisan bahasa Arab itu, yang cukup mengejutkan ada kaos warna putih bertuliskan 'Ritz-Carlton' yang digantung di bawah kalimat bahasa Arab itu. Sedang di bawah kaos itu, terdapat gambar gedung bertingkat yang dilengkapi dengan coret-coret tak jelas menggunakan pensil di dekat gedung bertingkat itu.

Apakah ada maksud tertentu dari gambar itu? Apa kaitannya dengan ledakan bom di Marriott dan Ritz-Carlton? Yang jelas, hasil tes DNA, Ibrahim bukan pelaku bom. Jenazah-jenazah korban tewas yang ada di RS Polri juga tidak ada yang beridentitas Ibrahim. Ke mana Ibrahim? Masih misterius. (asy/iy)
Rabu, 22/07/2009 17:41 WIB
Bom Marriott & Ritz-Carlton
Hasil Tes DNA Negatif, Keluarga Nur Said Juga Gembira
Parwito - detikNews

dok detikcom
Jakarta - Kegembiraan juga dirasakan keluarga Nur Said terkait pernyataan Mabes Polri bahwa Nur Said bukan pelaku peledakan di Hotel JW Marriott Jakarta. Mereka mengaku merasa sangat bersyukur.

"Keluarga merasa bersykur. Alhamdulillah," kata Udi Mas'ud, adik dari Nur Said, saat dihubungi melalui telepon, Rabu (22/7/2009).

Mas'ud menambahkan, sejak dari awal keluarga tidak yakin orang yang berada dalam rekaman CCTV Hotel JW Marriott adalah Nur Said. Sebab ciri-ciri orang yang diduga sebagai pelaku peledakan itu sangat berbeda dengan Nur Said.

"Dilihat dari postur tubuhnya, cara berjalanya, dan ciri-ciri wajahnya, kami yakin bahwa itu bukan Nur Said," tegas Mas'ud.

Meski senang dengan tersebut, keluarga Nur Said masih enggan menemui wartawan secara langsung. Mereka juga menolak diambil gambarnya dengan kamera.

Pantauan detikcom, suasana rumah orang tua Nur Said di Dusun Katekan, Desa Katekan, Kecamatan
Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, itu terlihat sepi. Tidak terdengar ada kegiatan apa pun di dalam rumah tersebut.

Kepala Dusun Katekan, Kukuh Riyanto, mengatakan kedua orang tua Nur Said dan Udi Mas'ud sudah pulang dari Mabes Polri untuk tes DNA. Namun, sambung Kukuh, ketiganya tidak kembali ke rumah mereka di Dusun Ketekan.

"Yang pasti saya tidak tahu dimana keberadaan Pak Haji Nasir, Bu Tumini dan Udi Mas'ud. Yang saya tahu kemarin sudah pulang," tegas Kukuh.


(djo/djo)
Rabu, 22/07/2009 17:44 WIB
Disebut Istri Noordin M Top, Arina Syok
Ken Yunita - detikNews

Jakarta - Arina syok bukan kepalang saat polisi mendatangi rumahnya di Cilacap. Tak cuma itu, polisi juga menyebutnya sebagai istri teroris paling dicari, Noordin M Top.

"Dia kaget, syok waktu pulang ke rumah ternyata rumahnya sudah didatangi polisi dan barang-barangnya diambil," kata anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Ahmad Kholik saat berbincang dengan detikcom, Rabu (22/7/2009).

Kepada TPM, Arina mengaku sangat takut dan tidak tahu harus berbuat apa. Namun dengan bantuan beberapa kerabatnya, Arina akhirnya menemui TPM di Jakarta.

"Jadi sekitar 2 minggu lalu dia ke TPM minta perlindungan tapi kita belum mendapat cerita detailnya," kata Kholik.

Sementara itu anggota TPM lainnya, Ahmad Michdan mengatakan, Arina dengan tegas mengatakan tidak mengetahui tentang Noordin M Top. Selama ini, suami dikenalnya dengan nama Abdul Halim.

"Proses nikahnya itu dulu dia lagi sekolah di Yogyakarta dipanggil pulang terus dinikahkan begitu saja. Jadi dia sama sekali nggak kenal dengan suaminya itu," kata Michdan.

Arina bersama dua anaknya dan ibunya, Rahayu Dwi Astuti dikabarkan telah ditangkap polisi pada pukul 10.30 WIB. Namun hingga kini, pengacara TPM belum mengetahui pasti di mana keberadaan Arina.
(ken/iy)

Rabu, 22/07/2009 17:47 WIB
Bom JW Marriott & Ritz-Carlton
Widodo AS Minta Stop Pernyataan Kontraproduktif
M. Rizal Maslan - detikNews

Jakarta - Menko Polhukam Widodo AS mengimbau segenap komponen bangsa untuk bersatu mendukung pemerintah mengungkap aksi bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, bukan mengeluarkan pernyataan yang kontraproduktif.

"Masih ada komentar berbagai pihak yang tidak menjadi bagian dari solusi bersama untuk membantu aparat," kata Menko Polhukam Widodo AS usai bertemu Menhan Juwono Sudarsono di kantor Dephan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (22/7/2009).

Ketika ditanya siapa yang mengeluarkan pernyataan kontraproduktif itu, Widodo enggan membocorkannya. "Saya kira teman-teman tahulah. Ada pernyataan yang justru tidak memberikan kontribusi," ujarnya.

Widodo menegaskan apa yang disampaikan Presiden SBY pada Jumat 17 Juli 2009 lalu adalah fakta. Pemerintah dan aparat punya kewajiban mengingatkan masyarakat atas bahaya terorisme yang eksis dan nyata.

"Kami mengingatkan masyarakat bukan untuk menakuti tetapi membangun kewaspadaan bersama agar tidak lalai dan lengah. Karena kekurangwaspadaan akan membuat teroris dengan leluasa melakukan aksinya," kata Widodo.

Dikatakan dia, Polri dibantu aparat terkait telah dan terus melakukan langkah investigasi berdasarkan olah TKP.

(aan/ndr)
Rabu, 22/07/2009 17:53 WIB
Florist Ritz-Carlton Ibrahim Berhutang untuk Biayai Persalinan Istrinya
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Sosok Ibrahim, karyawan florist di Ritz Carlton masih misterius pasca ledakan bom di Ritz Carlton dan JW Marriott. Teman kerjanya mengungkapkan Ibrahim pernah berhutang ke kantornya.

"Katanya buat biaya lahiran anaknya yang keempat," kata karyawan florist di Ritz Carlton yang enggan disebut namanya kepada wartawan di Kuningan, Rabu (22/7/2009).

Karib Ibrahim itu menerangkan, dia mengetahui hutang Ibrahim dari catatan hutang di kantornya. "Saya nggak tahu berapa, saya pernah lihat tandatangan Ibrahim tertera di situ (catatan hutang pegawai)," katanya.

Menurutnya, hal itu wajar di kalangan pegawai. Namun menurut sumber, Ibrahim tidak pernah bercerita soal hutang-hutangnya kepada teman-temannya.

"Saya juga nggak mau tahu urusan orang itu," urainya.

Beberapa saat setelah peristiwa pemboman, karyawan Ritz Carlton menemukan surat wasiat Ibrahim. Isi surat tersebut agar pihak keluarga Ibrahim melunasi hutang hutangnya.

Sementara itu, keberadaan Ibrahim hingga kini masih misterius. Awalnya, Ibrahim diduga sebagai pelaku bom bunuh diri.

Namun hal itu terbantahkan dengan munculnya hasil tes DNA yang menyatakan identitas 2 mayat yang belum teridentifikasi di Ritz Carlton, bukanlah Ibrahim.

(mei/ndr)

Rabu, 22/07/2009 18:02 WIB
Manajemen Ritz-Calton: Ibrahim Bukan Karyawan Kami
Arifin Asydhad - detikNews

Jakarta - Ibrahim, pria yang masih dinyatakan hilang setelah bom meledak 17 Juli 2009 lalu, masih terus dicari. Ibrahim memang bekerja sebagai florist (perangkai bunga). Namun, Ibrahim bukanlah karyawan Ritz-Carlton.

"Ibrahim bukan karyawan Ritz-Carlton. Ibrahim merupakan karyawan dari perusahaan perangkai bunga yang disewa Ritz-Carlton," kata Direktur Humas Ritz-Carlton Els Ramadinta kepada detikcom, Rabu (22/7/2009). Els meluruskan informasi karena selama ini Ibrahim sering disebut-sebut sebagai karyawan Ritz-Carlton.

Menurut Els, perusahaan perangkai bunga yang menjadi tempat bekerja Ibrahim, memang sudah disewa oleh Ritz-Carlton sejak lama. "Perusahan perangkai bunga itu sudah kami sewa sejak Ritz diresmikan tahun 2005," jelas dia.

Els juga membantah bahwa Ibrahim memiliki kios perangkai bunga di hotel Ritz-Carlton. "Yang benar, memang ada tempat yang disediakan untuk merangkai bunga. Tapi, bukan kios," ujar dia.

Mengenai kerusakan akibat bom dahsyat pada 17 Juli 2009 lalu, Els menegaskan kerusakan yang dialami Ritz-Carlton hanya di ruang restoran Erlangga. "Lobi dan kamar-kamar masih oke, tidak mengalami kerusakan. Hanya di Erlangga," ujar dia.

Dia berharap Ritz-Carlton bisa dibuka segera dan beroperasi secara normal. Pihaknya saat ini masih menunggu keputusan polisi. "Kalau memang polisi sudah selesai melakukan penyidikan, kami akan buka secepatnya," kata perempuan ramah ini.

Saat ditanya adakah karyawan Ritz-Carlton yang hilang hingga kini setelah ledakan terjadi, Els menegaskan, tidak ada karyawannya yang hilang. "Ada karyawan kita yang terluka, tapi setelah dirawat sebentar, sudah diizinkan pulang," tutur Els.
(asy/iy)
Rabu, 22/07/2009 18:11 WIB
Bom Marriott & Ritz-Carlton
Keluarga Nur Said Minta Abdurrahman Assegaf Hati-hati Bicara
Parwito - detikNews

dok detikcom
Temanggung - Keluarga menyambut baik pernyataan Mabes Polri bahwa Nur Said bukan pelaku peledakan di Hotel JW Marriott Jakarta. Dan terkait hal itu pula, keluarga meminta Ketua Umum Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) Habib Abdurrahman Assegaf berhati-hati menyampaikan pernyataan.

"Saya minta agar dikemudian hari Bapak Assegaf berhati-hati kalau keluarkan statemen," kata Udi Mas'ud, adik kandung Nur Said, saat berbincang-bincang dengan detikcom melalui telepon, Rabu (22/7/2009).

Sekadar diketahui, Abdurrahman Assegaf adalah orang yang pertama menyebut nama Nur Said sebagai pelaku peledakan di JW Marriott. Menurut Mas'ud, keluarganya sangat terpukul dengan pernyataan Abdurrahman Assegaf tersebut.

"Kita pasrah saja mas. Kita ini keluarga yang awam hukum. Hanya itu saja yang kami minta, Pak Assegaf agar berhati-hati mengeluarkan statemen," tegas Mas'ud.

Dihubungi terpisah, Abdurrahman Assegaf mengaku menyebut nama Nur Said karena Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri (BHD) memberi inisial N. Dalam data teroris yang dimilikinya, N adalah Nur Said.

"Waktu itu saya hanya menyerahkan data, kemudian polisi yang buktikan. Nama Nur Said muncul karena polisi menyebut N, dalam data Pamulang yang saya punya inisial N itu Nur Said, ya saya serahkan ke polisi," jelas Abdurrahman.
(djo/djo)
Rabu, 22/07/2009 18:12 WIB
Bom JW Marriot & Ritz-Carlton
KSAD: TNI AD Siap Perangi Terorisme
M. Rizal Maslan - detikNews

Jakarta - Geram dengan serangan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo menyatakan pihaknya siap memerangi terorisme. TNI AD telah membentuk Desk Anti Teror di setiap Komando Daerah Militer (Kodam) se-Indonesia.

"Perbuatan-perbuatan teroris tidak diperbolehkan oleh agama manapun dan masyarakat di dunia manapun, TNI AD setiap saat siap memerangi terorisme," kata KSAD saat menerima kunjungan Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) Parni Hadi di kantornya, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (22/7/2009).

Menurut Agustadi, pada tanggal 5 Oktober 2005 silam, Presiden SBY telah mengintruksikan kepada TNI untuk membantu mengatasi terorisme.

"TNI sepakat memberantas terorisme dan TNI AD menindaklanjuti dengan membentuk Desk Anti Teror di setiap Kodam-kodam termasuk di Markas Besar Angkatan Darat secara berjenjang sesuai dengan kewenangan pejabat-pejabat tersebut," jelasnya.

Dijelaskan Agustadi, Desk Anti Teror adalah untuk mencari dan menyajikan informasi-informasi yang akan dilaporkan kepada KSAD dan Panglima TNI sebagai bahan pertimbangan untuk menangani terorisme.

"Semuanya terkoordinir dengan baik. Kemudian dalam rangka penanganan dini TNI AD sebagai pembina kekuatan menyiapkan Detasemen 81 Anti Teror (Den-81 Gultor) dari Kopassus," tandasnya.

(zal/irw)
Rabu, 22/07/2009 18:26 WIB
Ibrohim Bukan Ibrahim, Nama Yang Tertera di Slip Gaji Hotel Mulia
Didi Syafirdi - detikNews

Foto: Reno Nugraha/detikcom
Jakarta - Siapakah Ibrahim, florist yang bekerja di salah satu toko bunga di Hotel Ritz-Carlton, masih misterius. Keberadaan pria berkulit putih itu pun belum diketahui rimbanya.

Dari penelusuran detikcom di rumah orang tuanya di Jalan Cililitan Kecil, Jakarta Timur, Rabu (22/7/2009) sosok Ibrahim sedikit terkuak. Pria yang kini memiliki istri di Kuningan, Jawa Barat itu dulu juga pernah bekerja di Hotel Mulia Senayan.

Hal itu terlihat dari setumpuk slip gaji yang ditemukan di rumah yang telah kosong sejak 2007 itu. Namun yang sedikit berbeda, slip gaji itu tertulis Ibrohim bukan Ibrahim.

Di slip gaji itu, Ibrohim tercatat sebagai karyawan di Departemen Flower Shop sebagai florist attd. Slip gaji itu dikeluarkan pada tahun 2002 hingga 2005.

Namun saat ditanya kepada warga yang tinggal di sekitar rumah tersebut, orang-orang mengenalnya dengan nama Ibrahim. "Panggilannya Aam," kata Arif salah satu tetangga yang tinggal di depan rumah orang tua Ibrahim.

Tetangga lainnya juga menyebut nama pria yang telah dipastikan polisi bukan pelaku pengemboman di Mega Kuningan itu memang Ibrahim. "Dia orangnya ramah, meski pendiam tapi kalau bertemu orang selalu ramah," kata perempuan yang enggan disebut namanya itu.

(ken/iy)
Rabu, 22/07/2009 18:53 WIB
Hendrawan, Warga Malang Ditangkap Densus 88
Muhammad Amindudin - detikNews

Kontrakan Hendrawan (Foto: Aminuddin/detikcom)
Malang - Detasemen 88 Anti Teror kembali menangkap jaringan teroris yang terkait dengan Dr Azahari di Solo, Jawa Tengah. Dia adalah Hendrawan (50), tercatat sebagai warga Dusun Santrean RT 04/ RW 01, Desa Sumberejo, Kecamatan/Kota Batu, Malang, Jawa Timur.

Ketua RT 04/RW 01 Desa Sumberejo, Kecamatan/Kota Batu Sunardi menyatakan Hendrawan ditangkap di Solo. Sunardi mengetahui penangkapan itu karena saudara iparnya, Hendra, menjadi sopir yang disewa Hendrawan untuk ke Solo.

"Hendra langsung telepon katanya Pak Hendrawan ditangkap polisi bersama istrinya. Ia bilang saya tak tahu masalahnya apa saya masih di Solo," kata Sunardi saat ditemui detikcom, Rabu (22/7/2009).

Kamsun, pemilik rumah yang dikontrak Hendrawan mengatakan penangkapan terjadi pada awal Juli 2009. Dia menuturkan, ada 7 polisi bersama istri Hendrawan, Najwa, mendatangi kontrakan Hendrawan. Polisi datang untuk mencari berkas-berkas dari kontrakan Hendrawan.

"Mereka menggunakan mobil Avanza warna hitam. Seingat saya itu hari Rabu tanggalnya saya lupa," cerita Kamsun.

Kepada Kamsun, polisi mengatakan Hendrawan ditangkap karena masa izin paspornya sebagai warga Singapura telah habis.

"Polisinya juga pesan Pak jangan bilang kepada siapapun kalau kami datang ke rumah ini dan Hendrawan ditangkap polisi," cerita Kamsun.

Dari rumah kontrakan itu, polisi menyita tape recorder, kaset-kaset yang berisi lantunan ayat Alquran dan beberapa buku. "Yang ditinggal hanya tanaman bunga yang sehari-hari dijual Hendrawan," kata Kamsun.

Menurut Kamsun, seminggu sebelum polisi datang, Hendrawan dan istri pamit ke Solo untuk menghadiri wisuda anak keduanya, Abdullah Jubair yang lulus SMU.

Sementara Kapolwil Malang Kombes Pol Rusli Nasution menyatakan tidak tahu adanya penangkapan terhadap Hendrawan. "Kalau memang Densus 88 melakukan penyidikan hingga Malang, itu bisa juga tidak melakukan koordinasi dengan kami. Kalau untuk masalah warga Batu ditangkap bulan lalu kami tidak tahu," kata Rusli kepada detikcom. (iy/gah)
Rabu, 22/07/2009 19:04 WIB
Bom di JW Marriott & Ritz-Carlton
Pulang dari Kampung, Ibrahim Selalu Bawa Ransel
E Mei Amelia R - detikNews

(Foto: dok detikcom)
Jakarta - Ibrahim, karyawan florist di Ritz-Carlton menjadi sosok misterius pasca peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Pria asal Kuningan, Jawa Barat ini selalu menyempatkan waktu untuk pulang kampung seminggu sekali.

Setiap pulang dari kampungnya, Ibrahim selalu membawa tas ransel ke tempatnya bekerja. "Tapi waktu ditanya, apa isinya, cuma baju katanya," kata seorang karyawan florist yang enggan disebutkan namanya kepada wartawan di Kuningan, Jaksel, Rabu (22/7/2009).

Tak ada kecurigaan dari teman kerjanya terhadap Ibrahim. Mereka hanya mengira isi tas tersebut hanyalah pakaian.

"Mungkin pakaian, dia juga nggak pernah buka-buka di depan kita," katanya.

Ketatnya pemeriksaan sekuriti pun tidak memungkinkan Ibrahim untuk membawa
bahan peledak. Setiap karyawan pun tak luput dari pemeriksaan.

"Kita diperiksa dulu barang bawaan kita. Tas kita juga. Tapi cuma dilihat-lihat saja, tidak pernah dikeluarkan isinya," urainya.

Di pintu masuk Ritz-Carlton, karyawan disediakan pintu khusus. Di situlah Ibrahim dan temannya yang lain diperiksa jika hendak memasuki gedung tersebut.

Tidak hanya terhadap pengunjung, karyawan hotel pun setiap masuk melalui metal detector. "Ada juga (metal detector)," jelasnya.

"Badan kita juga diperiksa depan dan belakang," lanjutnya.

Mungkinkah Ibrahim yang membawa bom ke dalam hotel? "Kayaknya nggak mungkin
deh," pungkasnya.

(mei/nwk)
Rabu, 22/07/2009 19:12 WIB
Ditangkap Densus 88
Hendrawan Mengaku Jadi Dosen, Tapi Sehari-hari Jualan Bunga
Muhammad Amindudin - detikNews

Kontrakan Hendrawan (Foto: Aminuddin/detikcom)
Malang - Hendrawan, warga Malang yang ditangkap Densus 88, mengaku menjadi dosen. Ia lulusan perguruan tinggi dari luar negeri. Tapi sehari-hari Hendrawan berjualan bunga.

Demikian disampaikan Sunardi, Ketua RT 04/ RW 01, Dusun Santrean, Desa Sumberejo, Kecamatan/Kota Batu, Malang, Jawa Timur, kepada detikcom, Rabu (22/7/2009). Hendrawan pernah mengontrak rumah Sunardi.

Hendrawan mengontrak rumah Sunardi selama 6 bulan sejak Juni 2008 silam. Menurut Sunardi, Hendrawan mengontrak atas saran anak lelakinya yaitu Kurniawan (29), yang juga berprofesi sebagai penjual bunga.

Sejak pertama tinggal di rumah kontrakan seharga Rp 1 juta itu dengan fasilitas satu kamar mandi dan tiga kamar, Hendrawan tinggal bersama sang istri yaitu Najwa (41).

"Mereka datang dengan baik-baik. Kami tidak curiga apapun. Kami juga meminta surat pindah kepada Pak Hendra (panggilan Hendrawan) dari rumahnya di perumahan Citra Pesona Buring Raya, Blok D-VI/18
Kelurahan Wonokoyo Kecamatan Kedungkandang Kota Malang," ujar Sunardi.

Setelah itu juga Sunardi kemudian membuatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk Hendrawan. Setiap harinya, kata Sunardi, Hendrawan bersama istrinya banyak menghabiskan waktu di stand toko bunganya di kawasan Villa Songgoriti yang berjarak kurang lebih 5 kilometer dari rumah Sunardi.

Keluarga Sunardi sendiri mempercayai Hendrawan untuk tinggal dan membuatkan KTP. Setelah Hendrawan membuat surat pindah dengan alasan jelas. Selain itu, Hendrawan mengaku sebagai dosen dengan sekolah terakhir pendidikan di perguruan tinggi di luar negeri.

"Mereka bangun subuh setiap hari untuk salat di masjid. Setelah itu berangkat ke stand toko bunga di Songgoriti. Baru kembali nanti malam sekitar pukul 8 malam. Begitu terus setiap hari rutinitas mereka," ungkap Sunardi.

Selain itu, lanjut Sunardi, sang istri Najwa juga mempunyai kesibukan lain yaitu memberi bimbingan les privat bahasa Inggris kepada dua anak warga setempat setiap hari Selasa dan Rabu.


(gik/iy)
Rabu, 22/07/2009 19:19 WIB
Istri Noordin M Top Ditangkap
Polri: Kita Tahan & Periksa Beberapa Orang
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Jakarta - Polisi menahan Arina, yang diduga istri Noordin M Top buronan teroris nomor satu. Selain Arina, polisi juga menahan ibunya Dwi Astuti. Perihal penangkapan ini pun diakui Mabes Polri.

"Anggota kita memeriksa dan menahan beberapa orang di Jawa Tengah," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna di Media Center, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (22/7/2009).

Namun menurut Nanan, pihaknya belum mengetahui nama-nama yang ditangkap tersebut. Untuk itu dipersilakan mengkonfirmasi ke Polda Jawa Tengah.

"Kalau untuk konfirmasi ke Kapolda Jawa Tengah, tapi kita tidak tahu siapa yang diperiksa," tutupnya.

(ndr/ken)
Rabu, 22/07/2009 19:20 WIB
Identitas Pembom Misterius, Polisi Tetap Selidiki Kelompok Noordin M Top
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Jakarta - Nur Said yang gencar disebut sebagai pelaku bom ternyata tidak memiliki kecocokan DNA dengan pelaku bom bunuh diri. Apakah artinya kelompok di bawah Noordin M Top yang dikait-kaitkan dengan Nur Said tidak terlibat?

"Itu bisa ke mana saja, kita masih dalam penyidikan," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna di Media Center, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (22/7/2009).

Sebelumnya muncul spekulasi dan dugaan bila Nur Said pelaku pembom di JW Marriott. Apalagi Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso sempat merilis bila pelaku berinisial N. Tapi kemudian setelah dilakukan tes DNA kepada keluarga Nur Said ternyata hasilnya tidak cocok.

Polisi kemudian merilis foto dan sketsa wajah pelaku. Salah satunya diidentifikasi berusia 16 tahun.

(ndr/ken)













Tidak ada komentar: