Selasa, 21 Juli 2009

Rabu, 22/07/2009 10:20 WIB
Wawancara Sofjan Wanandi
Jangan Anggap Enteng Dampak Bom
Alih Istik Wahyuni - detikFinance
Foto: Setpres Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah menguat sesaat setelah peristiwa bom di hotel mewah Ritz-Carlton dan JW Marriott. Pemerintah juga langsung buru-buru menyatakan bahwa perekonomian Indonesia tidak akan terkena dampak dari ledakan tersebut.
Semua pihak merasa seakan-akan perekonomian Indonesia takkan goyah meski ada guncangan bom tersebut. Kejadian bom dinilai bisa terjadi dimana saja, termasuk Jakarta. Benar kah demikian?
Tak semua sepakat dengan pandangan tersebut. Sebagian pengusaha justru menilai teror bom kali ini tidak bisa dianggap enteng. Misalkan seperti yang disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi.
Ia justru menilai banyak investor luar negeri yang memilih wait and see dan menunda investasinya hingga tahun depan setelah peristiwa ini. Sejumlah sektor memang masih aman, namun sektor lain masih akan terkena dampak dari serangan bom yang sejauh ini menewaskan 6 orang itu.
Sektor pariwisata memang dipastikan akan menjadi 'korban' ekonomi yang paling terpukul akibat ledakan pada Jumat (17/7/2009) itu. Namun bisnis lainnya, seperti jasa keamanan dan fasilitas pengawasan elektronik diprediksi akan merengguk untung.
Berikut wawancara detikFinance dengan Sofjan Wanandi melalui sambungan telepon, Rabu (22/7/2009).
Bagaimana tanggapan pengusaha soal bom kemarin?
Saya pikir buat kita yang penting diselesaikan secepatnya. Bagi pengusaha kan selalu yang terpenting masalah kestabilan politik dan keamanan untuk investasi. Apalagi pengusaha luar selalu tanyakan ke kita, ini ada apa. CEO-CEO jadi takut untuk bekerja di Indonesia kalau hal-hal seperti ini terus terjadi. Kita harus tegas dan mendukung aparat agar secepatnya selesaikan ini. Tidak bisa dipandang enteng, jangan gampang-gampang saja, nggak betul itu.
Efek jangka pendek memang ke parisiwatasa, makanan. Namun jangka panjangnya bahaya juga. Kita harus jaga betul-betul. Ini yang perlu diatur, supaya nomor 1 hadapi terorisme, jangan dianggap biasa. Apalagi sudah dibilang masuk Al-qaeda, kita harus gerak cepat. Ini perlu diselesaikan baik jangka pendek. Dan jangka panjangnya keadalian dan kemiskian juga harus diselesaikan.
Apakah pengusaha jadi takut berinvestasi?
Kalau saya lihat, pengusaha tidak akan bicara-bicara kalau mau investasi atau tidak. Mereka pilih diam-diam. Jadi kita nggak bisa dapat informasi yang qualified mereka mau investasi atau tidak. Tapi yang pasti kalau pengusaha ada pertimbangan macam-macam. Kalau pengusaha Indonesia mungkin tidak ada pilihan, mereka tetap investasi. Tapi kalau pengusaha luar negeri tentu ada pertimbangan macam-macam.
Untuk mining mungkin oke karena ada di remote area. Begitu juga kelapa sawit. Tapi kalau bidang lain, seperti perdagangan dan manufacturing yang ada di pusat kota tentu jadi takut. Ini kan sayang, apalagi kalau CEO-CEO terbaik mereka dilarang ke sini, karena pasti asuransinya langsung naik. Jadi jangan dianggap enteng. Kita yang tahu betul, karena kita ditanya setiap hari. Apa karena politik, apalagi karena statement SBY kemarin, apakah karena politik atau Nurdin M Top lagi? Jadi kita harus bersatu, penyelesaian ke dalam harus cepat. Jangan hanya teori tapi 3 tahun meledak lagi, terus mau apa. Kita butuh penyelesaian jangka panjang.
Bagaimana dampak bom terhadap ekonomi ke depan di mata pengusaha?
Saya pikir di paruh kedua ini menjadi masalah juga untuk pemerintah yang baru. Pengusaha akan lebih banyak wait and see. Sebagian besar lebih banyak menunggu tahun depan. Kalau yang sekarang sudah ada mungkin akan jalan terus, tapi untuk investasi yang baru tunggu dulu lah. Mereka akan menunggu kondisi tenang agar jangan sampai investasi di momentum yang salah. Mereka tunggu tahun depan.
Sektor apa yang paling terguncang?
Yang paling terguncang pariwisata, itu nomor satu. Kedua makanan dan minuman yang kabarnya langsung berkurang. Mall juga, karena orang jadi takut ke mall. Kalaupun datang ke mall, mereka nggak belanja. Saya dengar banyak yang bilang ini dampaknya tidak terlalu besar. Tapi sebetulnya tidak bisa dilihat 1-2 hari ini, butuh 1-2 bulan untuk melihat bagaimana efeknya. Apalagi kejadian itu terjadi saat libur panjang. Seninnya libur, orang-orang baru pulang liburan, jadi belum tahu apa yang akan diputuskan. Tentu ada kekhawatiran sendiri. Investasi dari luar negeri kita harapkan tahun depan. Jadi ini harus diselesaikan dengan cepat, kita harus kasih wewenang ke aparat dan jangan tuduh sini tuduh sana saja.
Sektor apa yang bisa mengambil peluang?
Yang bisa ambil peluang tentunya security service dan electronic system. Pengusaha tentunya butuh menyewa keamanan yang lebih ketat. Terutama di tempat umum seperti mall, hotel. Tapi tentunya ini menambah cost juga. Kemanan yang tadinya 2-3 harus tambah jadi 5-6. Ini kan cost juga.
Butuh berapa lama untuk pulih?
Kita harus lihat juga pemerintah baru yang dilantik Oktober nanti. Semua lebih banyak menunggu. Namun jangan harap investasi bisa clear tahun ini. Planning-planning mungkin ada, tapi realisasi baru tahun depan.
Apa yang harus dilakukan pemerintah?
Pemerintah harus tegas. Dalam jangka pendek harus support aparat kemanan agar pelaku tertangkap. Juga harus alert, kalau bisa Indonesia keluar dari jaringan Al-qaeda. Yang penting political stability dan keamanan. Stimulus juga tetap harus jalan. Soal infrastruktur mungkin kemarin telat, tapi karena sedang pemilu ya sudah lah. Tapi sekarang kan sudah selesai, pemerintah harus konsentrasi lagi. (lih/qom)

Tidak ada komentar: