Selasa, 21 Juli 2009

Selasa, 21/07/2009 21:39 WIB
Isra' Mi'raj dalam Suasana Suka dan Duka
Luhur Hertanto - detikNews

Jakarta - Peringatan Isra' Mi'raj 1430 H jatuh tidak lama setelah banga Indonesia melaksanakan tahapan penting Pilpres 2009. Ini merupakan saat yang tepat bagi semua komponen bangsa untuk merajut kembali persatuan pasca masa kompetisi yang memanaskan suhu politik nasional itu.

Demikian kata Presiden SBY dalam pidatonya puncak peringatan Isra' Mi'raj 1430 H. Acara berlangsung di Masjid Istiqal, Jakarta, Selasa (21/7/2009).

"Kita harus dapat bersatu kembali, menghapus jarak yang terjadi antar anak bangsa akibat dari kompetisi itu. Buktikan demokrasi kita makin matang dan penuh keteduhan," kata SBY.

Di sisi lain Isra' Mi'raj 1430 H juga berlangsung pada suasana duka cita akibat teror ledakan bom yang telan sejumlah korban. Apapun maksud dan tujuannya, aksi tersebut bertolak belakang dengan ajaran agama yang toleran dan moderat.

"Teror itu merobek rasa aman damai yang kita bagun susah payah. Kita ingin kepolisian mengungkap kasus itu dan pelaku mendapat sanksi hukum yang seadil-adilnya," tegas SBY.

Hikmah Isra' Mi'raj disampaikan oleh Rektor IAIN Sultan Amei Gorontalo, Prof. Muhamadyah Amin. Dia tegakan bahwa inti ajaran Islam membawakan kedamaian di dunia, maka tidak boleh seorang Muslim mengatasnamakan Al Quran dan hadist dalam melakukan aksi teror.

Sejumlah pejabat tinggi negara hadir dalam kesempatan ini. Di antaranya adalah Wapres JK, pimpinan DPR, sejumlah anggota kabinet Indonesia Bersatu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan duta besar negara sahabat.

Tidak seperti ketika ada peringatan hari-hari besar sebelumnya, malam ini Masjid Istiqal terhitung sepi. Tidak terlihat ribuan orang dari berbagai majelis taklim se-Jabodetabek yang memadati ruang utama hingga luber ke pelataran masjid sebagaimana biasanya.

(lh/anw)

Tidak ada komentar: