Selasa, 21 Juli 2009

Rabu, 22/07/2009 09:45 WIB
Usai Bom Marriott - Ritz-Carlton, WNA Tidak Takut Berada di Jakarta
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews
(Foto: Andi Saputra/ detikcom) Jakarta - Peristiwa pengeboman di beberapa tempat di Indonesia seringkali ditujukan bagi warga negara asing. Pascaledakan bom terbaru pada Jumat (17/7/2009) lalu, di Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton, sebagian besar korban tewas adalah warga negara asing. Terhadap hal tersebut, beberapa WNA mengatakan tidak takut untuk berada di Jakarta, karena bagi mereka kejadian buruk bisa terjadi di mana pun. Menurut mereka, tidak hanya Indonesia saja yang mengalami peristiwa demikian, negara lain juga mengalaminya.
"Itu bisa terjadi di manapun. Indonesia tidak aman, Iran juga tidak aman, Iraq pun juga tidak aman, semua tempat tidak aman," ujar Lena, warga negara Jerman yang sedang berwisata di Jakarta, di Jl Jaksa, Jakarta Pusat, Selasa (21/7/2009).
Lena bahkan mengatakan dirinya akan kembali mengunjungi Jakarta jika memiliki kesempatan. Sementara Christophe, seorang warga negara Perancis yang juga teman Lena, mengatakan dirinya tidak takut dengan kejadian tersebut. "Kita tidak takut, sehari setelah kejadian saya dan teman-teman berkeliling Jakarta, kita juga sempat mengunjungi lokasi kejadian," katanya.
Kemudian bagi Heather, seorang warga negara Amerika Serikat, yang berada di Jakarta untuk bertemu dengan beberapa koleganya, mengatakan peristiwa bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton memang sempat membuatnya sedikit khawatir. Tetapi, imbuh dia, peristiwa seperti itu hanya terjadi beberapa tahun sekali. "Memang membuat saya sedikit takut. Tapi hal seperti itu bisa terjadi di mana saja," tuturnya. Sedangkan salah seorang pelayan restoran di wilayah Jalan Jaksa, mengatakan peristiwa ledakan bom telah berpengaruh terhadap animo wisatawan asing di Jakarta. Dikatakan dia, jumlah pengunjung di restorannya yang sebagian besar warga negara asing, pascaledakan menjadi berkurang jumlahnya. "Sangat berpengaruh, jadi sepi. Pengunjung di sini sebagian besar bule, setelah peristiwa itu sekarang ini jumlahnya bisa dihitung dengan jari, padahal sebelumnya selalu ramai," ungkap dia. (nvc/anw)

Tidak ada komentar: