Jumat, 24 Juli 2009

Omar Dhani Minta Dimakamkan di Jeruk Purut

Omar Dhani Minta Dimakamkan di Jeruk Purut
Jumat, 24 Juli 2009 | 21:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal (Purn) Omar Dhani meninggal dunia, Jumat (24/7), pukul 13.50 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (Ruspau) Esnawan Antariksa Halim Perdanakusuma, Jakarta, dalam usia 85 tahun akibat sakit yang dideritanya sejak lama.Saat dihubungi per telepon, salah seorang putranya, Dian Sri Indrapuri, menyatakan ayahnya sempat tiga kali dirawat di ruang intensive-care unit (ICU) beberapa RS berbeda, setidaknya dalam beberapa bulan terakhir, akibat penyakit yang dideritanya. "Sakitnya sudah lama, bapak menderita penyakit lever. Tambah lagi usianya juga sudah sepuh. Kegiatan bapak terakhir sudah tidak banyak, hanya berkumpul dengan anak-anak dan anggota keluarga saja," ujar Dian kepada Kompas.Menurut Dian, ayahnya mengamanatkan agar dirinya dimakamkan dalam satu liang lahat yang sama dengan tempat istri pertamanya dimakamkan, Sri Wuryanti, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta. Sri sudah lebih dahulu meninggal dunia. Jenazah Omar Dhani akan dimakamkan Sabtu siang setelah disemayamkan terlebih dahulu sejak Jumat malam di Skuadron Udara 17 Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta.Omar Dhani lahir di Solo, 23 Oktober 1924. Dalam tulisannya di Kompas, sejarawan Asvi Warman Adam menggambarkan sosoknya sebagai seorang perwira AURI (sekarang TNI AU) yang cemerlang (Sejarah: Omar Dani dan AURI, Kompas, Jumat, 26 Juni 2009). Pada tahun 1952, Omar Dhani bertugas sebagai kopilot pesawat Dakota di Cililitan, Jakarta, setelah menyelesaikan pendidikannya di Academy of Aeronautics, TALOA, California, AS, selama setahun.

Asvi menuliskan, hanya dalam waktu 9,5 tahun, Omar Dhani yang saat itu belum genap berusia 38 tahun telah mencapai posisi puncak di Angkatan Udara, setelah Presiden Soekarno melantiknya menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara pada 19 Januari 1962. Namun, perjalanan sejarah bangsa bergerak ke arah yang tidak menguntungkan bagi Omar Dhani menyusul pertarungan politik yang terjadi pada masa itu. Omar Dhani yang sangat loyal kepada Soekarno dituding terlibat bersama AURI dalam Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia.Pada saat gerakan penculikan para jenderal tanggal 30 September 1965 meletus, Omar Dhani secara spontan menulis perintah harian Men/Pangau setelah mendengar siaran berita RRI pukul 07.00 tentang G30S. Perintah harian itulah, yang menurut tulisan Asvi, belakangan kemudian menjadi persoalan besar di mata kelompok Soeharto. Sejak 25 Desember 1966, Omar Dhani kemudian dipenjara selama 29 tahun dan baru dibebaskan pada tanggal 16 Agustus 1995.

enazah Omar Dhani Disemayamkan di Halim, Artikel Terkait:

Jumat, 24 Juli 2009 | 21:43 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Jenazah mantan Menteri/Panglima Angkatan Udara Omar Dhani akan dimakamkan besok, Sabtu (25/7) sebelum shalat zuhur, di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Sesuai dengan surat wasiatnya, jenazah Omar Dani akan dimakamkan berdampingan dengan almarhumah istrinya, Sri Wuryanti.Malam ini jenazah dibawa ke Skuadron 17 Halim Perdanakusuma untuk disemayamkan di sana dan mendapatkan penghormatan terakhir dari TNI AU. Kemudian keesokan harinya, jenazah akan langsung diberangkatkan ke lokasi pemakaman.

Omar Dhani tutup usia siang tadi sekitar pukul 14.00 WIB, Jumat (24/7) di RS Pusat TNI AU Halim Perdanakusuma Jakarta. Menurut keterangan putra sulung Omar Dhani, Feri Omar Nurisparyan, almarhum meninggal pada usia 85 tahun karena kondisinya yang sudah lanjut usia.

Jenazah Omar Dhani Tiba di Rumah Duka
Omar Dhani
Artikel Terkait:
Jumat, 24 Juli 2009 | 18:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Jenazah Omar Dhani, Jumat (24/7) pukul 17.30 WIB, tiba di rumah duka di Komplek Pejaten Indah D-12, Jalan H Samali, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Omar Dhani tutup usia siang tadi sekitar pukul 14.00 WIB di RS Pusat TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta. Menurut keterangan putra sulung Omar Dhani, Feri Omar Nursaparyan, almarhum meninggal pada usia 85 tahun karena kondisinya yang sudah lanjut usia.

Jenazah Menteri/Panglima Angkatan Udara (1962-1965) itu dibawa ke rumah duka untuk dishalatkan oleh pihak keluarga dan kerabat dekat.

Malam nanti, rencananya jenazah akan kembali dibawa ke Skuadron 17 Halim Perdanakusuma untuk memberi kesempatan kepada pihak TNI AU melakukan penghormatan terakhir.


Tidak ada komentar: