Rabu, 22 Juli 2009

Menelusuri, Jejak Nurhasdi Yang Diduga Pelaku Bom Marriott

Menelusuri, Jejak Nurhasdi Yang Diduga Pelaku Bom Marriott
2009 Juli 20
Potongan Kepala Yang diduga Pelaku mengarah pada Nurhasdi
Begitu mendapatkan informasi bahwa pengebom Hotel JW Marriott diduga bernama Nur Hasdi yang berasal dari Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, langkah cepat langsung ditempuh. Tadi malam dua petugas Laboratorium Forensik Mabes Polri berangkat ke Temanggung. “Kami diperintahkan untuk mencari sampel DNA dari keluarga Nur Hasdi,” kata seorang dokter forensik yang bertugas di Mabes Polri kepada Jawa Pos kemarin (19/7).
Selanjutnya, sampel DNA keluarga Nur Hasdi dicocokkan dengan DNA potongan kepala dan tubuh yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. “Nanti, kami cocokkan dengan kepala yang di­temukan di Marriott,” katanya. Awalnya, Polda Jawa Tengah berupaya mengundang keluarga Nur Hasdi ke Jakarta. “Itu juga diupayakan. Tapi, yang jelas, dua dokter kami sudah berangkat (ke Temanggung, Red),” tutur dia. Setelah didapat, sampel (bisa darah, rambut, atau liur, Red) akan diperiksa dan dicocokkan dengan potongan kepala itu,” lanjutnya. Dia mengakui bahwa upaya merekonstruksi dan mencocokkan dengan wajah pengebom sangat rumit. “Kami sudah menerima foto-foto dari Densus 88. Jumlahnya 400-an foto. Di­cocokkan kalau sketsanya jadi,” terang dia. Mengapa sketsa tersebut belum juga jadi? Bukankah sudah tiga hari? Menurut dokter polisi yang juga menangani kasus pengeboman Marriott pada Agustus 2003 itu, tingkat kerusakan wajah tersebut sangat parah.
“Berbeda dengan 2003, waktu itu dalam dua hari kami sudah bisa perkirakan sketsa wajah pengebom karena lebih utuh,” ungkapnya. Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri memang mengungkapkan bahwa kepala milik dua orang yang sangat diduga sebagai pengebom itu rusak berat “Batok kepalanya hancur,” ujar Kapolri Jumat lalu (17/7). Apakah Nur Hasdi sudah dinyatakan sebagai tersangka? Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna membantah. “Belum ada penetapan nama tersangka. Semua informasi masih ditelusuri,” tutur dia kepada Jawa Pos di Media Crisis Centre kemarin.
Polisi juga mencocokkan potongan kepala itu dengan rekaman CCTV yang menunjukkan wajah tamu di kamar 1808 Hotel JW Marriott. “Dalam semua rekaman yang ada, orang yang dicurigai selalu bertopi. Dalam beberapa frame, dia menggunakan kacamata hitam. Jelas sekali dia sadar terekam CCTV,” papar sumber Jawa Pos di Mabes Polri.
Menurut sumber itu, pengebom Marriott diduga sudah berlatih dan melakukan simulasi tata cara menginap di hotel berbintang lima. “Itu teroris necis. Kalaupun dia orang lama, jelas ada mentor yang mengajarkan prosedur check-in di hotel dan sebagainya,” tegasnya. Pengebom juga tak canggung menggunakan travel bag dan paham benar prosedur menginap di hotel eksklusif.
Di bagian lain, kemarin para petinggi Bareskrim Mabes Polri rapat maraton di Mabes Polri. Rapat itu dipimpin langsung oleh Kabareskrim Komjen Susno Duadji. Hadir dalam rapat tersebut Kepala Pusat Identifikasi Brigjen Bekti Suwarno dan Kadensus 88 Brigjen Saut Usman Nasution. “Satu pintu, melalui humas,” ujar Bekti saat dikonfirmasi Jawa Pos tentang hasil rapat tadi malam.
Sumber Jawa Pos menjelaskan, dalam rapat itu Susno meminta seluruh penyidik mempercepat kerja. “Tak boleh ada HP mati,” ucapnya menirukan Susno. Susno juga meminta setiap tiga jam ada laporan terbaru dari penyidikan. “Kalau ada indikasi awal, langsung follow up. Jangan remehkan setiap informasi,” tegasnya menirukan Susno lagi.
Saksi Pusing Lihat Foto
Hingga tadi malam (19/7) penyidik Densus 88 Mabes Polri masih memeriksa para saksi mata secara intensif. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna menjelaskan, total 35 saksi telah diperiksa. ”Jumlahnya mungkin masih bertambah,” katanya.
Sumber kuat Jawa Pos menuturkan, empat saksi kunci hingga kemarin masih diisolasi di sebuah kamar Hotel Ritz-Carlton. ”Mereka adalah orang-orang yang kami nilai paling tahu soal kemungkinan pelaku (bom bunuh diri),” ujar sumber tersebut. Empat saksi itu adalah dua resepsionis hotel dan dua petugas security. ”Kami juga memperoleh kopi identitas dan keterangan tentang check in tamu kamar 1808 dari pengakuan mereka,” tuturnya. Sumber itu tidak mau menyebut identitas mereka dengan alasan keamanan penyidikan. ”Mereka bisa terancam,” lanjutnya. Karena diburu waktu, penyidik akhirnya menyodorkan foto 460 aktivis Jamaah Islamiyah (JI) yang dimiliki Densus 88. ”Mereka mengaku pusing, bingung, dan lupa,” katanya. Padahal, polisi juga memboyong ahli sketsa bom ke ruang pemeriksaan di Hotel Ritz-Carlton.
Sebanyak 460 foto itu hasil pengumpulan lapangan selama sembilan tahun. ”Kalau mereka menunjuk salah satu gambar, ini akan sangat membantu,” ucap sumber tersebut. Selain empat saksi tersebut, penyidik memeriksa para pegawai kedua hotel. ”Kami juga akan minta keterangan dari para tamu, terutama tamu Hotel JW Marriott,” terangnya. Kamar 1808 yang diduga sebagai pos perencanaan bom bunuh diri diteliti ulang kemarin. Sebelumnya, di kamar itu ditemukan skema, sebuah ponsel, dan bom rakitan yang disimpan dalam tas laptop (Jawa Pos, 18/7). Kondisi kamar itu masih acak-acakan kemarin. ”Masih dibiarkan se­perti awal,” katanya.
Irjen Pol Nanan Soekarna menjelaskan, temuan terkait kamar 1808 terus dikembangkan. ”Nomor ponsel itu bagian dari penyelidikan,” kata Nanan. Seorang pegawai Hotel JW Marriott yang kemarin diperiksa menjelaskan, sebelum insiden bom, lantai 18 mayoritas dihuni warga asing. ”Saya juga belum pernah masuk ke (kamar) 1808 karena terpasang tanda Don’t Disturb di pintu,” katanya saat dicegat Jawa Pos di depan Hotel Ritz-Carlton.
Lalu, dari mana Anda tahu lantai 18 dihuni orang asing? Pria berusia 20 tahunan itu mengaku berkali-kali melihat penghuni kamar-kamar selain 1808. ”Tadi saya juga ditanya apakah pernah bertemu penghuni 1808. Saya jawab tidak pernah sama sekali,” katanya sambil buru-buru permisi karena tangannya digamit rekannya. ”Maaf Mas, kami tak boleh banyak omong sama manajemen (hotel),” tambahnya.
Sumber Jawa Pos di Mabes Polri menjelaskan, selain saksi di Hotel Marriott dan Ritz-Carlton, penyidik memeriksa CCTV (closed circuit television) Jalan Lingkar Mega Kuningan. ”Kami tetap mencari kemungkinan ada mobil yang dropping tamu, lalu pergi,” katanya. Daftar mobil yang saat itu berada di basemen Ritz-Carlton dan JW Marriott juga sudah diperiksa.
Mabes Polri juga mengirimkan tim penyidik ke Singapura untuk mengembangkan informasi. Nanan tidak membenarkan, tapi juga tidak membantah. ”Apa pun langkah yang dianggap perlu oleh penyidik akan dilakukan,” ujarnya. Nurhasbi pemuda berusia 35 tahun ini jebolan sebuah pesantren di daerah Jawa Tengah. Ketika bom meledak, petugas menemukan potongan tubuh Nurhasbi tercabik-cabik di lokasi kejadian. Hanya penggalan kepalanya bisa dikenali.
Dari olah TKP ini, Sabtu (18/7) malam polisi memeriksa ulang Bahrudin. Anggota jaringan ‘Kelompok Cilacap’ ditangkap pada 14 Juli lalu, dengan barang bukti sejumlah bom di rumahnya. Setelah polisi memperlihatkan sketsa wajah Nurhasbi, tersangka Bahrudin buka mulut. Ia mengaku bahwa pembom di Hotel JW Marriott itu adalah Nurhasbi. Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) menyebut pelaku pengeboman berinisial N. Berdasarkan daftar tamu di Hotel JW Marriott, N memakai KTP anas nama Nurhasbi yang bertempat tinggal di RT 010/07 Kel.Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Namun KTP tersebut ternyata palsu, karena saat alamat tersebut dilacak, tidak ada nama Nurhasbi di RT 010/07 Kel.Pondong Pinang. Dengan KTP palsu ini, Nurhasbi berhasil menginap di kamar 1008 Hotel JW Marriott. Ia juga membayar tunai biaya sebesar 1.400 US dolar. Selain Nurhasbi, salah seorang wanita yang diduga anggota jaringan teroris membawa bom bunuh diri di Hotel Ritz Carlton. Wanita ini tewas dengan kondisi tubuh hancur. Nurhasbi dan wanita teroris itu bagian dari delapan orang yang tergabung dalam ‘Kelompok Cilacap’. Jaringan ini sering bertemu di rumah Baharudin di Desa Pasuruhan, Cilacap, Jawa Tengah. Bahkan, gembong teroris asal Malaysia, Noordin M.Top juga sering bertandang ke tempat ini.
Saat bom meluluhlantahkan sebagian ruangan di kedua hotel bintang lima milik pengusaha Amerika dan Indoensia ini, mereka telah menyiapkan semuanya dengan matang. Dengan dana besar yang dicurigai berasal dari luar negeri, tidak masalah bagi kelompok yang termasuk dalam Jaringan Jamaah Islamiyah ini menginap di hotel mewah dan mahal sekali pun. Hal itu diakui Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Chryssanda mengakui pelaku dibiayai jaringan teroris internasional karena mampu menginap di hotel mewah dan mahal.
LAMA TIDAK PULANG
Nurhasbi diketahui sudah lama tidak pulang ke rumah orang tuanya, di Temanggung, Jawa Tengah. Pria yang diduga menjadi pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott ini terakhir pulang pada pertengahan 2005. Di lingkungan keluarga, Nurhasbi lebih dikenal dengan panggilan Nur Sahid. “Terakhir ia pulang ke Temanggung akhir tahun 2005 ketika menghadiri acara perkawinan saya,” kata Udi Mas’ud, adik kandung Nurhasbi di rumah orang tuanya di Dusun Katekan, Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (19/7). Mas’ud menambahkan, walupun kakaknya sudah lama tidak pulang ke rumah orangtuanya, dirinya tidak percaya kakaknya menjadi teroris dan melakukan pengeboman.
Nurhasbi alias Nur Sahid lahir di Temanggung pada 24 Juli 1974. Ia merupakan anak ketiga dari enam bersaudara pasangan H. Muh Nasir dan Hj. Tumini. Nur Sahid memiliki istri bernama Dwi Pratiwi yang berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Pasangan ini memiliki dua anak. Sampai saat ini, keluarga Nurhasbis di Temanggung sama sekali tidak mengetahui dimana keberadaan pria ini bersama istri dan dua anaknya itu bertempat tinggal.
ALUMI NGRUKI
Ketua Umum Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII), Abdurrahman Assegaf mengungkapkan, Nurhasbi jebolan Pesantren Al-Mukmin Ngruki di Solo, Jawa Tengah. Namun, pengurus Pesantren Al-Mukmin Ngruki membantah pernyataan Abdurrahman Assegaf yang menyebut pelaku bom bunuh diri di JW Marriot adalah alumnus pesantren tersebut. Pihak Ngruki mendesak Abdurrahman segera meminta maaf. Pembantu Direktur Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sholeh Ibrahim, menjelaskan, setelah diteliti di daftar induk murid dan alumni, ternyata tidak ada nama Nurhasbi alias Nuri Hasdi alias Nur Sahid asal Temanggung, Jawa Tengah, dan seangkatan dengan Asmar Latin Sani, pelaku bom bunuh diri di Kedubes Australia beberapa waktu lalu.
Menurut dia, dalam buku induk tidak ada nama yang disebutkan Abdurrahman Assegaf. Teman seangkatan Asmar, dikenali sebagai Abdul Hadi yang tewas tertembak di Wonosobo. “Namun kalau Nurhasbi atau Nuri Hasdi maupun Nur Sahid, tidak ada,” katanya.
PAK CAMAT KAGET
Camat Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Agus Munadi ketika dihubungi Pos Kota kaget mendengar salah satu warganya dituduh terlibat dalam peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. “Saya sudah mengecek ke Pak Kades. Memang betul ada warga Desa Katekan yang bernama Nurhasbi. Tapi dia sudah sekitar empat tahun tidak tinggal di desa itu. Pindahnya ke mana, kami tidak tahu. Namun orangtuanya masih tinggal di desa itu,” kata Pak Camat, sambil menambahkan ia berencana akan datang ke rumah keluarga tersebut, Minggu (19/7) malam.(JPNN & Pos Kota)

Tidak ada komentar: