Selasa, 21 Juli 2009

Wawancara 21/07/2009 - 10:15 SBY Terjebak Permainan Teroris!
Tjipta Lesmana
R Ferdian Andi R
Tjipta Lesmana
(Istimewa)INILAH.COM, Jakarta - Pelaku bom di Mega Kuningan masih terus diselidiki aparat kepolisian.Tanda-tanda siapa pelaku bom bunuh diri mulai menunjukkan titik terang. Keyakinan jaringan Nurdin Moh Top di belakang aksi keji tersebut semakin kuat. Hal itu diyakini pengamat komunikasi politik dan pengamat intelejen Tjipta Lesmana. Menurut gurubesar ilmu komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH) tersebut, bom Mega Kuningan menunjukkan jaringan teroris masih aktif. “Saya bisa menegaskan, pelaku bom Mega Kuningan masih satu jaringan dengan pelaku bom sebelumnya, saya yakin sekali,” tegasnya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (21/7).
Ia juga menilai pernyataan Presiden SBY sesaat setelah peristiwa bom Mega Kuningan merupakan langkah yang tak tepat. SBY justru terjebak permainan teroris. “SBY terjebak permainan teroris,” tegasnya. Apa maksud pernyataan Tjipta? Berikut wawancara lengkapnya:
Bom Mega Kuningan seperti memberi sinyal jaringan teroris masih aktif di Indonesia?
Kita dalam melihat bom Jumat lalu harus dikaitkan dengan gebrakan polisi satu-dua bulan terakhir ini. Seperti tahun lalu pada penggerebekan di Palembang ditemukan bom juga di Cilacap ditangkap, jadi ini terkait semua.
Sebetulnya cukup bagus pergerakan polri khususnya Densus 88. Kita percaya sama polisi dalam melihat karakteristik bom itu, banyak kesamaan dengan bom sebelumnya. Informasi yang saya peroleh bom di JW Marriott itu karakteristiknya sama persis dengan bom yang di Palembang. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan ini satu jaringan, saya yakin sekali. Dengan demikian, dalam lima tahun terakhir ini kesan yang kita tangkap teroris seperti tiarap, jika pun mau beraksi, mereka selalu diendus aparat. Kenapa di Mega Kuningan mereka lolos?
Teroris itu sama dengan komunitas, ini menyangkut ideologi. Bagi mereka, keyakinan iedologi tidak pernah pudar. Mereka kadang tiarap dan konsolidasi, katakanlah selama ini mereka digebrak terus, operasi Densus 88 cukup berhasil, tapi merka tidak pernah mati.
Saya percaya Jamaah Islamiyah sudah mengakar dari Sabang sampai Merauke. Mereka pilih target dan timing, mereka ingin sekali gebrak langsung berhasil. Contohnya di JW Marriott dan Ritz Carlton sangat berhasil. Kita seringkali lengah, aparat seringkali lengah, security juga sangat lemah. Seperti di Bandara Soekarno Hatta, security sangat lemah. Jadi bangsa kita mentalnya anget-anget tahi ayam, sekarang ada bom semua ada security, nanti dua minggu loyo lagi. Itu mental bangsa kita, beda dengan AS yang selalu waspada.
Apakah ini memanfaatkan momentum kedatangan MU atau paska Pilpres 2009?
Kalau dengan MU itu tidak ada hubungan, mereka memanfaatkan momentum pilpres. Jadi para pelaku teroris ini otaknya pintar, mereka cerdas. Lihat bom meledak kira-kira 10 hari setelah pilpres, apa maknanya? Mereka ingin menciptakan opini, ini terkait dengan pilpres bukan hanya itu targetnya langsung ke Prabowo Subianto.
Apa indikasi Prabowo Subianto sebagai targetnya? Karena Prabowo selalu menghantam terus KPU dan pemerintah soal DPT (daftar pemilih tetap) dan kecurangan pemilu, memang kenyataannya begitu. Semua orang tahu latar belakang Prabowo yang sering dikaitkan dengan Mei 98. Jadi opini tercipta, di sini SBY terjebak permainan teroris.
Lihat pernyataan SBY beberapa jam paska peledakan bom itu yang secara implisit menuding ini terkait dengan pilpres. Ia kaitkan dengan upaya penggagalan pengumuman KPU. Sebagai kepala Negara SBY tidak boleh mengatakan demikian, harus sabar sebentar menunggu hasil investigasi Polri dan BIN. SBY terjebak permainan teroris.
Kondisi ini semakin menegaskan sejak 2000 hingga saat ini teroris belum mati?
Bukan hanya belum mati, tetapi jaringan teroris masih super aktif. Buktinya di Palembang ketahuan, di Cilacap ketahuan, termasuk di Jakarta juga diincar. Nurdin Aziz rumah mertuanya sudah digrebek, polisi sudah mencium tanda-tandanya, saya yakin jaringan terriois masih aktif. Mereka cukup lama tidak beraksi, bukan berarti tidur, mereka terus mencari sasaran dan timing. [E1]

Tidak ada komentar: