Selasa, 21 Juli 2009

Selasa, 26/05/2009 07:38 WIB
Wawancara Mantan Gubernur OPEC
Minyak dan Persepsi Ekonomi Global
Nurseffi Dwi Wahyuni - detikFinance
Maizar Rahman (Foto: Epi/detikcom) Jakarta - Harga minyak dunia yang terus melonjak ternyata bukan disebabkan permintaan terhadap minyak meningkat. Peningkatan harga minyak lebih disebabkan berbagai persepsi dalam perekonomian dunia.
Lantas bagaimana perkembangan harga minyak hingga akhir tahun ini dan tahun depan? Berikut penjelasan Mantan Gubernur OPEC untuk Indonesia dan Komisaris Pertamina, Maizar Rahman dalam wawancara dengan detikFinance di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (25/5/2009)
Saat ini harga minyak dunia terus meningkat hingga ke US$ 60 per barel, faktor apa yang menyebabkan hal ini terjadi?
Sekarang harga minyak tidak dipengaruhi oleh permintaan saja, tapi banyak faktor persepsi.
Persepsi seperti apa maksud anda?
Misalnya adanya stimulus G20 maka harga minyak naik karena ekonomi dianggap membaik, ada persepsi ekonomi Amerika Serikat membaik maka harga minyak juga naik. Tapi adanya persepsi kalau resesi ekonomi memburuk, maka harga minyak turun. Jadi semua hanya persepsi saja. Apalagi permintaan pada kuartal pertama ini masih terus turun padahal stok minyak melimpah.
OPEC tetap produksi meskipun produksinya satu juta dibawah permintaan. Itupun stok masih naik berarti permakaian minyak masih rendah. Padahal biasanya kalau dalam gejala umum, kalau pemakaian rendah harga turun tapi ini naik. Jadi persepsi ini mempengaruhi.
Peranan OPEC sendiri bagaimana terhadap harga minyak?
Kalau OPEC sendiri rencananya tidak akan memangkas produksi karena harga sudah cukup naik. Khawatirnya kalau dipangkas maka harga akan naik tinggi sekali dan akan memperlambat perumbuhan ekonomi. Kalau pertumbuhan ekonomi melambat maka permintaan akan menurun dan ini akan berpengaruh pada OPEC.
Kira-kira berapa kisaran harga minyak dunia hingga akhir tahun tahun?
Harga minyak naik terus US$ 75 per barel pada Desember nanti. Kalau dirata-rata sampai Mei ini harga minyak berada dikisaran US$ 47 per barel. Jika harga pada akhir tahun berada dilevel US$ 75 per barel maka harga rata-ratanya sekitar US$ 60 per barel. Namun jika pada akhir Desember US$ 65 per barel maka rata-rata US$ 56 per barel.
Dengan begitu asumsi harga minyak dalam APBN 2009 harus diubah?
Mungkin perlu diubah sekitar US$ 50-55 per barel untuk APBN 2009.
Bagaimana prediksi situasi pasar minyak di tahun depan?
Ada delapan faktor yang bisa dilihat pertama, diperkirakan ekonomi dunia pada 2010 akan mulai pulih sehingga permintaan minyak akan mulai meningkat sehingga harga minyak dunia harga naik.
Kedua, suplai OPEC diperkirakan meningkat karena OPEC saat sudah mulai meningkatkan karena para anggotanya ingin mendapatkan penerimaan lebih banyak dari minyak sehingga harga turun.
Ketiga, suplai Non OPEC dan OPEC NGL merupakan suplai yang tidak bisa dikendalikan karena tidak masuk dikuota. Suplai akan naik tahun depan sehingga berdampak pada turunnya harga turun.
Keempat, stok minyak Amerika dan dunia sangat melimpah namun karena adanya pembatasan produksi OPEC, maka stok minyak akan mulai berkurang pada tahun 2010, sehingga harga naik.
Kelima, kapasitas cadangan produksi OPEC turun namun tetap tinggi pada 4 juta bph cukup untuk mengatasi kelangkaan sehingga harga turun.
Keenam, selama ini berpengaruh terhadap harga artinya dollar melemah harga naik. Diperkiraan dengan ekonomi stabil maka dollar AS tetap stabil sehingga harga juga stabil.
Ketujuh. perdagangan berjangka. Tahun ini meningkatnya harga melejit bukan didorong fundamental tapi didorong spekulasi akan lebih marak tahun depan. Tidak ada kontrol terhadap pasar berjangka sehingga harga naik.
Faktor terakhir, selama ketegangan timur tengah masih ada maka harga akan terdorong naik. Konflik Nigeria juga akan mendorong harga naik.
Pemerintahkan menetapkan harga ICP tahun sekitar US$ 50-70 per barel, bagaimana tanggapan anda?
Angka US$ 70 per barel itu ditetapkan sebagai batasan tertinggi karena akan ada energi alternatif sehingga menjadi visible. (epi/qom)

Tidak ada komentar: