Rabu, 03 Juni 2009

Bagi Capres, Isu Prita Lebih Seksi

Wawancara04/06/2009 - 00:28
Bagi Capres, Isu Prita Lebih Seksi
Bima Arya Sugiarto
R Ferdian Andi R

Bima Arya Sugiarto
(dok.pribadi)INILAH.COM, Jakarta – Dalam empat hari terakhir, tiga isu memanaskan suhu politik di tanah air. Mulai dari isu perbatasan Ambalat, kisah model Manohara Pinot, hingga nasib ibu rumah tangga Prita Mulyasari. Ketiga isu itu menyedot perhatian publik, tak terkecuali para capres.


Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia (CPI) Bima Arya Sugiarto menilai wajar, reaksi para capres dalam mengomentari isu yang berkembang di masyarakat. Menurut dia, justru capres yang tidak terlibat dalam isu aktual akan terlambat.


“Namun harus dilihat sejauh mana pengaruh isu tersebut pada preferensi masyarakat,” katanya kepada INILAH.COM, Rabu (3/6) di Jakarta.


Bima menilai, dari ketiga isu tersebut, isu Prita Mulyasari, tahanan kota Lembaga Pemasyarakatan WanitaTangerang yang berseteru dengan RS Omni Internasional, menjadi isu yang paling seksi. “Karena isu ini terkait pelayanan kesehatan masyarakat serta kebebasan berpendapat,” tegasnya.


Bima juga menilai siapa capres yang paling pas dalam memberi komentarnya atas setiap isu. Saiapa? Berikut ini wawancara lengkapnya:


Dalam empat hari terakhir ada tiga isu yang memancing reaksi para capres, mulai dari Ambalat, Manohara, hingga Prita Mulyasari. Capres pun mengikuti isu tersebut dan seolah-olah berupaya mengkapitalisasi isu ini untuk kepentingan Pemilu 2009?

Saya kira memang penting sekali bagi capres untuk bicara dalam isu actual. Justru kalau tidak bicara, maka ia akan ketinggalan zaman. Tapi harus dilihat, seberapa penting pengaruh isu itu bagi preferensi masyarakat.


Bagaimana Anda melihat isu Ambalat terkait dengan preferensi pemilih?

Isu Ambalat penting, tapi masih terlalu canggih untuk mayoritas pemilih. Ambalat masih belum menjadi perhatian pemilih. Karena isu Ambalat masuk di kalangan menengah ke atas. Kecuali, bunyinya misalnya soal kejayaan nasional dan kebanggan nasional, itu bisa. Tapi kalau soal Ambalat dikomentari teknis, saya kira tidak laku.


Bagaimana dengan isu Manohara dan Prita?

Kalau pun mau ikut komentar soal isu ini, jangan konyol, seperti ikut-ikutan. Isu Manohara lebih elitis, sedangkan isu Prita lebih relevan dengan kehidupan masyarakat. Ini tentang fasilitas kesehatan, biaya kesehatan, kebebasan berpendapat. Harsunya jika pun masuk di isu ini, jangan hanya seremonial. Seperti seremonial ketemu Manohara atau ketemu Prita, itu tidak ada artinya. Tapi masuklah lebih kepada program kerja. Semestinya isu seperti Pitra menjadi pintu masuk kepada isu yang lebih besar.


Bagaimana penilian Anda dari tiga capres ini atas ketiga isu tersebut?

Yang penting, bukan siapa yang lebih cepat, tapi siapa yang bicara lebih kontekstual dan lebih menyentuh kepentingan ke publik. Kalau cepat, tapi seremonial, ya percuma. Tapi memang ada risikonya. Lebih cepat bisa disebut lebih sensitif. Tapi lebih cepat namun tidak ada kontennay, juga percuma. Datang belakangan, juga bisa disebut ikut-ikutan.

Untuk isu Ambalat, JK terlalu reaktif bicara perang, sedangkan SBY sama sekali tidak mengarahkan perang. Soal Manohara, SBY sudah melakukan fungsinya untuk menjelaskan perlindungan sebagai kepala negara. [P1]

Tidak ada komentar: