Kamis, 04 Juni 2009

Manohara Odelia Pinot Kisah cinderela Yang Tak Berakhir Bahagia

Rabu, 2009 Mei 06
Walah Man-Man (Manohara) kok nasibmu jelek banget


MANOHARA ODELIA PINOT KISAH CINDRELELA YANG TAK BERAKHIR BAHAGIA




Manohara dan Raden Ajeng Kartini
Di pertengahan bulan April tepatnya tanggal 21, bisa dikatakan hari yang paling ditunggu para wanita Indonesia, bahkan mmengalahkan Hari Ibu yang jatuh di bulan Desember. Karena pada hari kelahiran Raden Ajeng Kartini banyak digelar acara-acara meriah dari parade busana daerah hingga lomba membaca surat-surat Kartini oleh Darmawanita dan PKK.



Meriahnya peringatan Hari Kartini ini sangat wajar, karena merayakan kebebasan kaum wanita dari budaya yang mengutamakan kaum pria, atau sebagai pengakuan kesuksesan gerakan emansipasi wanita dan feminisme Indonesia untuk menyamakan derajat dengan kaum pria.
Tapi di saat kegembiraan perayaan Hari Kartini belum habis di kalbu. Masyarakat Indonesia dikejutkan dengan pemberitaan mantan model Indonesia Manohara Odelia Pinot yang diisukan disiksa dan terpenjara di Istana Kelantan Malaysia

Manohara mirip Cindrelela
Sebut saja kata kuncinya: Wanita Indonesia – disiksa – Malaysia. Apa yang hadir di benak kita:






Kisah para TKW yang disiksa majikannya di Malaysia?



TKI yang dikejar-kejar pasukan rela?



Sebutan Indon untuk merendahkan WNI sebagai kasta rendah di Malaysia



Atau hasil budaya Indonesia yanga di luhung diaku milik Malaysia? (lagu Rasa Sayange, Reog, Batik, Angklung, Kuda Lumping)



Di berbagai media Indonesia banyak diberitakan bagaimana Ibu Manohara Odelia Pinot, Daisy berkisah tentang nasib malang putrinya, seorang model papan atas Indonesia yang menikah dengan Putra Mahkota Kerajaan Kelantan di usia 15 tahun. Dalam pernikahan tersebut, dikabarkan Manohara sering mendapat siksaan dari suami dan keluarganya baik fisik maupun mental. Menurut Ibu Mano, Manohara pernah disilet dadanya dan diusir dari kamar oleh suaminya karena tengah haid. Yang pada akhirnya membuat Manohara melarikan diri dan pulang ke Indonesia.




Suami Manohara berulang kali meminta Mano kembali ke Malaysia, namun Mano tak bersedia. Hingga Akhirnya Suami Mano membujuk Mano dengan ajakan Umroh bersama keluarga Mano (ibu dan kakak Mano). Umroh tersebut menjadi awal munculnya tuduhan keluarga Kerajaan Kelantan menculik Manohara.




Ibu Mano menuduh anaknya diculik, karena saat pesawat yang membawa Mano dan suaminya, ibu dan kakak Mano ditinggal sendirian di bandara di Arab Saudi. Dan sejak itu keluarga besar Manohara dicekal dan tidak diperbolehkan masuk Malaysia. Dan dalam hubungan telepon terakhir, Manohara hanya menangis dan terus menangis menanyakan kapan ibunya datang menengok. Untuk mendapatkan haknya kembali menemui putri bungsunya, Ibu Mano melaporkan ke Kepolisian, Deplu hingga Komnas perempuan dan media-media.




Gencarnya pemberitaan tentang penyiksaan Manohara yang melibatkan Keluarga terhormat di Malaysia akhirnya menguncang Malaysia. Ini unik, karena biasanya masalah yang menyangkutkan nama-nama anggota kerajaan di Malaysia selalu ditutup dan menguap dari media.




Sistem pemerintahan Monarki di Malaysia tak bisa disamakan dengan Pemerintahan demokrasi di Indonesia. Keluarga kerajaan di Malaysia memiliki kekuatan absolute untuk memerintah pemerintah seperti menyuruh mencekal keluarga Manohara dari Malaysia tanpa alasan jelas. Maupun membungkam media yang mengkritik kerajaan. Di Malaysia menghina keluarga kerajaan dapat membuat anda dipenjara dengan alasan menjadi musuh negara.




Tapi itu di Malaysia, beda di Indonesia, dimana kebebasan pers benar-benar terjamin pasca keberhasilan gerakan reformasi di tahun 1998. Ketika Perdana Menteri Malaysia datang ke Indonesia, dalam sesi jumpa pers, para wartawan di larang menanyakan masalah Manohara. Tapi sekali lagi ini di Indonesia, wartawan tetap bernyali untuk menanyakan masalah tersebut. Sang Perdana Menteri pun terpaksa menjawab pertanyaan wartawan Indonesia yang terkenal garang, Perdana Menteri menjawab ini adalah masalah keluarga dan mulai saat ini pencekalan keluarga Manohara telah dicabut.




Sikap diam Kerajaan Kelantan tak memuaskan media Indonesia, sehingga sah-sah saja jika hingga kini media Indonesia masih menyoroti nasib malang Manohara yang mirip Cindrelela, warga biasa yang dapat dipersunting calon raja, namun sayangnya tak berakhir bahagia, tersiksa dan terisolasi dalam sangkar emas istana.




Untuk menepis isu-isu miring Kerajaan Kelantan. Kemudian muncul blog-blog di internet yang menampilkan foto-foto Manohara bersama suaminya yang menampilkan citra bahagia dan mesra (namun benarkah demikian?). Sayangnya foto-foto tersebut tak diceritakan kapan diambilnya. Kemudian muncul Sobri yang mengaku sebagai teman dekat Manohara dan suaminya serta pembantu rumah tangga Kerajaan Kelantan asal Indonesia yang menyatakan Manohara dalam kondisi baik dan diperlakukan sebagaimana putri di kerajaan Kelantan.
Di situs Malaysiakini, Sobri bercerita bahwa isu ini hanya dihembuskan Ibu Mano, Daisy yang marah karena suami Mano tidak bersedia memberi uang untuk membayar hutang-hutang Daisy. Sobri juga berkata Manohara sangat mencintai suaminya dan tak ingin berpisah dari sang suami.




Tentang keterangan Sobri, Daisy membantah, dan berkata Sobri adalah orang yang sangat dibenci Manohara dan menjadi biang keladi penculikan Manohara. Bahkan dalam pembicaraan via telepon di TV one, Sobri keceplosan berkata pada Daisy: bukankah kita sudah sepakat untuk mempertahankan rumah tangga Manohara?. Yang kemudian ditangkap presenter Tv one dengan menanyakan apakah ada masalah di rumah tangga Manohara sehingga harus dipertahankan? Sobripun mengelak tak ada masalah di rumah tangga Mano. Bahkan di Malaysiakini Sobri menyatakan Daisy lah yang menjadi duri dalam rumah tangga Mano. Dan pencekalan dilakukan untuk menghindarkan Mano dari ibunya karena Manohara memiliki masalah dengan ibunya.




Sementara itu menurut Departemen Luar Negeri: pencekalan keluarga besar Manohara di Malaysia, sangat janggal dan perlu dipertanyakan. Mengapa warga negara yang tak pernah memiliki catatan kriminal bisa dicekal? Pihak Deplu juga telah mengirim surat resmi ke kerajaan Kelantan untuk mempertanyakan kondisi Manohara. Tapi surat resmi itu hanya dijawab lewat hubungan telepon yang menyatakan kondisi Manohara sehat dan baik. Ini tak lazim karena dalam hubungan diplomatik antar negara, surat resmi seharusnya dijawab dengan surat resmi pula.




Deplu juga menyatakan hasil pemantauan terhadap Manohara: Manohara selalu dikawal 2 pengawal perempuan dan 2 pengawal pria yang bersenjata. Artinya kerajaan Kelantan takut kehilangan Manohara. Atau mungkinkah pihak kerajaan takut Mano melarikan diri lagi ke Indonesia.




Penampilan Mano dan suami yang datang ke pertandingan sepak bola pun tak mampu menepis kecurigaan masyarakat Indoensia. Karena di mata masyarakat Indonesia. Dalam tayangan tersebut Mano tampak murung, berjalan jauh di belakang suaminya (seolah ingin menjauh dari suami) dan berulangkali merespon ajakan bicara suaminya dengan hanya memberi anggukan. Lebih anehnya Mano terlihat berulangkali menyentuh dada atas. Jika saja kakak Mano tak berkata sikap itu adalah tanda Mano untuk minta diselamatkan, aku pasti menganggap mungkin benar suami Mano suka menyilet dada Mano yang membuatnya kesakitan.
Entah pihak mana yang benar, Daisy atau Sobri, yang jelas Manohara adalah korbannya.

Manohara menjadi korban
Manohara menjadi korban karena dinikahkan dalam usia 15 tahun. Jika saja pernikahan itu di Indonesia, ibu Mano dan suami Mano bisa dijebloskan ke penjara, karena menikahkan anak di bawah umur. Di Indonesia usia minimal wanita untuk menikah adalah 16 tahun, itu pun harus seizin pengadilan agama.
Daisy pernah bercerita semasa pacaran, suami Manohara telah mengambil keperawanan Manohara, mungkin inilah yang menyebabkan Manohara dan keluarganya sulit menolak pinangan lelaki yang umurnya 2 kali lipat dari umur Mano.
Jika apa yang dikatakan Sobri adalah benar, berarti Mano menjadi korban penjualan manusia (human trafficking) oleh ibu dan suami Mano.

Manohara perlu perlindungan
Karena Manohara adalah korban kepentingan dari orang-orang sekitarnya, sudah selayaknya pemerintah Indonesia berupaya memberikan perlindungan pada Manohara. Untuk memastikan Manohara memiliki kebebasan untuk bersikap, berbuat, berbicara, bertemu dengan keluarganya maupun mendapatkan pendidikan. Jangan sampai nasib buruk R.A Kartini sebagai bangsawan yang terkungkung oleh budaya primordial, kembali berulang pada Manohara.

Tidak ada komentar: