Rabu, 08 Juli 2009

Perhitungan Cepat dan Hasil Pilpres 3 (Detik.com)

Rabu, 08/07/2009 20:35 WIB JK-Wiranto Kalah Akibat Kader Parpol Kurang Kompak Deden Gunawan - detikPemilu

Jakarta - Berbagai analisis mengemuka mengenai jebloknya perolehan suara JK-Wiranto. Selain karena waktu konsolidasi yang relati terbatas, kekalahan JK-Wiranto disebabkan karena kader parpol pendukung pasangan capres ini kurang kompak. JK-Wiranto lebih mengandalkan relawan. Pengamat politik Musni Umar mengatakan tidak banyaknya perolehan suara JK-Wiranto karena mandegnya mesin politik Golkar. Tim sukses JK-Wiranto tidak mengoptimalkan jaringan partai di tingkat DPD. Tim pemenangan JK-Wiranto lebih mengandalkan para relawan."Kubu JK-Wiranto mungkin khawatir kalau menggunakan instrumen partai, seperti DPD akan memakan banyak biaya. Itu sebabnya mereka banyak membentuk relawan," jelas Umar saat berbincang-bincang dengan detikcom, Rabu (8/7/2009). Namun para relawan JK-Wiranto kemudian tidak berdaya. Karena luas daerah yang harus mereka sisir sangat luas. Dan lagi-lagi masalah waktu yang jadi kendalanya.Pengamat politik dari Indobarometer Muhammad Qodari juga berpendapat bahwa salah satu sebab kekalahan JK-Wiranto adalah karena masalah internal Golkar. "Mau dibolak-balik seperti apa kader Golkar itu bersifat pragmatis. Ditambah figur JK yang kurang menjual, maka suara dari Golkar banyak yang lari," tuturnya.Kekalahan JK-Wiranto ini terlihat dari berbagai hasil quick count yang dilansir sejumlah lembaga. JK-Wiranto berada di urutan paling buncit dengan perolehan suara sekitar 12-13 persen. Posisi pertama ditempati SBY-Boediono dengan perolehan suara sekitar 60% dan posisi kedua ditempati Megawati-Prabowo dengan perolehan suara 27%.( ddg / asy )
Rabu, 08/07/2009 20:23 WIB Partisipasi Pemilih di Sumut Diperkirakan di Atas 65 Persen Khairul Ikhwan - detikPemilu

Medan - Tingkat keikutsertaan masyarakat dalam Pilpres di Sumatera Utara (Sumut) diperkirakan lebih dari 65 persen. Prediksi itu disampaikan Gubernur Sumut Syamsul Arifin kepada wartawan di Medan, Rabu (8/6/2009)."Dari beberapa TPS yang saya pantau langsung, secara umum partisipasi warga jauh lebih baik. Hanya saja saksi dari tiga calon tidak selalu lengkap pada setiap TPS yang saya kunjungi," kata Syamsul Arifn.Disebutkannya, secara umum partisipasi warga Pilpres di Sumut yang melebihi paritisipasi warga pada pelaksanaan Pemilu legislatif yang berkisar 60 hingga 65 persen. Hal ini, kata dia, terlihat dari para pemilih terlihat antri di sejumlah TPS yang dikunjunginya.Pada bagian lain Syamsul mengimbau semua pihak, khususnya masyarakat dengan masing-masing massa pendukung dan simpatisan ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden, agar dapat menerima dengan rasa syukur dan jiwa besar hasil pemilihan hari ini."Apa pun hasilnya, marilah kita terima dengan rasa syukur dan jiwa besar. Meski hasil penghitungan cepat telah beredar, mari kita tunggu dengan sabar hasil penghitungan resmi secara manual," kata Syamsul yang memberikan keterangan di rumah dinas, Jl. Sudirman, Medan.( rul / djo )
Rabu, 08/07/2009 20:21 WIB JK Kalah, Ikatan Pemilih dengan Ormas Islam di Pilpres Makin Lemah Deden Gunawan - detikPemilu

Jakarta - Perolehan suara JK-Wiranto dalam Pilpres 2009 benar-benar jeblok, sangat jauh dari bayangan tim suksesnya. Perolehan JK-Wiranto melorot dibanding perolehan suara Golkar dalam Pemilu 2009. Diduga karena waktu konsolidasi yang mepet dan tidak efektifnya dukungan ormas Islam dan kiai. Kekalahan JK-Wiranto ini terlihat dari berbagai hasil quick count yang dilansir sejumlah lembaga survei, Rabu (8/7/2009). JK-Wiranto berada di urutan paling buncit dengan perolehan suara sekitar 12-13 persen. Posisi pertama ditempati SBY-Boediono dengan perolehan suara sekitar 60% dan posisi kedua ditempati Megawati-Prabowo dengan perolehan suara 27%. Kekalahan telak JK-Wiranto tentunya menimbulkan tanya. Sebab sejak awal kampanye, pasangan yang berjargon lebih cepat lebih baik dan didukung Partai Golkar, Hanura, PKNU, Barnas, dan PDK ini sangat intensif mendekati sejumlah tokoh-tokoh ormas agama. Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Muzadi dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin bahkan secara terbuka menyatakan dukungan terhadap pasangan nusantara ini.Kubu JK-Wiranto sebelumnya memprediksi dukungan yang diraih dari NU dan Muhammadiyah akan mengimbangi pasangan SBY-Boediono. Di atas kertas mereka berhitung, dengan modal yang mereka kumpulkan bersama partai koalisi, JK-Wiranto mengantongi paling tidak 20.84%.Dengan adanya dukungan dari sejumlah ormas, seperti NU, Muhammadiyah, Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), serta ormas kepemudaan, perolehan sura JK-Wiranto diperkirakan bakal mengalami peningkatan hingga 12%. Sehingga pasangan tersebut mampu mendulang paling tidak 30%. Sehingga bisa memaksa pasangan SBY-Boediono bermain dalam 2 putaran di pilpres.Tapi ternyata prediksi itu hanya hitung-hitungan di atas kertas. Kenyataannya, JK-Wiranto justru kehilangan sampai 7% dari modal suara yang mereka miliki sebelumnya.Pengamat politik dari Indo Barometer Muhammad Qodari saat dihubungi detikcom mengatakan, problem utama yang dihadapi JK-Wiranto di pilpres kali ini adalah waktu dan konsolidasi di internal partai Golkar.Diakui Qodari, pendekatan yang dilakukan JK-Wiranto terhadap sejumlah ormas sebenarnya sudah cukup baik. Terbukti sejumlah tokoh ormas menyatakan dukungan kepada pasangan itu.Hanya saja, kata Qodari, karena keterbatasan waktu, dukungan elit ormas tersebut belum sampai ke tingkat massa. "Kalau pilpres ini diselenggarakan 6 bulan lagi, saya kira perolehan suara JK-Wiranto tidak seperti ini," ujar Qodari.Persoalan lainnya, sejak reformasi di masyarakat sudah terjadi fenomena otonomi relatif pemilih. Maksudnya, pemilih saat ini sudah semakin otonom. "Ikatan pemilih terhadap kiai atau ulama dalam hal pilihan politik sekarang semakin melemah," kata dia.Sebagian massa ormas Islam saat ini, beber Qodari, cenderung menjadikan referensi untuk menentukan pilihan politik berdasarkan yang mereka lihat di televisi. "Dan intensitas iklan JK-Wiranto di televisi jelas-jelas kalah dengan SBY," ujar Qodari.( ddg / asy )
Rabu, 08/07/2009 20:18 WIB Kampanye di Masa Tenang Bawaslu Panggil Mega-Prabowo Kamis Besok Novi Christiastuti Adiputri - detikPemilu

Jakarta - Tim Sukses Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono melaporkan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto karena melakukan kampanye di masa damai. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pun akan memanggil pasangan Mega-Prabowo terkait laporan tersebut Kamis 9 Juli besok."Untuk kasus Megawati, kami telah mengirimkan surat undangan pada Ibu Mega dan Prabowo. Rencananya pukul 14.00 WIB dan Pak Prabowo 15.30 WIB," ujar anggota Bawaslu Bidang Penanganan Pelanggaran, Wirdaningsih di kantornya, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (8/7/2009).Menurut Wirdaningsih, Bawaslu telah mengirimkan surat pada pasangan nomor satu ini. Diharapkan keduanya bisa datang tepat waktu."Kami akan melakukan klarifikasi dengan mereka," pungkasnya.( rdf / nwk )
Rabu, 08/07/2009 20:09 WIB Jumpa Pers Terakhir, Direktur LRI Ngaku Tak Layak Lagi Diwawancara Novia Chandra Dewi - detikPemilu

Foto Terkait
Boediono Memberikan Suara Jakarta - Direktur Lembaga Riset Informasi (LRI) Johan Silalahi menggelar jumpa pers pembubaran lembaga yang dianggap salah prediksi dalam Pilpres 2009. Karena merasa gagal memprediksi, Johan mengaku tak layak lagi diwawancarai."Saya menyatakan dengan resmi ini press conference terakhir dari LRI. Setelahnya, saya tidak layak diwawancarai dalam hal riset. Karena sudah jelas-jelas prediksi saya gagal total," ujar Johan dalam jumpa pers di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (8/7/2009).Johan berharap, langkah yang dia lakukan ini juga diikuti oleh para pemimpin lain. Jika mereka dinyatakan gagal memimpin, lebih baik mundur saja."Minta maaf kalau sudah melakukan kesalahan. Saya memang mendukung Jusuf Kalla (JK)-Wiranto. Tapi quick count tidak bisa dikatakan sebagai hasil resmi Pilpres, yang resmi adalah hasil KPU," imbuhnya.Dia menjelaskan, ada pemisahan antara Johan's Foundation, Johan's Polling dengan LRI. Cuma LRI saja yang dibubarkan, sementara yang lain tidak. "Mengenai karyawan, seperti apa solusinya ke depan nanti kita bahas," janji Johan.( anw / nwk )
Rabu, 08/07/2009 19:58 WIB Prabowo: Hasil Quick Count Tidak Valid Didi Syafirdi - detikPemilu

Jakarta - Pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto mengecam pelaksanaan quick count dan exit poll di beberapa stasiun TV. Menurut cawapres Prabowo Subianto, hasil quick count tidak valid dan tidak bisa dijadikan acuan hasil pilpres."Hasil quick count itu tidak valid," ujar Prabowo saat memberikan keterangan pers di Kediaman megawati, Jl Teuku Umar, Jakarta Pusat, Rabu (8/7/2009).Menurut Prabowo exit poll, tidak pernah dilakukan di luar negeri. Hal itu bahkan dianggap sebagai tindak kriminal."Semua saksi agar tidak terpengaruh pembentukan opini secara dini. Baru satu jam sudah ada yang menang, ini skenario untuk menyesatkan Pemilu," gugat Prabowo.Prabowo menjelaskan kemenangan pasangan SBY-Boediono belum pasti. karena menurut survei yang dilakukan Indonesia Development Monitoring (IDM), pasangan Menga-Prabowo justru unggul dengan 38 persen suara. JK-Wiranto 31 persen dan SBY-Boediono 30 persen. Survei ini dilakukan di 3.000 tempat pemungutan suara (TPS) di 17 provinsi. "Kami menyayangkan stasiun TV yang berpihak. Kami mengingatkan pada para pemilik stasiun TV hal ini tidak bertanggung jawab," ungkap Mantan danjen Kopassus ini.Pasangan nomor 1 ini juga menyayangkan adanya institusi pemerintah yang tidak netral serta kecurangan-kecurangan sistematis yang dilakukan pihak-pihak tertentu untuk menciderai demokrasi."Kita akan siapkan langkah-langkah hukum," ungkapnya.( rdf / nwk )
Rabu, 08/07/2009 19:57 WIB Hasil Quick Count Jelek Akbar: Bukti JK Lebih Pentingkan Diri Sendiri Daripada Partai Djoko Tjiptono - detikPemilu
dok detikcom

Jakarta - Perolehan suara pasangan JK-Wiranto dalam Pilpres 2009 yang buruk menunjukkan bahwa mesin politik Golkar di daerah tidak berjalan optimal. Hal ini juga bukti kongkrit bahwa JK lebih mementingkan diri sendiri ketimbang partai.Hal tersebut diungkapkan mantan Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tandjung, dalam perbincangan dengan detikcom melalui telepon, Rabu (8/7/2009).Akbar menjelaskan, kondisi ini berawal dari kekecewaan daerah terhadap JK selaku ketua umum, khususnya terkait penetapan capres. JK tidak pernah melibatkan infrastruktur partai, khususnya DPD tingkat II, dalam penetapan capres.Menurut Akbar, buruknya hubungan antara daerah dan pusat menyebabkan Partai Golkar salah mengambil keputusan. Akibatya Partai Golkar memaksakan diri mencalonkan JK sebagai capres."Padahal aspirasi yang berkembang saat itu dari arus bawah, Partai Golkar sebaiknya melanjutkan koalisi dengan Partai Demokrat. Sebab saat ini perolehan suara Golkar di Pileg juga turun, jauh dari target yang digembar-gemborkan pusat," ujar Akbar.Dan di sisi lain, kata Akbar, Partai Demokrat membuka peluang berlangsungnya koalisi tersebut dengan syarat Partai Golkar tidak hanya mengajukan satu nama. Namun permintaan PD tersebut dinilai JK sebagai tekanan sehingga dia maju sendiri sebagai capres."Ini kan bukti dia mementingan kepentingan politik pribadi ketimbang partai. Ini semua berdampak pada infrastruktur partai. Dukungan terhadanya pun buruk," tegas Akbar.Menurut Akbar, seharusnya JK menghargai aspirasi daerah sebagaimana terjadi dalam Pemilu 2004. Pada saat itu, capres Partai Golkar ditetapkan melalui konvensi yang tidak hanya melibatkan DPD tingkat I tapi juga DPD tingkat II."DPD tingkat II merasa ikut menetapkan sebuah produk keputusan parpol. Dengan demikian, mereka akan mempunyai tanggung jawab untuk menyukseskan keputusan tersebut," tegas Akbar.( djo / yid )
Rabu, 08/07/2009 19:54 WIB Akbar: Munas Partai Golkar, Lebih Cepat Lebih Baik Djoko Tjiptono - detikPemilu
dok detikcom

Jakarta - Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan perolehan suara pasangan JK-Wiranto dalam Pilpres 2009 buruk. Jika hal itu bisa diyakini kebenarannya, Partai Golkar harus melakukan konsolidasi nasional dengan cepat.Hal itu diungkapkan mantan Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tandjung, saat dihubungi detikcom melalui telepon, Rabu (8/7/2009).Menurut Akbar, konsolidasi nasional wajar dilakukan partai politik pasca menghadapi sebuah agenda besar. Terlepas apakah agenda politik tersebut berdampak baik atau buruk terhadap organisasi."Dan konsolidasi nasional yang baik adalah melalui munas. Dan tentunya, hal itu lebih cepat dilakukan lebih baik," ujar Akbar.Menurut Akbar, Munas tersebut Partai Golkar akan menyusun berbagai strategi terkait agenda politik ke depan. Dan semua strategi yang disusun itu harus bermuara ke Pemilu 2014."Hal-hal yang harus dibahas adalah kepemimpinan organisasi, strategi pemenangan politik dan kaderasasi partai," ungkap Akbar.( djo / yid )
Rabu, 08/07/2009 19:36 WIB Quick Count LP3ES SBY Double Winner, JK & Mega Double Loser Mega Putra Ratya - detikPemilu

Jakarta - Sejumlah lembaga survei menunjukkan pasangan SBY-Boediono memimpin perolehan suara sementara dibandingkan dua capres lainnya. Atas kemenangan ini, SBY layak mendapat gelar double winner."Sedangkan JK dan Mega double loser. Pertama kalah di pemilu legislatif kedua kalah di pilpres ini," ujar Direktur LP3ES Suhardi Suharyadi saat jumpa pers dikantornya, Jl S Parman, Jakarta, Rabu (8/7/2009).Dengan kalahnya JK, menurut Suhardi Golkar akan mendapat lampu kuning dari masyarakat. Ini menunjukkan klaim keberhasilan JK yang ditunjukkan selama ini ke masyarakat tidak terbukti"Seperti konversi minyak tanah ke gas, justru yang telihat malah memukul perekonomian rakyat," kata Suhardi.Berdasarkan hasil perhitungan cepat yang dilakukan LP3ES, pasangan bernomor urut 2, Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono memenangi pemilihan presiden kali ini dalam satu putaran.Dari data yang masuk pada pukul 16.12 WIB SBY-Boediono mendapatkan 60,28 persen, Megawati-Prabowo 27 persen dan urutan terakhir adalah JK-Wiranto 12,32 persen dan angka golput mencapai 28 persen.Dasar perhitungan tersebut diperoleh dari data yang diperoleh dari pemantauan dan pencatatan hasil penghitungan suara di 1890 TPS, 90,45 persen dari total TPS sampel (data dari Papua Barat belum masuk) yang tersebar di seluruh Indonesia. TPS-TPS tersebut dipilih secara acak menurut metodologi statistik, ambang batas kesalahan dari perkiraan tersebut adalah +/-1 persen dari tingkat kepercayaan.( mpr / anw )
Rabu, 08/07/2009 19:20 WIB Keok di Quick Count Mega-Prabowo Nyatakan Sikap Malam Ini Didi Syafirdi - detikPemilu

Jakarta - Mega-Prabowo sudah hampir dipastikan kalah dalam Pemilihan Presiden 2009. Pasangan nomor urut satu itu pun segera memberikan pernyataan sikap.Mega dan Prabowo rencananya akan berbicara di kediaman Mega di Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (8/7/2009) pukul 19.00 WIB. Namun hingga pukul 19.15 WIB, acara tersebut belum juga dimulai.Padahal, pantuan detikcom, Prabowo telah tiba di rumah Mega pukul 18.50 WIB. Begitu juga dengan sejumlah politisi PDI Perjuangan dan Partai Gerindra.Begitu tiba, Prabowo yang mengenakan batik coklat ini tidak memberikan keterangan apapun. Prabowo langsung masuk ke dalam rumah Mega.Hal serupa juga dilakukan para petinggi Partai Gerindra seperti Fadli Zon, Ahmad Muzani dan Muchdi Pr.Sementara itu, sekitar 50 pendukung pasangan Mega-Prabowo juga mendatangi kediaman Mega. Mereka mengibarkan bendera pasangan Mega-Prabowo dan meneriakan yel-yel hidup Mega Prabowo.( rdf / ken )
Rabu, 08/07/2009 20:38 WIB KPU Minta Semua Pihak Tunggu Penghitungan Resmi Selesai Muhammad Taufiqqurahman - detikPemilu

Video Terkait
Ketua KPU Nyontreng di Rumah Rafika Duri
Foto Terkait
Ketua KPU Nyontreng Jakarta - Berbagai lembaga yang menggelar Quick Count sudah menempatkan SBY-Boediono sebagai pemenang Pilpres 2009 dalam satu putaran. Namun Komisi Pemilihan Umum (KPU) meminta semua pihak untuk menunggu hasil resmi penghitungan suara sebelum bersikap."Kami memohon kepada semua pihak untuk dapat bersabar menunggu hasil penghitungan suara yang resmi oleh KPU," kata Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary di Kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Rabu (8/7/2009)Menurut Hafiz, penghitungan suara yang resmi dan sah harus sesuai dengan aturan dan hukum perundang-undangan yang sudah ditetapkan. Penghitungan yang dilakukan oleh KPU juga sudah melalui rapat pleno terbuka.Lebih lanjut, Hafiz mengaku kalau KPU sudah menginstrksian kepada TPS di seluruh Indonesia untuk mengumumkan sertifikat hasil penghitungan suara dalam bentuk lampiran model C1 dari seluruh TPS yang berada di wilayahnya."Hal ini sesuai dengan UU no 22 tahun 2007 dan UU no 42 tahun 2008 serta Peraturan KPU No 29, 30, dan 52 tahun 2009," jelasnya.Tak lupa KPU mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat atas partisipasinya dalam pemungutan suara pilpres. Termasuk di dalamnya mitra kerja KPU."Kami mengucapkan terima kasih juga kepada Bawaslu, para peserta pemilu dan pihak keamanan dan semua pihak yang mendukung terselenggaranya pemungutan dan perhitungan suara yang tertib dan damai," tandasnya.( gah / anw )
Rabu, 08/07/2009 20:34 WIB Keok di Quick Count Siap Jadi Oposisi, Prabowo Galang Koalisi di Parlemen Didi Syafirdi - detikPemilu

Jakarta - Meski hampir dipastikan kalah di Pilpres 2009, cawapres Prabowo Subianto pantang mundur. Melalui anggota DPR dari Gerindra, Prabowo akan menggalang kekuatan bersama dengan PDIP dan partai lain untuk menjadi oposisi pemerintah."Ya sangat besar kemungkinan (oposisi). Jelas kita akan berkoalisi bukan hanya dengan PDIP, tapi dengan semua pihak yang memiliki platform ekonomi kerakyatan dan tidak mau menjual aset-aset asing," kata Prabowo.Hal tersebut dia sampaikan saat menjawab kemungkinan akan menjadi oposisi pemerintah saat jumpa pers di kediaman Megawati di Jl Teuku Umar, Rabu (8/7/2009).Mungkinkah Golkar akan gabung dalam kelompok oposisi ini? "Yah kita lihat saja nantilah. Kita masih concern terhadap pilpres dulu," jawab mantan Danjen Kopassus tersebut.( anw / ken )

Tidak ada komentar: