Rabu, 08 Juli 2009

Perhitungan Cepat dan Hasil Pilpres (Detik.com)

Rabu, 08/07/2009 17:14 WIB Wiranto dan Mega 2 Kali Kalah, Prabowo Bisa Bersinar di 2014 Arifin Asydhad - detikPemilu

Jakarta - Wiranto dan Megawati merupakan dua peserta Pilpres yang telah dua kali gagal dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) secara langsung. Sedangkan Prabowo Subianto kalah dalam pertarungan Pilpres 2009, namun masih ada kemungkinan akan bersinar pada 2014. Hasil quick count dari berbagai lembaga memperlihatkan bahwa SBY-Boediono unggul jauh dibanding dua capres-cawapres lainnya dalam Pilpres 2009, Rabu (8/7/2009). SBY-Boediono meraup suara sekitar 60%, Mega-Prabowo sekitar 27%, dan JK-Wiranto sekitar 12 persen. Dari para capres-cawapres itu, Wiranto dan Megawati yang memiliki rekor kalah dalam Pilpres terbanyak. Keduanya sudah dua kali kalah. Bila pada Pemilu 2014 nanti, keduanya akan maju lagi dalam Pilpres, maka keduanya juga akan menjadi pemegang rekor terbanyak sebagai peserta Pilpres. Namun, ada kemungkinan Wiranto dan Megawati tidak akan ikut lagi dalam Pilpres 2009, karena keduanya sudah berusia 67 tahun. JK kemungkinan besar juga tidak akan maju dalam Pilpres 2014, karena usianya sudah 72 tahun. Demikian juga SBY juga tidak akan maju dalam Pilpres 2014 karena sudah dua periode menjabat presiden. Boediono juga dianggap sudah sepuh bila ikut Pilpres 2014, karena usianya mencapai 71 tahun. Satu-satunya peserta Pilpres 2009 yang kemungkinan besar masih akan ikut dalam Pilpres 2014 adalah Prabowo Subianto. Dengan bekal perolehan suara Mega-Prabowo dalam Pilpres 2009, bisa jadi Prabowo akan bersinar pada Pilpres 2014. Usianya pada 2014 juga baru 63 tahun. Perolehan suara Mega-Prabowo meningkat tajam bila dibandingkan hasil Pemilu Legislatif 2009. Duet ini sebenarnya secara signifikan hanya didukung dua parpol, yaitu PDIP dan Gerindra. Dalam Pemilu 2009, PDIP meraup suara 14,02% dan Gerindra hanya 4,46%. Bila saat ini, sesuai data hasil quick count berbagai lembaga, Mega-Prabowo bisa meraih 27 persen, maka berarti duet ini bisa menambah perolehan suara sekitar 9%.( asy / nrl )
Rabu, 08/07/2009 17:12 WIB Survei Puskaptis Mega-Prabowo Unggul di Jambi, Kaltim dan Kampung JK Amanda Ferdina - detikPemilu

Jakarta - Pasangan SBY-Boediono unggul di sejumlah provinsi berdasarkan penghitungan cepat Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis). Namun di Provinsi Jambi, Kalimantan Timur, bahkan di kampung halaman Jusuf Kalla, Sulawesi Selatan, perolehan suara pasangan Megawati-Prabowo meraih suara tertinggi.Inilah hasil quick count yang disampaikan Puskaptis di Sate Khas Senayan, Jl Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (8/7/2009). Total suara yang disurvei Puskaptis sebesar 299.954 pemilih. Sampel diambil dari 33 provinsi, sampel kabupaten/kota sebanyak 150, sampel kecamatan ada 100, dan sampel desa 1.000. Metode pengambilan data diambil dengan mencatat jumlah suara sah langsung pada TPS Rabu 8 Juli mulai pukul 13.00-17.00 WIB. Jumlah TPS yang diambil sebanyak 2.000 lokasi.Di Provinsi Jambi, Mega-Prabowo mendapat 42,27 persen. Sedangkan pasangan SBY-Boediono memperoleh 33,18 persen, sedangkan JK-Wiranto sebanyak 24,56 persen.Di Kaltim, pasangan ini bahkan mencapai 50,38 persen, SBY-Boediono 34,86 persen dan JK-Wiranto 14,77.Di kampung halaman Jusuf Kalla, Sulawesi Selatan, suara Mega melejit hingga 52 persen, SBY-Boediono hanya dapat 23,28 persen. Sedangkan JK-Wiranto 24,72 persen.( mok / nrl )
Rabu, 08/07/2009 17:01 WIB JK Kalah di Quick Count Golkar Sumbar Mengaku Sudah Bekerja Maksimal Yonda Sisko - detikPemilu

Foto Terkait
JK-Mega Mencontreng Padang - Berdasarkan hasil quick count yang dilakukan sejumlah lembaga survei, perolehan suara JK di Pilpres 2009 jeblok. Hal ini membuat kaget Golkar Sumatera Barat (Sumbar). Sebab mereka merasa sudah bekerja keras."Jelas kita kaget karena untuk Sumbar kita menargetkan perolehan suara JK-Wiranto tembus 55 persen. Sekarang kita masih bertanya-tanya, ada apa ini?" ujar Ketua Tim Kampanye JK-Wiranto untuk Sumbar, Irdinansyah Tarmizi, kepada detikcom melalui telepon, Rabu (8/7/2008). Irdiansyah menegaskan, pihaknya sudah berupaya semaksimal mungkin untuk meraup dukungan mayoritas dari masyarakat. Karena itu dia menampik hal ini terjadi karena mesin politik Partai Golkar dan Hanura di daerah tidak bekerja."Golkar dan Hanura di Sumbar sudah berbuat semaksimal mungkin. Bagaimana hasilnya sudah di luar kuasa kita," katanya.Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei pasangan SBY-Boediono menang dalam 1 putaran. Perolehan suara SBY-Boediono disebutkan mencapai 50 persen lebih di semua lembaga survei.( yon / djo )
Rabu, 08/07/2009 17:00 WIB Gara-gara Tak Mengakar LSI: JK Dikalahkan SBY di Basis Golkar Shohib Masykur - detikPemilu

Video Terkait
Boediono Beserta Istri Jalan Kaki ke TPS
Foto Terkait
SBY Berikan Suaranya Jakarta - Kekalahan Jusuf Kalla (JK)-Wiranto dalam Pilpres agak ironis. JK kalah dari SBY-Boediono di wilayah yang menjadi basis massa Golkar."Yang Golkar-nya juga kuat, seperti di Sumsel, Riau, Kepri, dan Sulteng di sana JK kalah telak dari SBY," ujar Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI) Saiful Mujani di Studio 1 Transcrop Jl Kapten Tendean, Jakarta, Rabu (8/7/2009).Menurut Saiful, kekalahan JK karena dia tidak mengakar di kalangan masyarakat Golkar. Selama menjabat sebagai ketua umum Golkar, JK lebih banyak memfokuskan diri di pemerintahan."JK sebagai pemimpin Golkar tidak terlalu berakar dan JK tahu itu. Selama lima tahun ini dia dedikasikan dirinya untuk pemerintahan karena dia kan inginnya berlanjut. Keputusan nyalon itu kan baru akhir-akhir," urai dia.Data dari LSI, di Sulsel JK-Wiranto masih unggul dengan perolehan suara 64,35 persen. Sedangkan di Sulsel SBY-Boediono memperoleh 32,06 persen dan Mega-Prabowo 3,59 persen.Namun di tempat lain, Sumsel misalnya JK-Wiranto kalah telak dan hanya memperoleh suara 12,60 persen. SBY melesat jauh dengan 60,84 persen. Sedangkan Mega-Prabowo 26,57 persen.Di basis Golkar lainnya yakni Riau dan Kepri JK-Wiranto hanya memperoleh 12,43 persen. Sedangkan SBY-Boediono jauh di atasnya dengan suara 65,97 persen. Sementara Mega 21,60 persen. ( nik / iy )
Rabu, 08/07/2009 17:01 WIB Mega dan JK Belum Ucapkan Selamat pada SBY Luhur Hertanto - detikPemilu

Video Terkait
Pesta Demokrasi Bangsa Indonesia
Foto Terkait
Prabowo Nyontreng di Kampung Gombong Jakarta - Menyusul tayangan hasil hitung cepat pilpres 2009, tidak terhitung banyaknya kata ucapan selamat yang capres SBY terima. Tapi belum ada yang datang dari JK-Wiranto dan Mega-Prabowo.Demikian tutur Sekjen PKB Lukman Edi di Cikeas, Kab. Bogor, Rabu (8/7/2009). Dia dicegat usai pertemuannya bersama Ketum PKB Muhaimin Iskandar dengan SBY."Kita dengar tadi banyak sekali ucapan selamat. Tapi dari JK dan Mega belum," ujar dia.Hal sama juga disampaikan Ketua DPP PD Andi Mallarangeng bahwa belum ada ucapan selamat datang dari JK dan Mega. Tetapi dia memastikan bahwa SBY pada waktunya nanti akan berkomunikasi dengan dua tokoh itu dalam kapasitas selaku sesama capres."Sampai sekarang belum ada (ucapan selamat dari JK dan Mega). Tapi beliau selalu ingin merangkul semua pihak," ujar Mallarangeng.( lh / nrl )
Rabu, 08/07/2009 16:55 WIB Survei Puskaptis SBY-Boediono 57,94%, Mega-Prabowo 28,16%, JK-Wiranto 13,89% Amanda Ferdina - detikPemilu

Jakarta - Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) merilis hasil penghitungan cepat yang mereka lakukan. Pasangan SBY-Boediono mendapat perolehan suara tertinggi dengan 57,94 persen."Kami bukan mengatakan SBY menang, ini adalah hasil perhitungan cepat, yang unggul itu adalah SBY," Direktur Puskaptis, Husein Yazid, saat mengumumkan hasil quick count Puskaptis di Sate Khas Senayan, Jl Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (8/7/2009).Total suara yang disurvei Puskaptis sebesar 299.954 pemilih. Sampel diambil dari 33 provinsi, sampel kabupaten/kota sebanyak 150, sampel kecamatan ada 100, dan sampel desa 1.000. Metode pengambilan data diambil dengan mencatat jumlah suara sah langsung pada TPS Rabu 8 Juli mulai pukul 13.00-17.00 WIB. Jumlah TPS yang diambil sebanyak 2.000 lokasi.Berikut adalah hasilnya:Megawati-Prabowo 28,16 persen (84.479)SBY-Boediono 57,94 persen (173.806)JK-Wiranto 13,89 persen (41.669).( mok / nrl )
Rabu, 08/07/2009 16:44 WIB Cetro: Banyak Suara Tak Sah Lantaran Peraturan Kaku Ayu Fitriana - detikPemilu

Jakarta - Sistem penandaan dalam pelaksanaan Pilpres masih bermasalah sehingga menyebabkan banyak suara tidak sah. Hal tersebut terjadi lantaran peraturan pilpres yang ada masih terlalu kaku. "Tingkat kesalahan menjadi tinggi karena peraturan kita terlalu kaku dan tidak terlalu melayani kepentingan pemilih," ujar Direktur Eksekutif Cetro, Hadar Nafis Gumay, di Gedung KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta, Rabu (8/7/2009).Cetro menemukan di TPS 13, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat ada 101 suara tidak sah. Padahal, dari 625 DPT yang ada, cuma 351 saja yang memilih.101 Suara yang tidak sah tersebut hanya terjadi karena bentuk pencontrengannya keluar dari kotak gambar capres. Padahal, masih sangat jelas siapa capres yang dipilih.Selain itu, di TPS 12 Kelurahan Pegangsaan 2, Kecamatan Kelapa Gading, ditemukan surat suara yang dicontreng dengan benar, namun bertuliskan 'yes'. Surat suara itu pun dianggap tidak sah."Penandaan yang keliru tadi merupakan suatu indikasi sosialisasi yang kurang dari KPU," kata Hadar.( anw / iy )
Rabu, 08/07/2009 16:43 WIB JK Kalah di Quick Count Golkar Jateng Bantah Mesin Politik Tak Bergerak Triono Wahyu Sudibyo - detikPemilu
dok detikcom

Semarang - Berdasarkan quick count (hitung cepat), JK-Wiranto keok. Partai Golkar Jateng beralasan, masalahnya tidak terletak pada mesin politik, tapi timing."Mesin (politik) sudah lumayan," kata Ketua FPG DPRD Jateng, Soejatno Pedro HD kepada detikcom melalui telepon, Rabu (8/7/2009).Pedro menjelaskan, dari hasil pengamatan, JK leading di kalangan menengah ke atas. Sebaliknya, di kalangan menengah ke bawah, suara JK sangat berat."Kalau ada waktu 3 atau 5 bulan, mungkin suara Pak JK tidak seperti saat ini," katanya.Mantan Ketua Bappilu Golkar Jateng ini menambahkan, berdasarkan pantauan lapangan, kalangan menengah ke bawah memang kesulitan memahami gagasan-gagasan JK. Hal ini terutama terjadi di Jawa."Karena itu, suara pak JK di Jawa kemungkinan besar kecil. Kita tunggu saja hasil resmi dari KPU," demikian Soejatno Pedro.( try / djo )
Rabu, 08/07/2009 16:43 WIB LRI Dibubarkan, Para Karyawan Pasrah Novia Chandra Dewi - detikPemilu
(Foto: dok Rumgapres-detikcom)

Video Terkait
Pesta Demokrasi Bangsa Indonesia
Foto Terkait
Keluarga Cendana Mencontreng Jakarta - Lembaga Riset Informasi (LRI) akan dibubarkan pada Rabu (8/7/2009) pukul 17.00 WIB. Para karyawan pun pasrah terhadap nazar pemimpinnya ini."Ya kita nggak kaget juga. Kalau memang mau dibubarkan kita legowo saja. Tapi kalau misal mau dibubarkan kita tidak langsung bubar jalan. Karena masih ada tanggung jawab-tanggung jawab yang harus diselesaikan," ujar karyawati LRI di bagian manajemen yang enggan disebut namanya.Hal itu disampaikan dia ketika ditanya detikcom, di Kantor LRI di Gedung Menara Kuningan, Lantai 9 blok SGH di Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (8/7/2009).Menurut perempuan ini, LRI didirikan pada 1 Agustus 2007 lalu. Perempuan yang sudah bekerja dengan Presiden LRI Johan O Silalahi selama 3 tahun ini menambahkan bahwa bosnya belum memberitahu secara resmi tentang pembubaran LRI ini."Sampai saat ini, belum ada pemberitahuan secara resmi dari Pak Johan. Tapi kita bisa menduga karena beberapa kali statement itu pernah dikeluarkan di media oleh Pak Johan. Kita tunggu," imbuhnya.Senada dengan karyawati itu, karyawan bagian riset ini pun menerima dengan legowo. "Ya kita legowo. Kita percaya rezeki bisa dicari di mana pun kalau kita mau usaha. Kalau tidak di sini ya mungkin di tempat lain," tutur laki-laki berusia 38 tahun ini.Sementara karyawati bagian administrasi ini lebih pragmatis. "Terus aja. Jalanin aja. Yang penting bayarannya ada. Yang penting gajinya dibayar," ujar perempuan ini.( nwk / iy )
Rabu, 08/07/2009 16:44 WIB Cetro: Banyak Suara Tak Sah Lantaran Peraturan Kaku Ayu Fitriana - detikPemilu

Jakarta - Sistem penandaan dalam pelaksanaan Pilpres masih bermasalah sehingga menyebabkan banyak suara tidak sah. Hal tersebut terjadi lantaran peraturan pilpres yang ada masih terlalu kaku. "Tingkat kesalahan menjadi tinggi karena peraturan kita terlalu kaku dan tidak terlalu melayani kepentingan pemilih," ujar Direktur Eksekutif Cetro, Hadar Nafis Gumay, di Gedung KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta, Rabu (8/7/2009).Cetro menemukan di TPS 13, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat ada 101 suara tidak sah. Padahal, dari 625 DPT yang ada, cuma 351 saja yang memilih.101 Suara yang tidak sah tersebut hanya terjadi karena bentuk pencontrengannya keluar dari kotak gambar capres. Padahal, masih sangat jelas siapa capres yang dipilih.Selain itu, di TPS 12 Kelurahan Pegangsaan 2, Kecamatan Kelapa Gading, ditemukan surat suara yang dicontreng dengan benar, namun bertuliskan 'yes'. Surat suara itu pun dianggap tidak sah."Penandaan yang keliru tadi merupakan suatu indikasi sosialisasi yang kurang dari KPU," kata Hadar.( anw / iy )
Rabu, 08/07/2009 16:36 WIB KPU Diminta Tidak Gelar Tabulasi SMS Elvan Dany Sutrisno - detikPemilu

Video Terkait
Ketua KPU Nyontreng di Rumah Rafika Duri
Foto Terkait
Pengiriman Logistik Pilpres Jakarta - Demi citra pesta demokrasi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) diminta tidak menggelar tabulasi SMS. Kurangnya persiapan bisa mengulang kegagalan tabulasi online pada Pileg 9 April 2009 lalu."Kalau belum siap tidak usah menggelar tabulasi SMS. Ini akan jadi proyek gagal lagi," kata Direktur Utama CETRO, Hadar Navis Gumay di Gedung KPU, Jl. Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Rabu (8/7/2009).Hadar menjelaskan, persiapan KPU untuk menggelar tabulasi SMS pilpres, jauh dari sempurna. Masih banyak kabupaten/kota yang belum mendaftarkan diri."Sekarang mau ada SMS nggak siap, baru 10 persen Kab/Kota yang sudah registrasi," ujar Hadar.Hal ini, menurut Hadar, hanya menambah potret buram KPU saja. "Nggak usah diterusin saja SMS ini, nanti dua kali dia gagal, memalukan. Merusak citra pemilu," kata pria berkacamata ini.Hadar berharap KPU belajar dari kesalahan masa lalu. Persiapan yang tidak optimal harus jadi pembelajaran."Saya kira belum kapok juga Borobudur (tabulasi ) gagal, ada MK, dari awal dia nggak usah ngerjain," cetus dia.( van / aan )
Rabu, 08/07/2009 16:31 WIB Tim SBY Prediksi Hasil Quick Count Tak Beda dengan Hasil KPU Luhur Hertanto - detikPemilu

Jakarta - Hasil penghitungan cepat memang bukan yang memastikan siapa pemenang Pilpres 2009. Tapi melihat tingginya selisih suara perolehan SBY dibanding lawannya, maka kecil kemungkinan ada perubahan drastis saat KPU mengumumkan hasil akhir.Demikian komentar Bima Arya, wakil ketua dewan pakar tim kampanye SBY-Boediono, tentang hasil sementara Pilpres 2009. Dia ditemui detikcom di kediaman pribadi SBY di Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/7/2009)."Semua hasil quick count menunjukkan margin yang tinggi sekali. Rasanya tidak akan ada perubahan drastis ke depan," kata dia.Ditemui pada kesempatan sama, Ketua DPP PD Anas Urbaningrum menyatakan biasanya hasil hitung cepat tidak banyak berbeda dari hasil akhir KPU. Maka untuk memastikannya seluruh saksi dan pendukung harus terus mengawal proses penghitungan suara sampai rekapitulasi final di KPU."Kami meminta seluruh garda pendukung agar tetap santun dan menghormati tim kampanye yang lain. Semuanya adalah saudara yang sama-sama telah memenangkan pilpres yang demokratis. Ini kemenangan bersama seluruh rakyat Indonesia," sambung Anas.( lh / nrl )
Rabu, 08/07/2009 16:28 WIB Pengamat: SBY Menang karena Rakyat Sudah Lelah Shohib Masykur - detikPemilu

Video Terkait
Bu Ani Gendong Almira ke TPS
Foto Terkait
SBY Berikan Suaranya Jakarta - Hasil quick count menunjukkan pasangan SBY-Boediono memenangi Pilpres hanya dalam 1 putaran. Kemenangan ini dilatari rakyat sudah lelah dan ingin adanya kepastian."Rakyat kita sudah mengalami berbagai gejolak, mereka ingin kepastian. Ini berbeda dengan di AS yang mengendaki perubahan," kata sosiolog UI Imam Prasojo di Studio 1 TransCorp, Jl Kapten Tendean, Jakarta, Rabu (8/7/2009).Rakyat Indonesia, kata Imam, belum tentu puas dengan capaian SBY selama 5 tahun ini. Namun mereka lebih memilih SBY karena telah terlihat kinerjanya dan ada kepastian."Belum tentu mereka sangat puas dengan SBY, tapi ya daripada daripada, mending ini. Rakyat sudah capek," kata Imam menebak pikiran rakyat.Sementara itu, pengamat politik Unair Kacung Maridjan mengatakan, kemenangan ini menunjukkan masyarakat Inodonesia telah rasional. Mereka tidak lagi tergantung pada orang lain atau terkungkung oleh ikatan-ikatan ideologis dalam menentukan pilihan."Dulu ada 2 aspek dalam menjelaskan politik di Indonesia. Pertama ideologi aliran, kedua kepemimpinan. Sekarang ada penjelasan ketiga, yaitu pilihan rasional," kata Kacung.Kacung mengatakan, SBY sebagai incumbent memang mendapatkan posisi lebih dibanding lawan-lawannya. Rakyat cenderung memilih incumbent jika pemimpin itu tidak banyak berulah."Incumbent itu cenderung terpilih asal tidak neko-neko," imbuh Kacung.( sho / aan )
Rabu, 08/07/2009 16:25 WIB Mega dan JK Sebaiknya Diberi Waktu untuk Terima Kekalahan Shohib Masykur - detikPemilu

Video Terkait
Pesta Demokrasi Bangsa Indonesia
Foto Terkait
SBY Berikan Suaranya Jakarta - Quick count memprediksi JK-Wiranto dan Mega-Prabowo kalah dari SBY-Boediono dalam 1 putaran pilpres. JK dan Mega sebaiknya diberi waktu untuk menerima kekalahan, sedangkan SBY diminta bersikap lebih rendah hati."Indonesia bukan Amerika. Di Indonesia butuh waktu untuk menerima kekalahan. Jadi sebaiknya kita beri waktu kepada mereka," kata sosiolog UI Imam Prasojo di studio 1 TransCorp, Jl Kapten Tendean, Jakarta, Rabu (8/7/2009).Terlebih hasil yang ada sekarang masih merupakan prediksi quick count. Secara formal semua pihak perlu menunggu penghitungan manual KPU."Kalau sudah hasil akhir saya kira Pak JK dan Bu Mega akan memberi ucapan selamat. Tidak terlalu bijak kalau kita sekarang terlalu mendesak. Saya yakin mereka semua negarawan," imbuh Imam.Hal serupa diamini oleh pakar marketing Rhenald Kasali. Menurutnya, tradisi politik di Indonesia lain dengan Amerika."Di Amerika McCain langsung mengatakan kepada Obama, beberapa saat lalu Anda lawan saya, tapi sekarang Anda presiden saya. Di Indonesia butuh waktu," kata Rhenald.Dia menambahkan, SBY selaku pemenang diharapkan lebih proaktif untuk bersikap negarawan dan rendah hati. Sebab jika tidak dikhawatirkan justru menyebabkan hal-hal negatif bagi bangsa."Saya harapkan justru dari yang menang untuk rendah hati, tidak mentang-mentang. Kerendahan hati itu akan merekatkan yang lain. Jika menyampaikan hal-hal negatif justru akan menyebabkan defensif, lalu ofensif, dan kemudian agresif," ucap profesor ini. ( sho / nrl )
Rabu, 08/07/2009 16:15 WIB SBY Unggul di TPS Boediono Mencontreng Nurwahid - detikPemilu

Yogyakarta - Pasangan nomor urut 2, SBY-Boediono unggul di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 96 Dusun Pik Gondang Desa Condongcatur, Depok Sleman. TPS itu merupakan tempat cawapres Boediono menggunakan hak suaranya.Cawapres Boediono didampingi Rizal Mallarangeng, Raden Pardede dan beberapa orang anggota tim sukses dari Partai Demokrat sempat berkunjung ketika KPPS melakukan penghitungan suara di TPS 96. Boediono bersama rombongan juga berjalan kaki menuju TPS yang berjarak 100-an meter dari rumahnya di Perumahan Sawitsari Blok M/2 itu.Di TPS tersebut pasangan SBY-Boediono memimpin perolehan suara dengan meraup 139 suara, pasangan Mega-Prabowo 41 suara, dan JK-Wiranto 4 suara. Total pemilih 186 orang dari 256 Daftar Pemilih Tetap (DPT) dengan suara tidak sah 2. Sementara sebanyak 8 warga menggunakan hak pilihnya dengan KTP.Mengomentari hasil perhitungan di TPS 96, Boediono mengucapkan terimakasih kepada penitia pemungutan suara atas kelancaran pemungutan suara. "Saya patut berterima kasih kepada KPPS di sini karena semuanya berjalan lancar dan tertib dan saya juga merasa bahagia karena dapat menang di lingkungan tempat tinggal saya," kata Boediono.Sementara itu berdasarkan pantauan detikcom di lokasi lain seperti di TPS 11 Baciro, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta pasangan SBY-Boediono unggul dengan memperoleh 142 suara. Sedangkan pasangan Mega-Prabowo menempati urutan kedua dengan 52 suara dan JK-Wiranto di urutan ketiga dengan 21 suara serta suara tidak sah 2. Dari 370 warga yang tercatat dalam DPT, yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 215 orang dan menggunakan KTP sebanyak 2 orang.( bgs / djo )
Rabu, 08/07/2009 16:22 WIB SBY 'Ganteng' Berkumis & Boediono Bertaring di Widya Candra M. Rizal Maslan - detikPemilu

Video Terkait
Bu Ani Gendong Almira ke TPS
Foto Terkait
SBY Berikan Suaranya Jakarta - Kreativitas pemilih bermunculan di Pilpres 2009. Di TPS Widya Candra, surat suara bergambar SBY-Boediono ditulisi 'ganteng.' SBY diberi kumis dan berjengot serta Boediono digambar bertaring.Surat suara itu dianggap tidak sah oleh petugas PPS di TPS di Komplek Widya Chandra, Kebayoran Baru, Jakarta Sekatan, Rabu (8/7/2009).Suara pasangan SBY-Boediono di kompleks ini unggul dalam penghitungan suara di TPS 1 di Kompleks Widya Chandra, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (8/7/2009).Untuk TPS I, yang terletak persis di perumahan menteri ini meliputi RT 004, RT 005, RT 007 di RW 001, Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru ini, pasangan SBY-Boediono memperoleh 136 suara. Sementara pasangan Megawati-Prabowo memperoleh 28 suara, pasangan JK-Wiranto 37 suara.Uniknya, ada sekitar 34 suara yang dianggap tidak sah oleh para saksi, karena dalam surat suara para pemilih melakukan pencontrengan sampai ke luar kotak.Di TPS I ini dari data yang ada, jumlah DPT mencapai 438 orang, namun yang melakukan pencontrengan hanya 243 orang. Sisanya, 195 tidak datang ke TPS atau dianggap golput.Sementara di TPS II, yang meliputi RT 008 dan RT 009 RW 001, pasangan SBY-Boediono juga unggul. Hal yang sama juga terjadi di luar kompleks yang tak jauh dari kedua TPS di Widya Chandra ini, yaitu TPS III.( zal / aan )
Rabu, 08/07/2009 16:12 WIB Ditanya Munaslub Golkar, JK Jawab 'Nanti Saja' Gunawan Mashar - detikPemilu

Video Terkait
Ibunda SBY Nyontreng Dahului Putranya
Foto Terkait
JK-Mega Mencontreng Jakarta - Capres Jusuf Kalla (JK) yang juga Ketua Umum Partai Golkar enggan berkomentar saat ditanya tentang musyawarah nasional luar biasa (munaslub) Golkar menyusul kekalahannya di pilpres."Nantilah itu dibicarakan lagi," elak JK singkat di markas kemenangan Tim JK-Wiranto di Jl Ki Mangun Sarkoro, Jakarta, Rabu (8/7/2009).Sebelumnya diberitakan, menurut analisis Direktur Riset dan Publikasi Akbar Tandjung Institute, M Alfan Alfian, kekalahan pasangan JK-Wiranto akan secara otomatis mendorong DPD-DPD Golkar mengevaluasi hasil kepemimpinan JK selama memegang kendali Partai Golkar. Evaluasi itu bisa dalam bentuk meminta pertanggungjawaban JK dalam Munas Golkar yang dipercepat."Saya kita ada indikasi ke arah sana (munas dipercepat). Pak JK sudah mengetahui itu kok dan beliau yang saya tahu tidak keberataan kalau ada munas dipercepat," kata Alfan.( anw / nrl )
Rabu, 08/07/2009 16:10 WIB Mega Menang Tipis di TPS Kebagusan Laurencius Simanjuntak - detikPemilu
Laurencius/detikcom

Video Terkait
Dipersilakan Contreng Duluan, Prabowo Menolak
Foto Terkait
JK-Mega Mencontreng Jakarta - Suara Mega-Prabowo menang tipis dalam perhitungan di TPS 26, Kebagusan, Jakarta Selatan. Kemenangan Mega-Prabowo hanya terpaut 21 suara dengan SBY-Boediono.Pantauan detikcom, Rabu (8/7/2009), Mega mendapatkan 110 suara, disusul SBY 89 suara, dan posisi terakhir ditempati JK dengan 21 suara. Sedangkan golput 174 suara dan suara tidak sah 12.Sebanyak 15 orang menggunakan formulir A 7, 4 orang menggunakan KTP. Total orang yang memilih di TPS itu 387.Sementara saat penghitungan suara, terlihat meriah. Saat suara SBY bertambah, warga berteriak huuu...! Sedangkan jika suara Mega yang keluar, sorak-sorai bergemuruh di TPS itu.( nik / iy )
Rabu, 08/07/2009 16:09 WIB Kalah Pilpres, JK Terancam Digusur dari Ketum Golkar Muhammad Nur Hayid - detikPemilu

Jakarta - Kekalahan pasangan JK-Wiranto membuat dinamika politik internal Partai Golkar bergejolak. Posisi JK sebagai ketua umum yang baru purnabakti tahun 2010 pun terancam tidak bisa dilanjutkan karena JK sudah menyampaikan statemen siap mundur jika kalah dalam pilpres kali ini. "Mestinya, kalau ternyata kalah, Pak JK harus konsisten dengan apa yang diucapkannya. Pak JK sudah punya peluang yang luar biasa sebagai ketua umum, wapres dan capres. Saya kira nasib politik Pak JK akan ditentukan setelah hasil pilpres ini," kata pengamat politik M Alfan Alfian kepada detikcom, Rabu (8/7/2009).Menurut Direktur Riset dan Publikasi Akbar Tandjung Institute ini, kekalahan pasangan JK-Wiranto ini akan secara otomatis mendorong DPD-DPD Golkar mengevaluasi hasil kepemimpinan JK selama memegang kendali Partai Golkar. Evaluasi itu bisa dalam bentuk meminta pertanggungjawaban JK dalam Munas Golkar yang dipercepat."Saya kita ada indikasi ke arah sana (munas dipercepat). Pak JK sudah mengetahui itu kok dan beliau yang saya tahu tidak keberataan kalau ada munas dipercepat," paparnya.Jika dalam munas dipercepat itu berakhir dengan penggulingan posisi JK sebagai ketua umum, JK diminta legowo dengan keputusan itu karena memang fakta politiknya mendukung demikian. JK dinilai gagal membangun Partai Golkar yang mengakibatkan perolehan suara partai warisan Soeharto ini terpuruk dalam pileg 2009 dan gagal memenangkan capresnya dalam Pilpres hari ini. "Ini konsekuensi politik yang harus diterima Pak JK dan Golkar. Kalau mau objektif JK gagal membangun Golkar. Prestasi ketua umum partai itu apabila dia mampu mempertahankan suara partai dalam legislatif. Sekarang ini malah anjlok dibanding pemilu 2004 lalu. Dalam hal ini pun seharusnya Pak JK harus diberi sanksi," pungkasnya.( yid / nrl )
Rabu, 08/07/2009 15:54 WIB Hormati Hasil Quick Count, JK Masih Tunggu Penghitungan KPU Gunawan Mashar - detikPemilu

Video Terkait
JK Nyontreng Beserta Keluarganya
Foto Terkait
JK-Mega Mencontreng Jakarta - Meski semua penghitungan cepat (quick count) menempatkan capres Jusuf Kalla berada di urutan buncit, namun capres dari Partai Golkar-Hanura tersebut masih menunggu hasil penghitungan suara resmi dari KPU."Kami menghargai hasil quick count. Tapi kita masih menunggu hasil formal dari KPU," ujar JK di markasnya di Jl Ki Mangunsarkoro, Jakarta, Rabu (8/7/2009).JK mengatakan sejauh ini laporan hasil suara JK-Wiranto di daerah-daerah, termasuk di Sulawesi, masih menunjukkan hasil positif. Sehingga JK meminta agar publik tidak terlalu percaya dengan hasil suara quick count."Sejauh ini di daerah masih positif. Hasil quick count tidak seperti di lapangan. Tapi yang dijadikan formal adalah KPU," imbuh JK. ( anw / nrl )

Tidak ada komentar: